Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Daur Ulang Tekstil, Solusi Masa Depan untuk Limbah Industri Fashion

Kompas.com - 08/03/2025, 10:44 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Industri pakaian jadi global menghasilkan jutaan ton plastik ke lingkungan setiap tahun. Pakaian berbahan sintetis menyumbang terbesar kebocoran plastik ke lingkungan, seperti poliester, nilon, dan akrilik,

Dalam jurnal Nature Communication yang diterbitkan Selasa (16/7/2024), peneliti di North Carolina State University menemukan bahwa konsumsi pakaian global menghasilkan lebih dari 20 juta ton sampah plastik pada 2019. Sekitar 40 persen dari sampah tersebut dikelola secara tidak tepat dan menjadi pencemar lingkungan. Proses ini dikenal sebagai ”kebocoran plastik”.

Sementara itu, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menyebut timbunan limbah tekstil di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 2,3 juta ton per tahun. Jika tidak ada intervensi, jumlah ini diproyeksikan akan meningkat sebesar 70 persen di masa mendatang.

Baca juga: Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Indonesia diperkirakan akan menghasilkan 3,9 juta ton limbah tekstil pada 2030. Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat polusi air tertinggi kedua akibat industri tekstil di antara negara-negara G20.

Setidaknya terdapat berbagai faktor yang menyebabkan tingginya limbah tekstil. Pertama, fast fashion. Produksi massal pakaian dengan harga murah mendorong konsumen untuk terus membeli dan membuang pakaian dalam waktu singkat.

Kedua, overproduction. Banyak perusahaan memproduksi lebih banyak pakaian daripada yang dibutuhkan. Hal ini membuat perusahaan membuang stok pakaian yang tidak terjual.

Ketiga, bahan sintetis sulit terurai. Sebagian besar pakaian saat ini terbuat dari poliester dan serat sintetis lainnya yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai di alam.

Jika tidak diatasi, limbah tekstil dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang signifikan, seperti pencemaran lingkungan, emisi karbon tinggi akibat produksi dan pembuangan pakaian, serta eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Teknologi daur ulang

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, berbagai perusahaan fesyen menerapkan teknologi daur ulang tekstil dalam industri fashion. Berikut rinciannya.

1. Mechanical recycling

Mechanical recycling atau daur ulang mekanis merupakan proses penghancuran kain bekas menjadi serat baru yang dapat digunakan kembali untuk membuat produk tekstil baru. Serat hasil daur ulang biasanya digunakan dalam produk seperti kain pelapis, isolasi, atau benang baru.

Baca juga: Kurangi Limbah Pakaian, Ini 5 Tempat Donasi yang Menerima Baju Tidak Layak Pakai

Kelebihan metode ini adalah lebih murah dan tidak menggunakan bahan kimia. Meski demikian, kualitas serat yang dihasilkan cenderung lebih rendah ketimbang serat asli.

2. Chemical recycling

Chemical recycling atau daur ulang kimia adalah prose penggunakan bahan kimia untuk memecah serat tekstil menjadi bentuk dasar yang dapat diproses kembali menjadi serat baru dengan kualitas tinggi.

Salah satu inovasi terbaru dalam metode itu adalah pengolahan poliester dan kapas secara terpisah agar dapat didaur ulang secara lebih efisien.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Mengapa Daur Ulang Barang Elektronik Penting Dilakukan?

Mengapa Daur Ulang Barang Elektronik Penting Dilakukan?

Pemerintah
Jagat Satwa Nusantara TMII Hadirkan Wajah Baru Dunia Air Tawar dan Serangga

Jagat Satwa Nusantara TMII Hadirkan Wajah Baru Dunia Air Tawar dan Serangga

Swasta
Krisis, Vegetasi Hutan DAS Turun Drastis akibat Pembangunan

Krisis, Vegetasi Hutan DAS Turun Drastis akibat Pembangunan

Pemerintah
Lestari Forum 2025: 77,5 Persen Masyarakat Terapkan ESG, tapi Cuma 18 Persen Paham Konsepnya

Lestari Forum 2025: 77,5 Persen Masyarakat Terapkan ESG, tapi Cuma 18 Persen Paham Konsepnya

Swasta
Yummy Bites Gandeng Baznas Bazis Salurkan MPASI, Wali Kota Jakpus Beri Apresiasi

Yummy Bites Gandeng Baznas Bazis Salurkan MPASI, Wali Kota Jakpus Beri Apresiasi

Swasta
KLH Ancam Pidanakan Pengelola Properti yang Picu Kerusakan Lingkungan

KLH Ancam Pidanakan Pengelola Properti yang Picu Kerusakan Lingkungan

Pemerintah
Tingkat Konsentrasi Timbal di Udara Berdampak pada Kematian Bayi

Tingkat Konsentrasi Timbal di Udara Berdampak pada Kematian Bayi

LSM/Figur
Perubahan Iklim Bisa Jadi Sumber Masalah Pencernaan, Kok Bisa?

Perubahan Iklim Bisa Jadi Sumber Masalah Pencernaan, Kok Bisa?

LSM/Figur
Hari Air Sedunia: Tujuan, Sejarah, dan Temanya

Hari Air Sedunia: Tujuan, Sejarah, dan Temanya

Pemerintah
KLH: Hary Tanoesoedibjo Minta Penundaan Pemeriksaan Terkait KEK Lido

KLH: Hary Tanoesoedibjo Minta Penundaan Pemeriksaan Terkait KEK Lido

Pemerintah
Sampit hingga Sintang Masuk 10 Besar Kota Berpolusi Rendah Se-Asia Tenggara

Sampit hingga Sintang Masuk 10 Besar Kota Berpolusi Rendah Se-Asia Tenggara

LSM/Figur
Ahli BRIN: Laut Makin Tercemar karena Aktivitas Manusia dan Krisis Iklim

Ahli BRIN: Laut Makin Tercemar karena Aktivitas Manusia dan Krisis Iklim

Pemerintah
PLN IP Jual Sertifikat Pengurangan Emisi 39.265 Ton Lewat Bursa Karbon

PLN IP Jual Sertifikat Pengurangan Emisi 39.265 Ton Lewat Bursa Karbon

BUMN
Masih Ada Stereotip, Olahraga Indonesia Diharap Ramah Perempuan

Masih Ada Stereotip, Olahraga Indonesia Diharap Ramah Perempuan

LSM/Figur
Morowali Jadi Langganan Banjir, Walhi Serukan Moratorium Tambang Nikel

Morowali Jadi Langganan Banjir, Walhi Serukan Moratorium Tambang Nikel

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau