Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parlemen Eropa Tunda Implementasi EUDR, Perlindungan Hutan Masih Terancam

Kompas.com - 19/12/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Anggota parlemen Eropa pada Selasa (17/12/2024) sepakat menunda implementasi undang-undang (UU) produk antideforestasi di Uni Eropa (UE) atau EU Regulation on Deforestation-free Products (EUDR).

Dalam UU tersebut, perusahaan wajib menunjukkan bahwa produk-produk mereka seperti daging sapi, kedelai, minyak sawit, kopi, dan kakao berasal dari rantai pasokan yang bebas dari deforestasi.

EUDR sedianya akan mulai berlaku pada 30 Desember 2024. Namun setelah keputusan terbaru, aturan tersebut berlaku pada 30 Desember 2025 untuk perusahaan besar dan Juni 2026 bulan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Baca juga: Indonesia Telah Lampaui Kuota Target Deforestasi

Sebelumnya, Komisi Eropa mengusulkan penundadaan implementasi EUDR ebagai tanggapan atas kekhawatiran dari negara-negara anggota UE, negara-negara non-UE, pedagang, dan operator yang menyatakan mereka tidak punya cukup waktu untuk memenuhi tenggat waktu.

"Perpanjangan ini memastikan implementasi yang lebih lancar tanpa mengorbankan tujuan hukum," kata juru bicara UE, sebagaimana dilansir ESG News.

Penundaan tersebut bakal disahkan setelah mendapat persetujuan resmi dari negara-negara anggota UE pada pekan ini. 

Keputusan tersebut membuat perusahaan memperoleh waktu tambahan untuk menyelaraskan rantai pasokan sambil tetap fokus pada pengurangan emisi yang disebabkan oleh penggundulan hutan.

Baca juga: Film 17 Surat Cinta Diluncurkan, Ungkap Ancaman Deforestasi Ilegal SM Muara Singkil

Sementara itu Global Witness menyebut penundaan tersebut merupakan pukulan baru bagi perjuangan untuk melindungi hutan-hutan yang sangat penting bagi iklim di dunia dan masyarakat yang bergantung kepada rimba.

Sebelumnya, sebanyak 250 kelompok dari lebih dari 40 negara termasuk Global Witness juga menentang penundaan implementasi EUDR.

Mereka menilai, penundaan EUDR akan menguntungkan perusahaan-perusahaan yang terus meraup keuntungan dari kerusakan lingkungan.

"Dan tidak ingin mengubah perilaku bisnis mereka, sekaligus menghukum perusahaan-perusahaan yang telah menghabiskan sumber daya untuk mematuhi EUDR," tulis mereka dalam pernyataan pada Oktober 2024.

Baca juga: Jika Gagal Patuhi Aturan Deforestasi UE, Indonesia Bisa Rugi Rp 50 Triliun

Penundaan juga dinilai melemahkan integritas para pembuatan kebijakan UE dan mempertanyakan Kesepakatan Hijau Eropa.

"Pada akhirnya mengirimkan sinyal kepada negara-negara konsumen utama lainnya bahwa setiap langkah regulasi untuk mencapai rantai pasokan bebas deforestasi dapat ditunda," tulis mereka.

Di sisi lain, Perwakilan Tinggi Urusan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengakui implementasi EUDR memang sangat sulit.

Dia mendesak mendesak agar Uni Eropa berhati-hati sehingga tidak membuat "mitra" yang ingin diperkuat hubungannya menjadi terasing.

"Kita harus mengakui bahwa (undang-undang deforestasi) telah menciptakan kesulitan yang signifikan dalam hubungan kita dengan mitra penting seperti Brasil, Indonesia, dan negara-negara Afrika Barat," ucap Borrell, sebagaimana dilansir Euronews.

Baca juga: Jika Gagal Patuhi Aturan Deforestasi UE, Indonesia Bisa Rugi Rp 50 Triliun

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

Walhi: Drainase Buruk dan Pembangunan Salah Picu Banjir Jambi

LSM/Figur
Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Uni Eropa Beri Produsen Mobil Kelonggaran untuk Penuhi Aturan Emisi

Pemerintah
Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Finlandia Tutup PLTU Batu Bara Terakhirnya

Pemerintah
China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau