Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Rugi jika Cabut dari Kesepakatan Paris, Tutup Peluang Pendanaan

Kompas.com - 03/02/2025, 08:25 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Kesepakatan Paris dianggap sebagai beban oleh sejumlah pejabat. Pernyataan Utusan Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengindikasikan, Indonesia akan merugi jika tetap dalam kesepakatan itu.

Namun, Indira Hapsari dari Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA) menilai, Indonesia justru akan merugi jika keluar dari kesepakatan itu karena peluang pendanaan iklim jadi tertutup.

"Penarikan diri Indonesia dari Perjanjian Paris akan berakibat fatal: hilangnya akses pendanaan internasional, tergerusnya kepercayaan global terhadap komitmen pembangunan berkelanjutan, serta mengancam upaya advokasi lingkungan masyarakat sipil," katanya.

Betul, pendanaan Just Energy Transisition Partnership (JETP) berpeluang terhambat ketika Amerika Serikat keluar dari Kesepakatan Paris. Tetapi, masih banyak pendanaan lain yang bisa diakses Indonesia.

Indira mengatakan, Indonesian telah menerima ratusan juta dolar dari Green Climate Fund - dana global yang mendukung negara berkembang untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim - serta memakainya untuk proyek energi bersih dan pengelolaan lingkungan.

Baca juga: Kesepakatan Paris demi Rakyat, Indonesia Harus Tetap Tergabung

Indonesia berpeluang menerima Adaptation Fund untuk membantu komunitas rentan menghadapi tantangan iklim serta Climate Investment Fund yang bisa dipakai untuk mendorong transisi energi, transportasi hijau dan konservasi hutan.

Setidaknya dalam beberapa tahun belakangan, makin menguat tren pendanaan dari lembaga pendanaan internasional ke isu-isu krisis iklim, misalnya dari Departement of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia dan Uni Eropa.

"Pendaan itu tersebar dari barat ke timur Indonesia untuk mendukung penguatan kapasitas dan resiliensi warga paling terdampak krisis iklim," ujar terang Indira saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (2/2/2025).

Jika keluar dari Kesepakatan Paris, Indonesia akan merugi secara finansial karena tak bisa mengakses pendanaan itu. Pada saat yang sama, hal itu akan semakin menempatkan warga yang terdampak iklim dalam posisi yang lebih rentan.

Indira meminta pemerintah untuk lebih dari sekadar tetap tergabung dalam Kesepakatan Paris, tetapi juga mendorong adaptasi dan mitigasi iklim lebih baik, misalnya dengan mempensiunkan batubara dan beralih ke energi terbarukan.

Baca juga: PBB: Penarikan Diri AS dari Kesepakatan Paris mulai 27 Januari 2026

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Auriga: Mayoritas Deforestasi Sepanjang 2024 Terjadi di Area Konsesi

Auriga: Mayoritas Deforestasi Sepanjang 2024 Terjadi di Area Konsesi

LSM/Figur
Nikel Segera Diperdagangkan di Bursa Indonesia, Harga Acuan Dibentuk

Nikel Segera Diperdagangkan di Bursa Indonesia, Harga Acuan Dibentuk

Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Konstruksi Rentan Rusak, Pustral UGM Usulkan Jalan Ramah Lingkungan

Perubahan Iklim Bikin Konstruksi Rentan Rusak, Pustral UGM Usulkan Jalan Ramah Lingkungan

LSM/Figur
Indonesia Rugi jika Cabut dari Kesepakatan Paris, Tutup Peluang Pendanaan

Indonesia Rugi jika Cabut dari Kesepakatan Paris, Tutup Peluang Pendanaan

LSM/Figur
IESR: Tak Pensiunkan PLTU Jadi Bunuh Diri Ekonomi Sesungguhnya

IESR: Tak Pensiunkan PLTU Jadi Bunuh Diri Ekonomi Sesungguhnya

LSM/Figur
Kesepakatan Paris demi Rakyat, Indonesia Harus Tetap Tergabung

Kesepakatan Paris demi Rakyat, Indonesia Harus Tetap Tergabung

LSM/Figur
Perbaikan Danau Lido, Menteri LH Pastikan Pengelolaan Berkelanjutan

Perbaikan Danau Lido, Menteri LH Pastikan Pengelolaan Berkelanjutan

Pemerintah
Menteri LH: Danau Lido Mendangkal, 10 Hektar Harus Jadi Badan Air Lagi

Menteri LH: Danau Lido Mendangkal, 10 Hektar Harus Jadi Badan Air Lagi

Pemerintah
Software Keberlanjutan Laku meski Politik Iklim Sedang Tak Berpihak

Software Keberlanjutan Laku meski Politik Iklim Sedang Tak Berpihak

Swasta
Save the Children dan KFIF Perkuat Ketangguhan Masyarakat dari Risiko Banjir di Rancaekek

Save the Children dan KFIF Perkuat Ketangguhan Masyarakat dari Risiko Banjir di Rancaekek

LSM/Figur
10 Provinsi dengan Deforestasi Terparah Sepanjang 2024, 3 dari Kalimantan

10 Provinsi dengan Deforestasi Terparah Sepanjang 2024, 3 dari Kalimantan

LSM/Figur
AS Keluar dari Perjanjian Paris, Indonesia Harus Lebih Kuat Berkolaborasi

AS Keluar dari Perjanjian Paris, Indonesia Harus Lebih Kuat Berkolaborasi

LSM/Figur
Tak Jawab Akar Masalah, Tanggul Laut Dinilai Bakal Sia-sia

Tak Jawab Akar Masalah, Tanggul Laut Dinilai Bakal Sia-sia

LSM/Figur
Heboh Kebun Sawit dalam Hutan Lindung

Heboh Kebun Sawit dalam Hutan Lindung

Pemerintah
Serba-serbi 'Renewable Energy Certificate' PLN: Kelebihan Bagi Swasta dan Harganya

Serba-serbi "Renewable Energy Certificate" PLN: Kelebihan Bagi Swasta dan Harganya

BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau