KOMPAS.com - Sebagian besar negara mengandalkan kombinasi kemajuan teknologi dan perubahan infrastruktur untuk memenuhi target pengurangan emisi gas rumah kaca.
Namun, pemodelan baru Raziel Riemer dari Universitas Ben-Gurion di Negev, Israel, menunjukkan bahwa kedua hal tersebut tidak akan cukup untuk mencapai target emisi karbon pada 2050.
Baca juga: Emisi Karbon Industri Sepak Bola Dunia Setara dengan Satu Negara
Untuk mencapai kesimpulan itu, Riemer melakukan pemodelan dengan mengambil Israel sebagai sampel. Israel dipilih karena pertumbuhan populasi yang stabil di negara itu. Meski demikian, dia menyebut pemodelan dapat diterapkan di semua negara.
Dalam pemodelan itu, dia meneliti implikasi yang diharapkan dari pertumbuhan populasi, perubahan kebiasaan konsumsi pribadi di Israel, dan penerapan pengembangan teknologi untuk mengurangi emisi yang terkait dengan bidang-bidang seperti listrik, transportasi, air, makanan, dan konstruksi.
Di Israel, investasi teknologi dan infrastruktur diharapkan bisa mengurangi emisi per kapita hingga 65 persen. Namun, karena pertambahan populasi dan konsumsi yang berpotensi mengikutinya, emisi hanya akan berkurang 33 persen.
"Meskipun ada pencapaian signifikan dalam teknologi dan infrastruktur, pertumbuhan populasi dan peningkatan konsumsi pribadi dapat menetralkan pengurangan emisi," jelas Prof. Raziel Riemer dari Universitas Ben-Gurion, seperti dikutip Phys, Selasa (11/2/2025).
Riset Riemer yang dipublikasikan di Nature Sustainability menunjukkan bahwa masih ada faktor lain seperti pengurangan konsumsi yang harus dikejar agar target penurunan emisi tercapai.
Baca juga: Diremehkan, Biochar Ternyata Cukup Ampuh Serap Emisi Karbon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya