Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektrifikasi Transportasi Jadi Kunci Pencapaian Target Net Zero 2060

Kompas.com, 24 Desember 2024, 17:52 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Essential Services Reform (IESR) mengungkapkan, peluang percepatan transisi energi di Indonesia pada 2025 dapat dilakukan melalui sektor kelistrikan dan transportasi.

Menurut Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa, transisi ke energi baru terbarukan (EBT) memerlukan pembangunan pembangkit energi secara masif. Setidaknya, pembangkit energi EBT berkapasitas 7 gigawatt harus dibangun hingga 2030 mendatang.

“Ini yang dikejar siapa? Ya PLN. Jadi sudah jelas harus dibangun. Siapa yang bertanggung jawab untuk mengorganisasi pembangunan itu adalah PLN,” ujar Fabby saat dihubungi, Selasa (24/12/2024).

Dia menilai, transportasi juga dapat mendorong Indonesia untuk mencapai target net-zero emission pada 2060.

Elektrifikasi sepeda motor dan mobil di dalam negeri, kata Fabby, mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan. Begitu pula bus listrik yang sudah dioperasikan di berbagai kota.

Baca juga: Baterai Litium-Sulfur Ultra Fast Charging Jadi Solusi Mobil Listrik Jarak Jauh 

Tujuannya untuk memangkas emisi gas rumah kaca (GRK) dan polusi udara, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta mengurangi biaya operasional.

“Nah ini yang masih bisa diakselerasi menurut saya. Selain kendaraan listrik, kita lihat juga di transportasi hybrid. Walaupun hybrid masih pakai bahan bakar minyak, tetapi ada pengurangan konsumsi bahan bakar minyak,” ungkap Fabby.

Hal itu diyakini dapat berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan pencapaian target keberlanjutan energi.

Adapun saat ini perkembangan transisi energi di Indonesia masih jauh dari target.

Fabby mengatakan, alasannya karena bauran energi terbarukan pada 2024 tidak bertambah secara signifikan dari 2023.

Baca juga: LG Pamerkan Baterai Mobil Listrik Mid-Nickel, Bakal Diproduksi di Indonesia? 

Pemerintah menargetkan pencapaian bauran energi nasional dari EBT sebesar 23 persen pada 2025. Namun, baru 14 persen yang dapat dipenuhi hingga tahun ini.

“Jadi masih ada kekurangan kira-kira ya 6-7 persen dari target yang seharusnya kita capai (di 2024). Kalau sampai 23 persen, kira-kira 7-9 gigawatt yang harus dikejar sampai 2025,” ucap dia.

Peningkatan ketergantungan pada energi fosil, batubara, dianggap menjadi masalah utama. Fabby menyebut, kontribusi bauran energi fosil melalui batubara justru meningkat sampai 67-68 persen pada 2024, dari tahun 2023 sebesar 64-65 persen.

Ketergantungan pada energi fosil yang terus berlanjut berisiko menyebabkan biaya transisi energi yang makin mahal.

“Kalau mahal melakukan transisi energi berarti semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat atau melakukan perubahan sistem energi menuju energi terbarukan. Implikasinya bukan hanya soal energinya tetapi kita akan mulai tergerus daya saingnya,” tutur Fabby.

Dampaknya, dapat menyebabkan banyak investor di sektor manufaktur enggan untuk berinvestasi. Sebab biaya produksi yang lebih tinggi dan sulitnya mendapatkan energi bersih.

Baca juga: RI dan Asean Diingatkan untuk Siapkan Infrastruktur Daur Ulang Baterai Mobil Listrik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau