Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Mengurangi Biaya Produksi Bioetanol Berbasis Limbah

Kompas.com - 12/03/2025, 12:45 WIB
The Conversation,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Saya bersama sejumlah rekan peneliti mengkaji penghematan ongkos produksi bioetanol berbasis limbah. Sejumlah studi yang kami lakukan menunjukkan efisiensi pengembangan bioetanol dari limbah bisa dilakukan dengan beberapa inovasi teknologi dalam negeri.

Mula-mula, kami meneliti cara mengolah limbah aren menjadi bioetanol dengan teknologi biorefinery menggunakan cairan ionik.

Teknologi ini terbukti sangat efisien dan dilakukan dalam tiga tahap utama:

  1. Perlakuan awal dengan cairan ionik: Cairan ionik adalah senyawa yang keseluruhannya terdiri dari ion-ion dengan titik leleh di bawah 100°C. Cairan ionik dapat juga disebut sejenis garam yang tetap berada dalam bentuk cair pada suhu di bawah 100°C. Cairan ini berfungsi memecah struktur keras limbah yang mengandung lignoselulosa, sehingga bahan baku lebih mudah diolah menjadi bioetanol.
  2. Sakarifikasi enzimatik: Setelah strukturnya lebih lunak, selulosa (yang merupakan komponen dalam lignoselulosa) diubah menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim.
  3. Fermentasi dan distilasi: Gula di fermentasikan menggunakan mikroorganisme untuk menghasilkan etanol.

Hasil uji coba yang kami temukan dalam riset ini cukup tinggi, dengan konsentrasi etanol mencapai 90,6 g/L dan efisiensi konversi 96 persen. Artinya, hampir semua gula berhasil diubah menjadi bioetanol.

Simulasi yang saya lakukan bersama sejumlah tim peneliti menggunakan perangkat lunak SuperPro Designer menunjukkan bahwa proses ini dapat menurunkan biaya produksi hingga 30 persen, menjadikannya lebih kompetitif dibandingkan bahan bakar fosil.

Untuk mempermudah proses pengolahan, kami juga telah merancang sistem hidrolisis terintegrasi dengan membuat tangki dengan sekat bergerak, sehingga pencampuran biomassa lebih efektif.

Kami juga membuat pengaduk khusus yang bisa menangani limbah yang kental supaya enzim bekerja lebih efektif. Selain itu, kami pun merancang sistem kendali pintar yang bisa mengatur kekentalan limbah secara otomatis agar produksi lebih cepat dan efisien.

Teknologi ini menawarkan fleksibilitas bagi pabrik baru maupun lama. Pabrik lama bisa mengadopsi teknik sakarifikasi Very High Gravity (VHG) tanpa perubahan besar pada infrastruktur, sementara pabrik baru dapat langsung mengintegrasikan desain tangki modern dan sistem kendali pintar sejak awal pembangunan.

Kesimpulannya, dengan adopsi teknologi inovatif ini, tantangan teknis dalam produksi bioetanol G2 dapat diatasi sehingga menjadi lebih ekonomis dan efisien. Biaya produksi juga sebenarnya sudah ditekan dengan sendirinya karena bahan baku yang jauh lebih murah dan tersedia melimpah. Jadi, tidak ada alasan untuk sulit mengembangkan bioetanol G2.

Bioetanol generasi kedua berbasis limbah terbukti lebih menjamin keberlanjutan energi di masa depan. Banyak negara di dunia kini berlomba-lomba mengembangkan bioetanol generasi kedua, bahkan generasi ketiga dari alga. Saatnya Indonesia mengambil langkah serupa. 

Investasi dalam pengembangan bioetanol G2 adalah kunci menuju energi yang lebih hijau dan mandiri. Dukungan kebijakan seperti insentif pajak atau subsidi penelitian bakal mempercepat adopsi teknologi ini.

Baca juga: Selain Biodiesel, Pertamina NRE Dorong Bioetanol Jadi BBM

*Dosen Telkom University

 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Pemerintah
Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

LSM/Figur
Hibah Penelitian Transisi Energi RI-Australia Dibuka, Catat Tanggal Pentingnya

Hibah Penelitian Transisi Energi RI-Australia Dibuka, Catat Tanggal Pentingnya

Pemerintah
Dampak Perubahan Iklim, Jumlah Satelit yang Mengorbit Berkurang

Dampak Perubahan Iklim, Jumlah Satelit yang Mengorbit Berkurang

Pemerintah
Hary Tanoe Bakal Diperiksa Sebagai Saksi Dalam Kasus KEK Lido

Hary Tanoe Bakal Diperiksa Sebagai Saksi Dalam Kasus KEK Lido

Pemerintah
Rencana Tata Ruang Daerah Perlu Akomodasi Lahan untuk Energi Terbarukan

Rencana Tata Ruang Daerah Perlu Akomodasi Lahan untuk Energi Terbarukan

LSM/Figur
Menteri LH Sebut Derah Hulu Akan Dipulihkan Fungsinya

Menteri LH Sebut Derah Hulu Akan Dipulihkan Fungsinya

Pemerintah
Sampah Telah Capai Titik Terdalam Laut Mediterania

Sampah Telah Capai Titik Terdalam Laut Mediterania

LSM/Figur
Perancis Umumkan Rencana Adaptasi Jika Suhu Bumi Naik 4 Derajat Celsius

Perancis Umumkan Rencana Adaptasi Jika Suhu Bumi Naik 4 Derajat Celsius

Pemerintah
Hanya 7 Negara yang Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Chad dan Bagladesh Paling Tercemar

Hanya 7 Negara yang Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Chad dan Bagladesh Paling Tercemar

Pemerintah
Inovasi Mengurangi Biaya Produksi Bioetanol Berbasis Limbah

Inovasi Mengurangi Biaya Produksi Bioetanol Berbasis Limbah

LSM/Figur
BRIN Kembangkan Sel Surya Mikroalga, Disebut Lebih Ramah Lingkungan

BRIN Kembangkan Sel Surya Mikroalga, Disebut Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Bukan Energi Terbarukan, Migas Jadi Fokus Pendanaan Danantara Gelombang Pertama

Bukan Energi Terbarukan, Migas Jadi Fokus Pendanaan Danantara Gelombang Pertama

Pemerintah
Spesies Cecak Ini Diberi Nama Pecel Madiun, Kenalkan Kuliner Nusantara Lewat Sains

Spesies Cecak Ini Diberi Nama Pecel Madiun, Kenalkan Kuliner Nusantara Lewat Sains

LSM/Figur
Dedi Mulyadi Serukan Tobat Ekologis untuk Setop Bencana di Jawa Barat

Dedi Mulyadi Serukan Tobat Ekologis untuk Setop Bencana di Jawa Barat

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau