KOMPAS.com - Selama tiga tahun terakhir, di kawasan Soloraya menjamur lapak es teh jumbo yang dijual dengan harga rata-rata Rp 3.000.
Lapak-lapak es teh tersebut mampu menggeliatkan ekonomi di masyarakat. Akan tetapi, menjamurnya kegiatan usaha tersebut memiliki dampak lain.
Lembaga yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan, Yayasan Gita Pertiwi, menyebutkan, kegiatan usaha tersebut berpotensi menambah gunungan sampah.
Baca juga: Kalimantan Selatan Dinyatakan Darurat Sampah, Ini Sebabnya
Pasalnya, lapak tersebut menjual es teh dengan gelas plastik sekali pakai. Bila tidak ditangani dengan baik, gelas plastik berpotensi menambah timbulan sampah plastik.
Direktur Program Gita Pertiwi Titik Eka Sasanti menuturkan, menjamurnya lapak es teh jumbo perlu dibarengi strategi penanganan yang tepat.
"Kami pernah melakukan survei kecil-kecilan. Di sepanjang jalan utama, hampir setiap 50 meter ada lapak es teh jumbo," kata Titik saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (15/2/2025).
Bila satu lapak menjual 100 gelas es teh dalam sehari, maka potensi timbulan sampahnya sangat besar jika digabung dengan lapak-lapak lainnya.
Baca juga: Pemerintah Didesak Buat Kebijakan Tegas soal Pengelolaan Sampah Plastik
Manajer Operasional Bank Sampah Induk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mulur Arnisya Frisiliani di Sukoharjo menuturkan, sampah kemasan plastik menjadi kontributor paling besar di area kerjanya.
Sampah plastik seperti seperti botol minum, gelas plastik, dan lainnya memliki kontribusi paling besar yakni sekitar 30 persen.
"Kurang lebih ada sekitar 20 macam sampah plastik yang kami serap," ujar Arnisya kepada Kompas.com, Jumat (13/2/2025).
Di Soloraya sendiri, plastik menjadi jenis limbah yang mendominasi komposisi sampah menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada 2023.
Baca juga: 350 Ribu Ton Sampah Plastik Masuk ke Laut Indonesia pada 2024
Di Kota Solo, sampah plastik berkontribusi 22,73 persen. Sementara itu di Sukoharjo, kontribusinya 23,79 persen.
Sedangkan di Karanganyar, kontribusi sampah plastik 18 persen. Untuk Wonogiri, timbulan sampah plastik mencapai 25 persen.
Di Klaten, sampah plastik berkontribusi sebesar 20 persen. Dan di Boyolali, kontribusi sampah plastik 37,47 persen sekaligus menjadi yang terbesar.
Selas plastik merupakan kemasan yang murah. Sehingga tak mengherankan penjual memilih jenis kemasan tersebut. Selain itu, kemasan gelas plastik menawarkan kepraktisan kepada konsumen.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya