KOMPAS.com-Turbin angin kini menjadi bagian yang penting dalam menghasilkan energi terbarukan. Namun ada satu tantangan yang harus dihadapi dalam industri energi angin tersebut.
Setelah dinonaktikan, sebagian besar bilah atau baling-baling turbin yang biasanya menggunakan logam sering kali berakhir di tempat pembuangan sampah.
Dan bilah yang sampai ke fasilitas daur ulang menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar saat dipecah.
Untuk mengakalinya, perusahaan asal Jerman, Voodin Blade Technology bermitra dengan produsen peralatan Senvion, merancang alternatif bilah turbin menjadi terbuat dari kayu.
Menariknya, bilah turbin yang akan diuji coba ini pun diklaim sebagai bilah turbin angin terbuat dari kayu yang terpanjang di dunia.
Baca juga:
"Kolaborasi strategis ini merupakan langkah maju yang besar dalam mengatasi salah satu tantangan terbesar industri angin yakni daur ulang bilah turbin angin," terang Senvion dalam keterangan resminya.
Rencananya, seperti dikutip dari Popular Science, Sabtu (8/2/2025) perusahaan tersebut akan memulai pengujian di lokasi yang belum ditentukan di Eropa pada akhir tahun 2026 hingga awal tahun 2027.
Lebih lanjut, bilah turbin dibuat dengan kayu lapis laminasi (LVL), kayu rekayasa ringan yang populer dan mampu menahan beban besar.
Kayu yang pertama kali dikembangkan pada 1980-an ini diproduksi dengan menggunakan perekat untuk mengikat beberapa lapisan kayu tipis dalam kondisi yang sangat terkendali.
Material konstruksi yang hasilkan pun jauh lebih kuat daripada kayu lapis, sekaligus tahan terhadap lengkungan atau penyusutan.
Voodin mengklaim bilah turbin LVL-nya sepenuhnya dapat terurai secara hayati, dan bersumber secara berkelanjutan dari pohon pinus cemara musim semi Nordik.
Komponen alternatif tersebut juga harganya 28 persen lebih murah daripada bilah logam standar, serta menghasilkan emisi CO2 78 persen lebih sedikit selama proses pembuatannya.
Baca juga: Negara UE Perbarui Sasaran Energi Terbarukan Lepas Pantai
Sebelumnya, perusahaan melakukan pengujian bilah kayu turbin pertama pada 2024 lalu dengan bilah kayu sepanjang 19,3 meter.
Namun setelah melakukan studi kelayakan, perusahaan kembali akan membangun dan menguji prototipe turbin dengan ukuran yang lebih panjang pada akhir tahun 2026 hingga awal tahun 2027.
Bilah-bilah turbin diperkirakan akan berukuran lebih dari 50 meter dan kemungkinan menjadikannya sebagai bilah turbin terpanjang dari jenisnya yang pernah dibuat.
"Bilah turbin angin kayu tidak hanya merupakan kemajuan teknologi yang inovatif, tetapi juga lompatan signifikan menuju ekosistem energi angin yang lebih berkelanjutan," kata CEO Voodin Tom Siekmann.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya