KOMPAS.com - Para penumpang kereta api kini bisa mengetahui jejak karbon dari perjalanannya melalui aplikasi PT Kereta Api Indonesia (KAI), Access by KAI.
Caranya, penumpang terlebih dahulu membeli tiket kereta api.
Setelah itu, penumpang dapat langsung mengetahui estimasi jejak karbonnya yang tertera dalam tiket kereta api di aplikasi Access by KAI.
Baca juga: Jadi Yang Pertama di Dunia, Swiss Pasang Panel Surya di Rel Kereta Api
Dalam informasi jejak karbon tersebut juga terdapat perbandingan dengan moda transportasi lain.
Vice President Public Relations KAI Anne Purba mengatakan, dengan informasi tersebut, penumpang dapat dengan mudah memantau estimasi emisi karbon perjalanan mereka.
Anne mengatakan, KAI memberikan data yang menunjukkan bahwa kereta api adalah pilihan transportasi yang redah karbon dibandingkan moda lainnya seperti mobil.
Sebagai contoh, Anne menjelaskan perbandingan emisi yang dihasilkan antara kereta api dan mobil pribadi pada rute yang sama per penumpang.
Baca juga: Jejak Karbon Kereta Api Rendah, tapi Angkutan Batu Bara Terbanyak
Perjalanan seseorang menggunakan KA Probowangi dari Stasiun Surabaya Gubeng ke Stasiun Ketapang Banyuwangi menghasilkan emisi karbon sebesar 2,94 kilogram setara karbon dioksdia.
"Sementara itu, perjalanan dengan mobil pribadi di rute yang sama menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih tinggi, yakni 8,79 kg setara karbon dioksida atau hampir tiga kali lipat lebih besar," jelas Anne, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (18/12/2024).
Penghitungan emisi karbon tersebut mengacu pada regulasi yang berlaku di Indonesia serta pedoman internasional seperti Kyoto Protocol, GHG Protocol, dan SNI ISO 14064-1:2018.
Metode perhitungan ini mencakup emisi penggunaan energi serta emisi refrigeran pada moda transportasi.
Baca juga: Kementerian ESDM Uji Coba B40 di Kereta Api
Dia menambahkan, validasi penghitungan dilakukan melalui studi literatur, benchmarking, dan diskusi dengan para ahli transportasi, konsultan carbon accounting, serta lembaga pemerintah terkait.
"Dengan fitur ini, KAI berharap dapat meningkatkan kesadaran pelanggan mengenai dampak positif penggunaan kereta api terhadap pengurangan emisi karbon," papar Anne.
Anne berujar, fitur ini tidak hanya menjadi alat edukasi, tetapi juga bentuk transparansi untuk memastikan bahwa pelanggan dapat memahami kontribusi mereka terhadap pelestarian lingkungan.
"Sebelumnya, KAI juga telah mengembangkan inovasi lain seperti teknologi face recognition untuk mengurangi sampah kertas dari cetak tiket dan penyediaan water station untuk mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai," ujar Anne.
Baca juga: Setelah Kereta Api, Pemerintah Uji Coba B40 ke Genset Gedung
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya