Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Fenomena Disebut Hujan Jeli di Gorontalo, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 17/02/2025, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Warga Desa Leyao, Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, dihebohkan dengan fenomena yang disebut sebagai hujan jeli.

Fenomena itu disebut terjadi pada Sabtu (15/2/2025) malam sekitar pukul 20.00 Wita. 

Dalam video yang diunggah akun media sosial Instagram @infosulawesidotcom pada Minggu sore, tampak sejumlah orang menunjukkan partikel serupa jeli di dalam ember.

Baca juga: Hujan Jeli Hebohkan Warga Gorontalo Utara

Dilansir dari Antara, fenomena tersebut baru disadari warga setelah beberapa saat hujan turun karena ada butiran menyerupai jeli yang memenuhi pekarangan rumah dan jalan.

Fenomena itu disebut terjadi sekitar 30 menit dan warga merasakan hujan yang turun cukup deras.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Djalaluddin Gorontalo Naufal Pramudya Irawan mengatakan, ada tiga kemungkinan penyebabnya.

Kemungkinan pertama yaitu fenomena biologis dari hewan laut kecil seperti ubur-ubur atau plankton yang terangkat ke atmosfer oleh badai atau angin kencang.

Baca juga: Bagaimana Iklim Ekstrem Memicu Kekeringan dan Hujan Lebat?

Partikel gelatin dari organisme-organisme ini bisa jatuh bersama dengan hujan.

Kemungkinan kedua yaitu fenomena meteorologi. Angin yang sangat kuat bisa mengangkat bahan-bahan dari permukaan laut atau kolam yang kemudian terbawa ke atmosfer dan turun kembali sebagai hujan ketika kondisi memungkinkan.

Kemungkinan ketiga yaitu pencemaran atau limbah. Kasus hujan jeli bisa terkait dengan limbah industri atau pencemaran air yang menghasilkan bahan-bahan gelatin atau mirip jeli.

Akan tetapi, hal ini sangat jarang dan lebih mengarah ke fenomena yang merusak lingkungan.

Baca juga: Modifikasi Cuaca Turunkan Hujan di Jakarta Hingga 60 Persen

"Beberapa proses bisa menjadi salah satu kemungkinan penyebabnya," kata Naufal sebagaimana dilansir Antara, Minggu (16/2/2025).

Naufal mengatakan untuk mengetahui penyebab secara pasti memerlukan penelitian lebih lanjut.

Diragukan

Di sisi lain, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Direktorat Meteorologi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ida Pramuwardani meragukan fenomena hujan jeli.

"Validitasnya masih diragukan," kata Ida Pramuwardani di Jakarta, Minggu malam, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: BNPB Semai 26 Ton Garam dalam Sepekan, Kendalikan Hujan Ekstrem

Ida mengungkapkan, meski ada beberapa kemungkinan tetapi tidak bisa asal berasumsi, bahkan sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi yang valid atas fenomena tersebut.

"Secara natural ini enggak mungkin terjadi," ucap Ida.

Kendati demikian, Ida menyampaikan tim BMKG sedang berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gorontalo dan menghubungi pemilik akun media sosial pengunggah video yang menyebutkan adanya hujan jeli di Gorontalo.

Langkah tersebut dilakukan untuk verifikasi. Ida menambahkan, jika informasi tersebut benar, maka kemudian dipelajari penyebabnya.

Baca juga: Jelang Tahun Baru 2025, Curah Hujan Jakarta Turun 38 Persen karena 8 Ton Garam

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
KLH Siapkan PP Mangrove, Berisi Perlindungan dan Pengelolaannya
KLH Siapkan PP Mangrove, Berisi Perlindungan dan Pengelolaannya
Pemerintah
Meski Dianggap Imperialisme, EUDR Bisa Jadi Jalan Perbaikan Tata Kelola Komoditas
Meski Dianggap Imperialisme, EUDR Bisa Jadi Jalan Perbaikan Tata Kelola Komoditas
Pemerintah
Austria Segera Punya Fasilitas Hidrogen Hijau Raksasa, Potong Emisi 150.000 Ton Per Tahun
Austria Segera Punya Fasilitas Hidrogen Hijau Raksasa, Potong Emisi 150.000 Ton Per Tahun
Pemerintah
Hutan Mangrove Lebih Kuat dari Dugaan, Tahan Badai akibat Perubahan Iklim
Hutan Mangrove Lebih Kuat dari Dugaan, Tahan Badai akibat Perubahan Iklim
Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Separuh Dunia Rasakan Panas Ekstrem Sebulan
Perubahan Iklim Bikin Separuh Dunia Rasakan Panas Ekstrem Sebulan
LSM/Figur
IESR Dorong ASEAN JETP, Potensi Dana Transisi Energi Capai Rp 2.000 Triliun
IESR Dorong ASEAN JETP, Potensi Dana Transisi Energi Capai Rp 2.000 Triliun
LSM/Figur
Janji Besar, Nyatanya Nol, Bank-bank Inggris Masih Danai Energi Fosil
Janji Besar, Nyatanya Nol, Bank-bank Inggris Masih Danai Energi Fosil
Swasta
Terlibat Perdagangan 80 Kg Sisik Trenggiling, 3 Pria Terancam 15 Tahun Penjara
Terlibat Perdagangan 80 Kg Sisik Trenggiling, 3 Pria Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
PFAS Berbahaya di Jaket hingga Wajan, Bisakah Nanofiber Jadi Penggantinya?
PFAS Berbahaya di Jaket hingga Wajan, Bisakah Nanofiber Jadi Penggantinya?
LSM/Figur
Riau Bisa Dongkrak Ekonomi Biru, Bersaing dengan Singapura
Riau Bisa Dongkrak Ekonomi Biru, Bersaing dengan Singapura
LSM/Figur
Longsor Gunung Kuda, Bukti Tambang Legal Belum Tentu Profesional
Longsor Gunung Kuda, Bukti Tambang Legal Belum Tentu Profesional
LSM/Figur
Makan Korban, Pemda Cabut Izin Tambang Galian C di Gunung Kuda
Makan Korban, Pemda Cabut Izin Tambang Galian C di Gunung Kuda
Pemerintah
Dorong Kesetaraan Pendidikan, TenarisSPIJ Salurkan Beasiswa untuk Pelajar Cilegon
Dorong Kesetaraan Pendidikan, TenarisSPIJ Salurkan Beasiswa untuk Pelajar Cilegon
Swasta
Badan Geologi Ungkap Pemicu Tambang Galian C di Cirebon Longsor dan Tewaskan 14 Orang
Badan Geologi Ungkap Pemicu Tambang Galian C di Cirebon Longsor dan Tewaskan 14 Orang
Pemerintah
Peningkatan Kekuatan Militer Global Jadi Ancaman Tujuan Iklim
Peningkatan Kekuatan Militer Global Jadi Ancaman Tujuan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau