KOMPAS.com - Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) perlu dilihat sebagai strategi jangka panjang, bukan hanya setahun dua tahun.
Managing Director Energy Shift Putra Adhiguna mengatakan, kehadiran Danantara bisa menjadi kekuatan baru di luar dari PLN untuk mendorong transisi energi di Indonesia.
Meski demikian, Danantara tetap perlu berkongsi dengan sumber pendanaan lain, seperti investor, untuk memuluskan agenda transisi energi di Indonesia.
Baca juga: Danantara Bisa Percepat Transisi Energi dengan Duitnya, Asal...
Dengan demikian, Putra menuturkan pemerintah memiliki pekerjaan rumah (PR) besar untuk meyakinkan investor bahwa Danantara adalah lembaga yang stabil dan tata kelola yang bagus dalam jangka panjang.
Dia mencontohkan salah satu perusahaan investasi milik pemerintah Singapura bernama Temasek Holdings yang memiliki taji besar di dunia.
"Temasek itu kan sudah berdiri 40-50 tahun lalu, sementara semua orang seolah-olah pengen melihat Danantara beraksi dalam dua tahun ke depan. Temasek itu bisa bertahan selama ini karena dia dilakukan dengan mindset jangka panjang, dengan tata kelola yang bagus," kata Putra saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/2/2025).
Putra menuturkan, investor akan menunggu untuk memastikan bahwa lembaga seperti Danantara dikelola secara profesional sebelum menanamkan modalnya.
Selain itu, investor yang ingin berinvestasi dalam jangka panjang tentu membutukan partner usaha yang stabil.
Baca juga: Danantara Perlu Dorong Produksi Green Steel, Ubah PLN Jadi Net Zero
"PR awal kita adalah meyakinkan dulu bahwa investor untuk masuk ke dalam Danantara adalah sebuah langkah yang tepat," papar Putra.
Di samping itu, untuk mendorong transisi energi dan mengembangkan energi terbarukan, ada opsi membentuk entitas baru selain badan usaha milik negara (BUMN) yang sudah ada.
Pasalnya, apabila menggelontorkan investasi khusus energi terbarukan ke BUMN yang sudah eksis, ada beberapa kondisi yang menjadi tantangan.
"Bisa jadi membutuhkan entitas baru akan lebih menjanjikan paling tidak untuk transisi energi," jelas Putra.
Baca juga: Menakar Potensi Danantara untuk Dukung Transisi Energi
Selain itu, pemerintah perlu menciptakan proyek-proyek energi terbarukan untuk meminang investasi dan membuat Danantara mendorong eksekusinya.
Putra menilai, selama ini proyek-proyek energi terbarukan masih belum banyak terlihat, sehingga belum banyak realisasi pengembangan enegri terbarukan.
"Indonesia ini sebenarnya tidak kekurangan pendanaan ya di dalam transisi energi. Yang tidak kurang itu proyeknya saja, itu aja. Jadi itu yang mungkin kalau ditanya dengan kerangka investor, yang mereka cari itu proyek," tutur Putra.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto meresmikan BPI Danantara pada Senin (24/2/2025).
Pembentukan Danantara menandai era baru dalam pengelolaan BUMN di Indonesia.
Baca juga: Rosan Roeslani Rangkap Jabatan Danantara, Wamen Investasi: Itu Strategi...
Lembaga ini dibentuk untuk mengonsolidasikan dan mengelola kekayaan negara secara optimal demi kepentingan jangka panjang.
Presiden Prabowo menyebut, Danantara merupakan solusi strategis untuk meningkatkan efisiensi BUMN sekaligus memperbesar dividen bagi negara.
Sebagai dana investasi nasional, Danantara bertujuan mengoptimalkan pengelolaan aset negara melalui konsolidasi yang lebih profesional.
Danantara diharapkan dapat memperkuat perekonomian Indonesia melalui investasi yang lebih terfokus dan strategis.
Baca juga: Dukung Danantara, Mahfud MD: Kalau Nanti Ada Korupsi, Kita Lawan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya