Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2025, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

"Daripada sampah ini dibuang, lebih baik dijadikan uang begitu," ujar Diyah yang juga menjadi pengurus Bank Sampah Unit Joker.

Sampai saat ini, ada sekitar 20 nasabah Bank Sampah Unit Joker yang aktif dan rutin mengumpulkan sampah dan menabung emas.

Mekanismenya adalah, nasabah datang ke agenda pengepulan sampah setiap sepekan sekali. Nasabah bisa memilah sendiri sampahnya dari rumah atau memilahnya di lokasi pengepulan.

Setelah itu, sampah anorganik ditimbang dan dibayar berdasarkan jenis dan harga saat itu. Setelah mendapatkan uang, nasabah bisa menabungnya langsung ke tabungan emas atau dibawa pulang, tergantung keinginan.

Untuk menabung emas, nasabah tidak perlu datang ke Kantor Pegadaian, namun bisa dilakukan di kantor BUMDes Mulur.

Baca juga: Kebijakan dan Tujuan Lingkungan Ihwal Sampah Plastik Belum Selaras

Kurangi sampah masuk TPA

Bank Sampah Unit Joker sendiri merupakan salah satu unit dari Bank Sampah Induk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mulur.

Manajer Operasional Bank Sampah Induk BUMDes Mulur Arnisya Frisiliani menyampaikan, sampai saat ini ada 20 bank sampah unit di Desa Mulur dan empat di luar desa yang berada di bawah naungannya.

Dia berujar, kehadiran bank sampah menumbuhkan semangat warga untuk memilah sampah dari rumah.

"Sampahmu itu adalah tanggung jawabmu. Kalau semua orang tahu, sampah saya ya tanggung jawab saya, itu akan enak (dalam menangani sampah)," tutur Arnisya.

Baca juga: Sampah Organik Keluarga Jadi Biogas: Upaya Ekonomi Sirkular dari Rumah

Meski demikian, Arnisya mengakui awalnya tidak mudah mengajak warga desa untuk memilah sampah dan menjadi nasabah bank sampah.

Akan tetapi, lambat laun, banyak masyarakat yang sadar untuk memilah sampah karena melihat berbagai keuntungan apabila bergabung menjadi nasabah bank sampah.

Terlebih, kehadiran tabungan emas yang menjadi salah satu inovasi dari Bank Sampah Induk BUMDes Mulur semakin menarik minat warga.

Hasilnya pun sangat signifikan. Dalam sebulan, saat ini hampir 700 kilogram sampah anorganik yang diserap oleh Bank Sampah Induk dari seluruh bank-bank sampah unit.

Baca juga: Plana Ubah Sampah Plastik dan Sekam Jadi Material Pengganti Kayu

Itu artinya, kehadiran bank sampah mampu mencegah ratusan kilogram sampah anorganik berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

"Mengurangi yang dibuang ke TPA. Kita usahakan bisa mengurangi masing-masing di bank sampah unit," kata Arnisya.

Dari semua sampah anorganik yang terserap, sampah plastik sekali pakai seperti botol minum, gelas plastik, dan lainnya berkontribusi paling besar yakni sekitar 30 persen.

Ke depan, Arnisya menuturkan BUMDes Mulur juga akan mengelola sampah organik. Ada beberapa rencana yang disiapkan mulai dari budidaya maggot, lubang biopori, hingga kompos.

Baca juga: Jangan Tunggu Gas Langka, Rumah Tangga Bisa Manfaatkan Sampah Organik Jadi Biogas

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau