Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Seberapa Besar Kontribusi Sampah Gelas Plastik Industri AMDK terhadap Lingkungan?

Kompas.com - 06/03/2025, 08:58 WIB
Sri Noviyanti,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Laporan dari Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC) yang mempublikasikan hasil audit “Potret Sampah 6 Kota: Medan, Samarinda, Makassar, Denpasar, Surabaya, dan DKI Jakarta” pada 2023 menyoroti fakta bahwa sampah gelas plastik dari produsen air minum dalam kemasan (AMDK) menjadi salah satu yang mendominasi timbunan sampah plastik.

Dalam laporan NZWMC itu, kemasan gelas plastik menempati posisi tertinggi kedua dengan total sampah mencapai 135.383 buah. Menyusul temuan tersebut, ada botol air yang ditemukan sebanyak 87.633 buah.

Penggunaan gelas plastik AMDK sekali pakai yang masif dan belum adanya sistem daur ulang secara optimal untuk menampungnya ditengarai menjadi sebab.

Baca juga: Sampah Gelas Plastik Jadi Masalah Besar, Saatnya Produsen Ikut Bertanggung Jawab

Ahmad Safrudin dari NZWMC menyebut bahwa sampai di TPA, pihaknya menemukan lebih banyak kemasan gelas plastik. Ini menandai bahwa serapan industri daur ulang terhadap jenis plastik tersebut masih tergolong rendah.

CEO Kita Bumi Global, Hadiyan Faris Azhar, mengamini bahwa kemasan gelas plastik AMDK kerap berakhir di TPA.

“Serapan industri daur ulang belum optimal karena memang gelas plastik itu menyusut hampir 60 persen. Jika pengumpulnya punya 100 kilogram (kg). Mungkin nominal yang didapat pada akhirnya setara dengan 40 kg,” jelasnya.

Baca juga: Murah tapi Sulit Didaur Ulang, Alasan Sampah Gelas Plastik AMDK Membludak

Penyusutan itu disebabkan oleh karakteristik kemasan gelas plastik yang terdiri dari beberapa komponen. Pada sampah cup AMDK, misalnya, biasanya disertai dengan sedotan, tutup plastik, dan juga cairan yang masih tersisa di dalamnya.

“Tiap komponen dan proses membutuhkan biaya. Karena banyaknya komponen untuk dipilah dan bersihkan, penyusutannya pun semakin besar,” tambahnya.

Dampak terhadap lingkungan

Kemasan gelas plastik AMDK yang tidak terserap oleh industri daur ulang akhirnya menumpuk di TPA atau bahkan mencemari lingkungan, bahkan bisa sampai perairan, seperti laut di Indonesia.

Baca juga: Sampah Gelas Plastik Jadi Masalah Besar, Saatnya Produsen Ikut Bertanggung Jawab

Studi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2019 mengungkapkan bahwa plastik berukuran kecil, seperti gelas plastik, berkontribusi besar terhadap pencemaran sungai dan laut. Sampah plastik ini dapat terfragmentasi menjadi mikroplastik yang berbahaya bagi ekosistem perairan dan kesehatan manusia.

Gelas plastik AMDK yang ringan dan mudah terbawa angin juga sering kali ditemukan di area pesisir dan perairan sehingga dapat memperburuk kondisi lingkungan laut.

Selain dampak terhadap ekosistem, keberadaan gelas plastik di TPA juga memengaruhi emisi gas rumah kaca. Plastik yang terurai secara perlahan di lingkungan menghasilkan gas metana dan karbon dioksida yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Terurai dalam Sejam, Inovasi Plastik dari Jepang Bawa Harapan di Tengah Kebuntuan
Terurai dalam Sejam, Inovasi Plastik dari Jepang Bawa Harapan di Tengah Kebuntuan
LSM/Figur
BRIN-PT GIGATECH Luncurkan Inovasi Motor Tempel Listrik
BRIN-PT GIGATECH Luncurkan Inovasi Motor Tempel Listrik
Pemerintah
Demi AI, Meta Kontrak Pakai Nuklir dari Pembangkit yang Nyaris Tutup
Demi AI, Meta Kontrak Pakai Nuklir dari Pembangkit yang Nyaris Tutup
Swasta
Laut Kita Kian Menggelap, Keseimbangan Ekosistemnya Terganggu
Laut Kita Kian Menggelap, Keseimbangan Ekosistemnya Terganggu
LSM/Figur
Kemenaker Dorong Green Skills lewat Employment of the Future
Kemenaker Dorong Green Skills lewat Employment of the Future
Pemerintah
Selamatkan Raja Ampat, Penghentian Tambang Sementara Tak Cukup
Selamatkan Raja Ampat, Penghentian Tambang Sementara Tak Cukup
Swasta
Raja Ampat, Jejak Kerusakan Hutan, dan Harapannya
Raja Ampat, Jejak Kerusakan Hutan, dan Harapannya
LSM/Figur
Studi: Polusi Suara Manusia Ancam Kesejahteraan Fauna di Antartika
Studi: Polusi Suara Manusia Ancam Kesejahteraan Fauna di Antartika
LSM/Figur
Investasi Energi Dunia Melonjak ke Rekor 3,3 Triliun Dollar AS pada 2025
Investasi Energi Dunia Melonjak ke Rekor 3,3 Triliun Dollar AS pada 2025
Swasta
Laporan PBB: Kembangkan AI, Raksasa Teknologi Picu Lonjakan Emisi 150 Persen
Laporan PBB: Kembangkan AI, Raksasa Teknologi Picu Lonjakan Emisi 150 Persen
Swasta
Eropa Batasi Penangkapan Ikan Berlebihan dari Negara Dunia Ketiga
Eropa Batasi Penangkapan Ikan Berlebihan dari Negara Dunia Ketiga
Pemerintah
Masih Ada yang Bandel, Menteri LH Desak Semua Produsen Patuhi Larangan AMDK di Bawah 1 Liter di Bali
Masih Ada yang Bandel, Menteri LH Desak Semua Produsen Patuhi Larangan AMDK di Bawah 1 Liter di Bali
Pemerintah
Jadikan Idul Adha Momentum Pemberdayaan Peternak Lokal
Jadikan Idul Adha Momentum Pemberdayaan Peternak Lokal
LSM/Figur
Negara Rugi Rp 13 Triliun karena Illegal Fishing, Menteri KP Desak Audit Pajak Kapal Ikan
Negara Rugi Rp 13 Triliun karena Illegal Fishing, Menteri KP Desak Audit Pajak Kapal Ikan
Pemerintah
KLH Sanksi 4 Tambang Nikel di Raja Ampat, Terbukti Lakukan Pelanggaran Serius
KLH Sanksi 4 Tambang Nikel di Raja Ampat, Terbukti Lakukan Pelanggaran Serius
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau