KOMPAS.com - Pebisnis sekaligus politikus dari Partai Demokrat Amerika Serikat (AS), Michael Bloomberg, mengumumkan akan mendanai badan iklim PBB, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC).
Pengumuman tersebut disampaikan hartawan yang juga mantan Wali Kota New York City tersebut setelah Presiden AS Donald Trump menarik Washington dari Perjanjian Paris dan menghentikan pendanaan iklim internasional.
Bloomberg akan menyalurkan pendanaan melalui Bloomberg Philanthropies untuk membantu mengkaver kontribusi yang ditinggalkan AS akibat langkah Trump.
Baca juga: Pemerintah Tak Ambil Pusing soal AS Keluar dari Perjanjian Paris
Bloomberg adalah miliarder media yang kini juga menjabat sebagai utusan khusus PBB untuk perubahan iklim.
"Bloomberg Philanthropies dan penyandang dana iklim AS lainnya akan memastikan AS memenuhi kewajiban iklim globalnya," kata organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (23/1/2025).
Yayasan filantropi tersebut menambahkan, pendanaan yang dimaksud termasuk menanggung janji pendanaan dari AS kepada UNFCC setiap tahunnya.
Bloomberg Philanthropies tidak memberikan rincian jumlah pendanaan atau siapa penyandang dana iklim lain yang dimaksud.
Baca juga: AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu
UNFCCC adalah badan iklim terkemuka PBB. Lembaga ini menjalankan negosiasi iklim tahunan di antara hampir 200 negara dan membantu mengimplementasikan Perjanjian Paris.
Michael Bloomberg juga berjanji untuk bekerja sama dengan negara bagian, kota, dan perusahaan untuk memastikan bahwa AS tetap menjalankan kewajiban iklim globalnya.
"Dari tahun 2017 hingga 2020, selama periode tidak adanya tindakan federal, kota, negara bagian, bisnis, dan masyarakat bangkit menghadapi tantangan untuk menegakkan komitmen negara kita. Dan sekarang, kita siap melakukannya lagi," kata Bloomberg dalam pernyataan.
AS bertanggung jawab untuk mendanai sekitar 21 persen dari anggaran inti UNFCCC.
Baca juga: Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain
Tahun lalu, AS membayar UNFCCC sebesar 7,4 juta dollar AS untuk tahun 2024, dan juga melunasi tunggakan sebesar 3,4 juta euro untuk janji kontribusi yang terlewat selama tahun 2010-2023.
Analisis Reuters terhadap dokumen UNFCCC tahun lalu menemukan bahwa badan PBB tersebut mengalami kekurangan anggaran yang parah.
Menurut para diplomat, kondisi tersebut telah mulai mengganggu sebagian dari dialog iklim dunia.
Sekretaris Eksekutif UNFCC Simon Stiell mengapresiasi dukungan yang diberikan Bloomberg Philanthropies, khususnya Michael Bloomberg," kata kepala iklim PBB Simon Stiell dalam sebuah pernyataan.
"Meskipun pendanaan pemerintah tetap penting bagi misi kami, kontribusi seperti ini sangat penting dalam memungkinkan sekretariat UNFCC untuk mendukung negara-negara dalam memenuhi komitmen mereka berdasarkan Perjanjian Paris dan masa depan yang rendah emisi, tangguh, dan aman bagi semua orang," kata Siell, sebagaimana dilansir Euronews.
Baca juga: Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar
Direktur Eksekutif Strategic Perspectives Linda Kalcher mengatakan, langkah Bloomberg menunjukkan keinginannya, yang juga dianut oleh beberapa negara bagian AS, untuk maju dan mencoba mengisi kekosongan akibat penarikan AS dari kerja sama iklim internasional.
"Di sinilah peran aktor AS lainnya. Saya dapat memperkirakan banyak interaksi akan terjadi lagi dengan bisnis dan negara bagian AS yang ingin melanjutkan," kata Kalcher.
Bloomberg Philanthropies telah menyumbang 4,5 juta dollar AS untuk UNFCCC tahun lalu, menurut dokumen publik PBB yang ditinjau oleh Reuters.
Anggaran utama UNFCCC berjumlah 240 juta euro untuk tahun 2024-2025, dengan sekitar setengahnya diproyeksikan akan dialokasikan untuk tahun ini.
Baca juga: Baru Dilantik Jadi Presiden, Trump Langsung Tarik AS Keluar Perjanjian Paris
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya