TAK ada Revolusi Industri tanpa revolusi-revolusi sebelumnya di tanah Inggris; dari Revolusi Petani (1381) hingga Glorious Revolution (1688).
Di akhir abad 17, angin perubahan berembus kencang tatkala Parlemen Inggris memberangus kekuasaan absolut Raja James dan menjadi pijakan bagi reformasi institusi politik dan ekonomi di sana.
Institusi ekonomi ditata ulang sehingga menciptakan iklim yang cocok dan merangsang semangat inovator dan wirausahawan.
Puncaknya Inggris diguncang temuan besar berupa mesin uap oleh James Watt tahun 1760. Industrialisasi berkobar, ekonomi tumbuh dan berkembang dalam level yang mencengangkan.
Baca juga: Baru Dilantik Jadi Presiden, Trump Langsung Tarik AS Keluar Perjanjian Paris
Dalam Why Nations Fail, Daren Acemoglu dan James A. Robinson bercerita, temuan Watt itu memicu gagasan jenius lain.
Sistem roda gigi "sun and planets" yang diciptakan Watt contohnya berhasil mengonversi energi gerak dari mesin uap menjadi alat-alat lain yang lebih bermanfaat.
Pokok kata, institusi ekonomi inklusif yang lahir, dibangun dan didorong oleh institusi politik yang juga inklusif menciptakan penghancuran kreatif yang bersifat kontinyu dalam sejarah manusia.
Kombinasi tiga hal itu, menurut Acemoglu dan Robinson, terbukti menerbitkan kesejahteraan (kemakmuran) bagi bangsa-bangsa di dunia. Inilah tesis yang mengantarkan keduanya meraih Nobel Ekonomi tahun 2024.
Penghancuran kreatif berhulu pada Joseph Schumpeter. Ini tak lain adalah proses inovasi berkelanjutan yang menyebabkan perubahan ekonomi dan menggantikan produk atau proses yang lama dengan baru.
Sejarah manusia diisi oleh penghancuran kreatif tanpa henti. Inovasi membuat sejarah berlangsung progresif dan kadang sulit dikendalikan, meskipun kata Yuval Noah Harari, kemampuan manusia telah sedikit serupa Tuhan.
Artificial Intelligence, AI dalam sejarah kiwari mengubah jalannya sejarah. Temuan-temuan baru yang berasal dari inovasi manusia cerdas menggantikan yang lama--bisa mengganti sama sekali dan mengubur temuan lama, atau melengkapi dan menyempurnakan temuan yang lebih tua.
Baca juga: AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu
Sejarah "invention" seperti busur panah yang lepas bebas dan tak dapat dikendalikan oleh tuannya.
Dari mesin uap, lalu penemuan kereta api, mobil, listrik, pesawat terbang dan seterusnya tak pelak membuat manusia tiba pada peradaban yang mungkin tak terbayangkan dan celakanya intim: Peradaban yang mengeksploitasi energi fosil, yang notabene kotor, sampai batas-batas mengerikan.
Batu bara, minyak bumi dan gas jadi segitiga penopang yang bikin manusia memiliki mobilitas tinggi, tapi juga mendaki puncak ironi: Menyakiti planet yang semula nyaman dan sejuk di zaman pra-revolusi industri menjadi bumi yang kian mendidih.
Pada 2024, emisi karbon (CO2) yang dimuntahkan ke atmosfer akibat eksploitasi energi fosil ditaksir menembus 37,4 miliar ton.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya