Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendekatan Terpadu Jadi Solusi Hadapi Krisis Dunia

Kompas.com, 24 Desember 2024, 16:01 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia tengah mengalami berbagai macam krisis, mulai dari keanekaragaman hayati, iklim, kesehatan, air, dan pangan.

Semua permasalahan tersebut saling terkait erat satu sama lain. Sehingga untuk menyelesaikannya perlu ditangani bersama-sama, bukan dianggap sebagai isu yang terpisah.

Berfokus pada satu isu saja justru dapat memperburuk krisis lainnya.

Temuan tersebut merupakan hasil dari Laporan Nexus yang disusun oleh Platform Sains-Kebijakan Antarpemerintah tentang Keanekaragaman Hayati dan Layanan Ekosistem (IPBES), yang merupakan badan non-PBB.

Selama tiga tahun, laporan itu disusun oleh peneliti dari 57 negara dan kemudian disetujui oleh pemerintah dari 147 negara.

Baca juga: Ekspor Pertanian Sebabkan Dampak Negatif bagi Keanekaragaman Hayati

"Laporan ini menunjukkan bahwa melihat krisis secara terpisah tidak hanya tidak efisien tetapi juga memiliki bahaya yang nyata," kata Paula Harrison dari Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris.

"Jika kita tidak menangani bersama-sama, hal itu akan menimbulkan masalah baru atau memperburuk masalah yang sudah ada," papar Harrison lagi.

Harrison mengatakan studi ilmiah yang dinilai untuk laporan tersebut memberikan bukti kuat bahwa ada banyak tindakan yang dapat diambil dan memiliki efek menguntungkan di kelima area secara bersamaan.

"Anda tidak dapat mengoptimalkan produksi pangan dan tidak berdampak negatif pada hal lain, tetapi Anda dapat memiliki pendekatan yang seimbang untuk semua hal tersebut yang menguntungkan semuanya," terang Harrison, dikutip dari New Scientist, Selasa (24/12/2024).

Contoh lainnya adalah penanaman pohon untuk menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer.

Baca juga: Apa Itu Kecemasan Iklim dan Bagaimana Mengatasinya?

Jika fokusnya hanya pada iklim, pohon yang dipilih mungkin spesies eksotis yang tumbuh cepat yang tidak mendukung satwa liar apa pun dan berdampak pada persediaan air dengan menyerap terlalu banyak air.

Namun, jika proyek mengambil pendekatan yang lebih holistik, pihak yang terkait akan memilih spesies pohon asli yang menggunakan lebih sedikit air dan meningkatkan keanekaragaman hayati.

"Pohon mungkin tidak menyerap banyak karbon tetapi akan memberikan banyak nilai untuk aspek lain dari sistem tersebut," terang Harrison.

Selain itu juga ada juga manfaat ekonomi dari pendekatan terpadu yang membantu melestarikan keanekaragaman hayati serta mencapai tujuan lainnya.

"Diperkirakan biaya yang tidak diperhitungkan dari pendekatan terpadu terhadap aktivitas ekonomi setidaknya mencapai 10 hingga 25 triliun dollar AS per tahun," ungkap Pamela McElwee dari Universitas Rutgers di New Jersey.

Baca juga: Pengetahuan Perubahan Iklim: Siapa yang Disebut Migran Iklim?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau