Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/01/2025, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Research Associate CORE Indonesia Sahara mengatakan, keluarnya Amerika Serikat (AS) dari Perjanjian Paris berpotensi mempengaruhi komitmen negara-negara maju lainnya dalam menyediakan pendanaan dan bantuan penanganan perubahan iklim.

Jika hal tersebut terjadi, maka dapat mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk proyek-proyek transisi energi di Indonesia. 

Di sisi lain, ujar Sahara, proyek transisi energi di Indonesia membutuhkan pendanaan yang besar.

Baca juga: Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Perlawanan Perubahan Iklim Hadapi Pukulan Besar

"Indonesia sebagai negara berkembang memiliki keterbatasan biaya untuk mengeksekusi proses transisi energi akan terdampak paling besar," kata Sahara, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (22/1/2025).

Sahara mengingatkan, pendanaan untuk penanganan perubahan iklim akan menjadi lebih sulit dengan keluarnya AS dari Perjanjian Paris. 

Hal ini juga mengingat AS merupakan salah satu donor utama dalam pengendalian perubahan iklim.

"Berkurangnya pendanaan perubahan iklim tersebut dapat menyebabkan proyek transisi energi tersebut menjadi terhambat," kata Sahara yang juga merupakan Direktur International Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University itu.

Baca juga: Baru Dilantik Jadi Presiden, Trump Langsung Tarik AS Keluar Perjanjian Paris

Ketika ditanya apakah China menjadi negara yang potensial bagi Indonesia untuk mendapatkan pendanaan melalui kerja sama, Sahara mengatakan bahwa hal itu tergantung dari "Negeri Panda".

Apakah China berkomitmen untuk fokus atau tidak fokus ke arah penanganan perubahan iklim, Beijing yang menentukan.

"Jika ya (China punya komitmen untuk penanganan perubahan iklim), bisa menjadi sumber pendanaan (melalui kerja sama dengan Indonesia)," kata dia.

Dampak besar 

Ditariknya AS dari Perjanjian Paris oleh Trump bakal berdampak besar terhadap upaya perlawanan perubahan iklim.

Perjanjian Paris merupakan pakta iklim yang diratifikasi hampir semua negara di dunia untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.

Baca juga: Menang Pilpres, Trump Bersiap Tarik AS dari Perjanjian Paris

Penarikan "Negeri Paman Sam" dari Perjanjian Paris disahkan Trump melalui perintah eksekutif (semacam keputusan presiden atau keppres) usai dia dilantik menjadi Presiden AS.

Dilansir dari Reuters, Selasa (21/1/2025), sejumlah analisis dan diplomat meyakini penarikan AS dari Perjanjian Paris untuk kali kedua ini memiliki dampak yang lebih besar.

Dengan ditariknya AS dari Perjanjian Paris, Trump diperkirakan akan membatalkan rencana pemangkasan emisi gas rumah kaca (GRK) negara tersebut.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Dampak Positif IMIP pada Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali

Dampak Positif IMIP pada Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat Morowali

Swasta
Gerakan Menanam Pohon dari Kader Jadi Kado Ulang Tahun ke-78 Megawati

Gerakan Menanam Pohon dari Kader Jadi Kado Ulang Tahun ke-78 Megawati

LSM/Figur
Studi: Hilirisasi Nikel Perlu Terapkan ESG untuk Ciptakan Pekerjaan Hijau

Studi: Hilirisasi Nikel Perlu Terapkan ESG untuk Ciptakan Pekerjaan Hijau

LSM/Figur
DBS Indonesia Siapkan Rp 100 Miliar untuk Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Kelompok Rentan

DBS Indonesia Siapkan Rp 100 Miliar untuk Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Kelompok Rentan

Swasta
BNI Implementasikan Kesetaraan Gender di Ruang Kerja

BNI Implementasikan Kesetaraan Gender di Ruang Kerja

BUMN
AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu

AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu

LSM/Figur
Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain

Pemerintah
Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Pemerintah
Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

Jelang 100 Hari Prabowo-Gibran, Janji Transisi Energi Didesak Diwujudkan

LSM/Figur
Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Hilirisasi Nikel Belum Sediakan Green Jobs Sesuai Potensinya

Pemerintah
BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BRI RO Lampung Salurkan Bantuan kepada Korban Terdampak Banjir

BUMN
Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Pengiriman Kendang Jimbe Blitar ke China Tandai Ekspor Perdana UKM Jatim di Tahun 2025

Swasta
Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Inggris Siapkan Dana Rp 359 Miliar untuk Konservasi Laut Indonesia

Pemerintah
Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Dua Pertiga Bisnis Dunia Tingkatkan Anggaran Keberlanjutan pada 2025

Swasta
'Bahan Kimia Abadi' PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

"Bahan Kimia Abadi" PFAS Mengancam Kita, Eropa Berencana Melarangnya

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau