Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru Terpetakan 3 Persen, Peta Dasar Skala Besar Dinilai Kebutuhan Mendesak RI

Kompas.com, 27 Februari 2025, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Peta dasar atau rupa bumi nasional berkala besar 1:5.000 dinilai menjadi kebutuhan mendesak yang harus segera diselesaikan Pemerintah Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Aris Marfai dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI di Jakarta, Rabu (26/2/2025).

Aris mengatakan, tanpa tersedianya peta skala besar, sangat sulit bagi Indonesia untuk melakukan sejumlah pengembangan.

Baca juga: Pemerintah: Peta Jalan Kendaraan Hidrogen Terkendala Regulasi dan Insentif

Contohnya seperti percepatan detail tata ruang, hilirisasi industri geospasial, hingga kegiatan Integrated Land Administration And Spatial Planning Project (ILASPP) yang sedang digagas oleh pemerintah.

"Sementara perlu kami sampaikan, saat ini baru 3 persen dari total keseluruhan wilayah darat Indonesia yang terpetakan dengan skala besar itu," kata Aris, sebagaimana dilansir Antara.

Menurut Aris, dari seluruh pulau di Indonesia, baru Sulawesi yang sudah mulai terpetakan wilayahnya ke dalam peta skala 1:5.000 oleh tim BIG.

Oleh karena itu, BIG mengusulkan kepada Komisi XII DPR RI penambahan anggaran pada pagu 2025 yang bersumber dari pendanaan luar negeri, yakni World Bank, senilai Rp 810,42 miliar.

Baca juga: IAI Terbitkan Peta Jalan Standar Pengungkapan Keberlanjutan, Perusahaan Bersiap Patuhi

"Saat ini kami sudah laksanakan produksi dan pemanfaatan data geospasial skala besar 1:5.000 di Sulawesi, sisanya akan menggunakan dana pinjaman tersebut untuk tiga sampai lima tahun ke depan," kata Aris.

Dia mengungkapkan, pinjaman dana luar negeri sangat berarti guna memastikan pelaksanaan program bidang geospasial itu berjalan sesuai target.

BIG menargetkan peta skala besar selesai secara bertahap pada 2025-2029, apalagi dari Rp 350 miliar pagu anggaran BIG, yang dapat digunakan hanya senilai Rp 195 miliar.

"Sebesar Rp 350 miliar ini anggaran pagunya, tetapi yang terblokir Rp 156 miliar, jadi kami gunakan Rp 195 miliar dari APBN itu di luar dari tambahan bantuan luar negeri," ucap Aris.

Setelah melewati diskusi, anggota Komisi XII DPR RI menerima usulan penambahan pagu anggaran 2025 untuk BIG dengan skema pinjaman luar negeri senilai Rp 810,42 miliar.

Baca juga: Peta Nasional Padang Lamun Bakal Diluncurkan Akhir Tahun Ini

Ketua Komisi XII Bambang Patijaya mengumumkan, tambahan anggaran tersebut melalui skema pinjaman luar negeri dari World Bank.

"Komisi XII mendukung usulan BIG tahun 2025. Ya, itulah ini kan kalau BIG bisa mencari tambahan dana dari pinjaman luar negeri dan sudah dikoordinasikan dengan Kementerian Keuangan, kami pikir tak ada masalah," kata dia.

Bambang menekankan, BIG harus menjamin program kerja prioritas yang disusun harus sesuai regulasi dan bermanfaat sebesar-besarnya untuk pemerintah dan masyarakat di Indonesia.

Produksi dan pemanfaatan data geospasial lainnya juga harus mudah diakses pemerintah daerah juga masyarakat.

"Pemanfaatannya, ya, itu, kami berharap semua sesuai dengan regulasi kita dan tentu memperhatikan manfaat, harus memberikan manfaat yang besar bagi pemerintah dan masyarakat," ucap Bambang.

Baca juga: Peta Bencana Diluncurkan untuk Bantu Nelayan Tradisional

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau