KOMPAS.com - Peneliti dari Universitas Monash, Australia telah mengembangkan baterai litium-sulfur (Li-S) dengan pengisian daya sangat cepat (ultra fast charging).
Baterai itu pun diharapkan menjadi solusi bagi kendaraan listrik jarak jauh dan juga pesawat tanpa awak (drone) komersial. Termasuk menjadi opsi yang layak untuk memberi daya pada pesawat listrik di masa depan.
Mengutip Techxplore, Kamis (28/11/2024) hingga saat ini, baterai baterai litium-sulfur tidak layak secara komersial karena kimianya yang kompleks membuatnya terlalu lambat untuk diisi daya.
Baca juga:
Sementara pengembangan baterai baru ini menggandakan kepadatan energi baterai litium-ion konvensional yang membuatnya jauh lebih ringan sekaligus terjangkau.
Penelitian yang dilakukan selama satu dekade dan diterbitkan dalam Advanced Energy Materials ini pun menandai langkah transformatif dalam teknologi baterai terbarukan dan menetapkan tolok ukur baru untuk prototipe litium-sulfur yang praktis.
"Kami menemukan cara untuk mempercepat laju pengisian dan pengosongan daya, menjadikannya pilihan baterai yang layak untuk penggunaan tugas berat di dunia nyata," kata Maleesha Nishshanke adalah penulis pertama studi ini.
"Ini merupakan terobosan besar dalam menjadikan Li-S pilihan yang layak, tidak hanya untuk kendaraan listrik jarak jauh tetapi khususnya dalam industri seperti penerbangan dan maritim yang membutuhkan daya yang cepat, andal, dan sangat ringan," tambah Penulis utama makalah Dr. Petar Jovanovi?.
Saat diaplikasikan di mobil listrik, baterai Li-S dapat memberi daya tambahan sejauh 1.000 kilometer dengan sekali pengisian daya sekaligus memangkas waktu pengisian ulang menjadi beberapa jam.
"Bayangkan kendaraan listrik yang dapat menempuh perjalanan dari Melbourne ke Sydney dengan sekali pengisian daya atau telepon pintar yang dapat diisi daya dalam hitungan menit. Itu hampir terwujud," kata Dr. Jovanovi?.
Teknologi Li-S biasanya kesulitan mempertahankan kinerja tinggi tanpa mengalami penurunan kinerja dengan cepat, tetapi baterai yang tengah dikembangkan ini dapat menangani banyak daya yang dikeluarkan sekaligus tanpa rusak.
"Kami telah memanfaatkan kimia unik sulfur untuk membuat baterai yang lebih aman dan lebih efisien. Dengan katalis baru kami, kami telah mengatasi salah satu hambatan terakhir yang tersisa untuk komersialisasi yaitu kecepatan pengisian daya," papar Dr. Jovanovi?.
Baca juga:
Lebih lanjut, dengan penskalaan komersial dan produksi sel yang lebih besar, teknologi baterai baru dapat menghasilkan kepadatan energi hingga 400 Wh/kg.
Ini membuatnya sangat cocok untuk aplikasi yang membutuhkan kinerja dinamis, seperti penerbangan.
Baterai Li-S juga merupakan alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk bahan yang digunakan dalam baterai Li-ion tradisional, yang bergantung pada sumber daya yang terbatas dan sering kali berbahaya bagi lingkungan seperti kobalt.
Pasar baterai litium-sulfur global sendiri diperkirakan bernilai 209 juta dollar AS pada tahun 2028.
"Seiring dengan melonjaknya permintaan akan baterai berkinerja tinggi, investasi dalam teknologi mutakhir akan memberikan manfaat jangka panjang bagi penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi," tulis peneliti dalam makalah mereka.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya