Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: 58 Persen Anak Muda Indonesia Belum Paham Green Jobs, Padahal Punya Peluang Menjanjikan

Kompas.com, 17 Februari 2025, 12:00 WIB
DWN,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi terbaru dari Koaksi Indonesia mengungkap bahwa dua dari lima anak muda Indonesia memiliki pemahaman tentang green jobs. Sementara itu, 58 persen responden lainnya masih belum memahami konsep dan relevansi pekerjaan hijau ini.

Penelitian tersebut melibatkan lebih dari 600 responden berusia 17 hingga 34 tahun dari sepuluh kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Banten, Yogyakarta, Denpasar, Pekanbaru, Kupang, Samarinda, dan Palu.

Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran bagaimana anak muda melihat peluang green jobs dalam sektor ekonomi hijau serta tantangan yang mereka hadapi dalam mengakses informasi dan pelatihan terkait.

Baca juga: Keracunan Data, Modus Baru Menyasar Pelatihan AI

Kendala seperti kurangnya informasi dan terbatasnya akses ke program pelatihan seharusnya tidak menghambat minat anak muda terhadap green jobs.

Indonesia memiliki peluang besar dalam menciptakan green jobs, terutama di sektor energi terbarukan. Sektor ini menjadi perhatian dunia karena berkontribusi besar terhadap emisi karbon, salah satu penyebab perubahan iklim.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Indonesia menargetkan emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat.

Baca juga: Bank di Eropa Gagal Tetapkan Rencana Emisi Nol Bersih

Transisi menuju energi terbarukan menjadi langkah utama dalam mencapai target tersebut sekaligus membuka peluang besar bagi green jobs.

Dengan demikian, generasi muda berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang tidak hanya layak secara ekonomi tetapi juga berkelanjutan bagi lingkungan.

Diprediksi mampu ciptakan jutaan lapangan kerja

Koaksi Indonesia, melalui studinya “Green Jobs & Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia” menunjukkan bahwa peralihan ke energi terbarukan dapat menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar.

Mengutip hasil studi Koaksi Indonesia, berikut adalah skenario potensial yang diprediksi akan menciptakan lapangan kerja.

Baca juga: Lapangan Kerja, Kemiskinan, Ketimpangan, dan Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas

Pertama, penambahan kapasitas energi terbarukan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) diperkirakan akan menciptakan 7,2 juta total pekerjaan pada 2030.

Kedua, penambahan kapasitas energi terbarukan dari PLN (RUPTL) berpotensi menghasilkan 3,9 juta tahun kerja total pada 2030.

Ketiga, penambahan kapasitas dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) diprediksi menciptakan 432.000 tenaga teknik pada 2030 dan meningkat menjadi 1,12 juta tenaga teknik pada 2050.

Keempat, kapasitas pembangkit baru energi terbarukan sebesar 20,9 gigawatt (GW) dibandingkan energi fosil 19,6 GW akan membutuhkan 106.000 tenaga teknik untuk energi terbarukan, sedangkan energi fosil hanya membutuhkan 10.000 tenaga kerja.

Baca juga: PMK 11 Tahun 2025, PPN Jasa Tenaga Kerja dan Periklanan Berubah

Penelitian lain menunjukkan bahwa investasi dalam energi terbarukan dapat menciptakan hampir 70 persen lebih banyak lapangan kerja dibandingkan dengan investasi di energi fosil.

Dalam konteks global, green jobs di sektor energi terbarukan memainkan peran krusial dalam mengatasi perubahan iklim.

Dengan demikian, peluang besar green jobs di Indonesia tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan sektor ketenagakerjaan dan ekonomi, tetapi juga memperkuat peran Indonesia dalam upaya mitigasi perubahan iklim di tingkat global.

Antusiasme anak muda terhadap green jobs

Meski sebagian besar anak muda belum memahami green jobs secara mendalam, hasil studi menunjukkan bahwa mereka memiliki minat tinggi untuk mempelajari lebih lanjut.

Banyak yang melihat sektor tersebut sebagai jalur karier yang tidak hanya berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kami menemukan adanya antusiasme besar dari generasi muda terhadap green jobs, meskipun masih banyak yang belum memahami konsep ini secara menyeluruh,” ujar Manajer Komunikasi dan Kampanye Koaksi Indonesia Fitrianti Sofyan, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (15/2/2025).

Baca juga: Transisi Energi di Tengah Pemotongan Anggaran, Kerjasama Swasta Perlu

“Oleh karena itu, pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil harus berkolaborasi dalam menyediakan akses informasi dan pelatihan yang lebih luas,” sambungnya.

Fitrianti Sofyan menambahkan, penelitian scoping study memberikan wawasan holistik tentang bagaimana konteks lokal memengaruhi pemahaman dan keterlibatan anak muda dalam green jobs.

Dari antusiasme ke aksi nyata

Ilustrasi pengembangan potensi anak muda dalam energi terbarukan. DOK. Freepik Ilustrasi pengembangan potensi anak muda dalam energi terbarukan.

Berdasarkan hasil studi tersebut, Koaksi Indonesia merekomendasikan beberapa langkah strategis untuk memaksimalkan potensi generasi muda dalam transisi energi.

Baca juga: Transisi Energi di Tengah Pemotongan Anggaran, Kerjasama Swasta Perlu

Pertama, memperluas akses informasi. Kampanye digital yang inklusif dan edukatif diperlukan agar informasi mengenai green jobs lebih mudah dijangkau oleh anak muda.

Kedua, integrasi dalam pendidikan. Konsep green jobs perlu dimasukkan ke dalam program pelatihan dan pendidikan formal agar anak muda lebih siap menghadapi industri hijau di masa depan.

Ketiga, membangun ekosistem kerja yang mendukung. Inovasi dan kolaborasi lintas sektor harus ditingkatkan melalui dukungan kebijakan, investasi dalam pelatihan berbasis keterampilan, dan insentif bagi wirausaha hijau.

Generasi muda perlu merasa diberdayakan sebagai penggerak utama perubahan menuju masa depan yang lebih hijau.

Baca juga: Peluang Karier di Era AI: Kuasai 2 Keterampilan Ini agar Dilirik Perekrut

Sebagai organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada energi terbarukan dan secara konsisten mengampanyekan green jobs, Koaksi Indonesia meyakini bahwa hasil scoping study dapat menjadi landasan bagi pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil untuk mengambil langkah konkret dalam mendukung perkembangan pekerjaan hijau.

Dengan memberdayakan generasi muda, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin dalam transisi energi global serta menciptakan lapangan kerja hijau yang berkelanjutan. Masa depan energi hijau terletak di tangan generasi muda yang siap menjadi penggerak perubahan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau