Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Negara Kebal Kekeringan, Perlu Antisipasi hingga Adaptasi

Kompas.com - 26/11/2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Tidak ada negara dan wilayah yang kebal dari ancaman kekeringan. Dari negara maju, negara kaya, negara dengan banyak hutan, bahkan negara di kawasan gurun menghadapi ancaman yang sama.

Dalam tiga tahun saja, ada lebih dari 30 negara yang pernah mendeklarasikan darurat kekeringan. 

Sejumlah ahli menyerukan agar dunia melakukan berbagai tindakan terhadap kekeringan mulai dari antisipasi, mempersiapkan diri, hingga beradaptasi.

Baca juga: Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Direktur United Nations University Institute for Water Environment Health (UNU INWEH) Kaveh Madani mengatakan, dunia terlalu sering menyebut kekeringan sebagai anomali, bencana, dan kondisi ekstrem.

Kenyataannya, selama beberapa waktu terakhir kekeringan menjadi lebih sering terjadi.

Dia menambahkan, banyak dari situasi kekeringan air kini bersifat permanen dan menjadi new normal alias hal yang biasa.

"Ini berarti sangat penting bagi kita untuk mengambil tindakan guna mempersiapkan diri dan beradaptasi dengan kekeringan yang lebih parah," kata Madani dikutip dari situs web Konvensi PBB untuk Melawan Penggurunan United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD), Rabu (23/10/2024).

Dia menambahkan, peristiwa kekeringan yang terjadi saat ini merupakan kejadian yang berkelanjutan, bukan sebuah peristiwa yang terbatas pada suatu tempat dan waktu tertentu.

Baca juga: Periode Kekeringan di Masa Depan Akan Lebih Lama dari yang Diperkirakan

Madani berujar, kekeringan memiliki dampak lanjutan serius yang bisa memicu efek domino.

"Memperparah gelombang panas dan banjir, melipatgandakan risiko terhadap kehidupan dan mata pencaharian. Jika tidak ada tindakan yang diambil dapat meningkatkan kerentanan masyarakat, ekonomi, dan ekosistem terhadap kekeringan berikutnya, yang memicu lingkaran setan," kata Madani.

Di satu sisi, air sangat dibutuhkan untuk pertanian. Tanpa ada air, tidak ada tanaman pertanian yang bisa dipanen.

Hal tersebut bisa memicu efek domino mulai dari hilangnya mata pencaharian, kelaparan, migrasi paksa, ketidakstabilan, bahkan konflik.

Direktur Pusat Mitigasi Kekeringan Nasional Mark Svoboda mengatakan, dunia memiliki berbagai peralatan dan teknologi untuk menghadapi kekeringan. Sehingga pola pikir negara-negara harus diubah.

"Berpikir bahwa karena ada hujan, tindakan dapat ditunda adalah sebuah kesalahan. Kita perlu mengatasi kekeringan sebelum terjadi, dan kita memasuki mode panik," tutur Svoboda.

Baca juga: Gelombang Panas dan Kekeringan Sebabkan Kerugian Miliaran Dollar AS dalam Setahun

Bukan sekadar minim hujan

Kekeringan disebabkan bukan sekadar minimnya curah hujan. Lebih jauh lagi, kekeringan merupakan hasil dari perlakuan terhadap tanah dan ekosistem.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Copot Segel di Pabrik Cikande, KLH Nyatakan Lokasi 'Clear and Clean'
Copot Segel di Pabrik Cikande, KLH Nyatakan Lokasi "Clear and Clean"
Pemerintah
Pertamina dan Kemenko Pangan Kolaborasi Wujudkan Ketahanan Pangan
Pertamina dan Kemenko Pangan Kolaborasi Wujudkan Ketahanan Pangan
BUMN
Guru Besar IPB: Sawah Kian Tergerus karena Alih Fungsi Lahan
Guru Besar IPB: Sawah Kian Tergerus karena Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Warga Desak KKP Cabut Izin Reklamasi karena Rusak Ekosistem Pulau Pari
Warga Desak KKP Cabut Izin Reklamasi karena Rusak Ekosistem Pulau Pari
Pemerintah
Tiga Remaja Jakarta Ubah 1,2 Ton Sampah Makanan Jadi Pakan Unggas
Tiga Remaja Jakarta Ubah 1,2 Ton Sampah Makanan Jadi Pakan Unggas
LSM/Figur
Pemprov Jakarta Punya 111 Stasiun Pemantau Kualitas Udara, Diklaim Terluas se-Indonesia
Pemprov Jakarta Punya 111 Stasiun Pemantau Kualitas Udara, Diklaim Terluas se-Indonesia
Pemerintah
Pengamat: Pengawasan Hutan Lemah karena Anggaran Pengelolaan Terlalu Kecil
Pengamat: Pengawasan Hutan Lemah karena Anggaran Pengelolaan Terlalu Kecil
LSM/Figur
Bappenas: Alokasi Dana Mitigasi Iklim Baru Rp 305 T, Pemerintah Buka Investasi
Bappenas: Alokasi Dana Mitigasi Iklim Baru Rp 305 T, Pemerintah Buka Investasi
Pemerintah
Perubahan Iklim Picu Musim Kebakaran Hutan Makin Parah
Perubahan Iklim Picu Musim Kebakaran Hutan Makin Parah
Pemerintah
Industri Makanan Gagal Penuhi Komitmen Dasar Kemasan Berkelanjutan
Industri Makanan Gagal Penuhi Komitmen Dasar Kemasan Berkelanjutan
Swasta
IUCN Akui Bahan Bakar Fosil Ancaman Alam, Dukung Perjanjian Penghentian Global
IUCN Akui Bahan Bakar Fosil Ancaman Alam, Dukung Perjanjian Penghentian Global
LSM/Figur
Kepunahan Massal karena Manusia Setara Era Dinosaurus
Kepunahan Massal karena Manusia Setara Era Dinosaurus
LSM/Figur
Panas Melanda RI, BMKG Catat Suhu Tertinggi Capai 38 Derajat
Panas Melanda RI, BMKG Catat Suhu Tertinggi Capai 38 Derajat
Pemerintah
Eropa Siapkan Bantuan Dana untuk Negara Terdampak Pajak Karbon Perbatasan
Eropa Siapkan Bantuan Dana untuk Negara Terdampak Pajak Karbon Perbatasan
Pemerintah
Antara Karbon dan Kedaulatan: Menakar Arah Transisi Energi Indonesia
Antara Karbon dan Kedaulatan: Menakar Arah Transisi Energi Indonesia
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau