Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Pengurangan Jejak Karbon Bangunan Perlu Segera Dilakukan

Kompas.com - 20/03/2025, 16:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengingatkan negara di dunia harus bergerak cepat untuk memangkas emisi CO2 yang berasal dari rumah, kantor, toko, dan bangunan lainnya - sektor yang ternyata menyumbang sepertiga polusi gas rumah kaca global.

Pasalnya, laporan baru dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mengungkapkan bahwa emisi karbon dioksida dari sektor bangunan malah meningkat sekitar 5 persen dalam dekade terakhir.

Emisi sebenarnya telah mencapai titik jenuh sejak tahun 2023. Itu terjadi karena kebijakan iklim mulai memberikan dampak, khususnya standar bangunan hijau, penggunaan energi terbarukan serta pemanasan dan pendinginan listrik.

Namun, seperti diberitakan Phys, Senin (17/3/2025), sektor bangunan masih mengonsumsi 32 persen energi dunia dan menyumbang 34 persen emisi CO2.

Baca juga: Pengembang Rumah Bersubsidi Diminta Punya Sertifikat Bangunan Hijau

"Bangunan tempat kita bekerja, berbelanja dan tinggal menyumbang sepertiga emisi global dan sepertiga limbah global," kata Inger Andersen, Direktur Eksekutif UNEP.

"Kita harus berbuat lebih banyak dan melakukan lebih cepat untuk mengurangi emisi tersebut," paparnya.

Inger pun meminta negara-negara di dunia agar memasukkan target untuk memotong emisi dari bangunan dan konstruksi dengan cepat dalam rencana iklim mereka.

Misalnya, meningkatkan material keberlanjutan seperti baja dan semen, yang pembuatannya menyumbang hampir seperlima dari semua emisi sektor bangunan.

Penulis laporan ini juga mendesak semua penghasil emisi gas rumah kaca utama untuk mengambil tindakan memperkenalkan kode energi bangunan nol-karbon pada tahun 2028 serta meminta negara-negara lain untuk membuat dan memperketat peraturan mereka dalam 10 tahun ke depan.

Terlepas dari itu, praktik konstruksi sirkular sendiri telah meningkat di beberapa area, dengan material daur ulang menyumbang 18 persen dari input konstruksi di Eropa.

Tantangan Pembiayaan

Pembiayaan tetap menjadi tantangan untuk mewujudkan pengurangan jejak karbon sektor bangunan.

Pada tahun 2023, investasi global dalam efisiensi energi di gedung-gedung turun 7 persen dari tahun sebelumnya menjadi 270 miliar dollar AS.

Baca juga: Produk Bahan Bangunan Ramah Lingkungan Lebih Diminati Konsumen di Indonesia

Hal tersebut didorong oleh biaya pinjaman yang lebih tinggi dan pengurangan program dukungan pemerintah, terutama di Eropa.

Investasi tersebut sekarang perlu dinaikkan berlipat ganda menjadi 522 miliar dollar AS pada 2030.

Emisi CO2 langsung dan tidak langsung sendiri perlu diturunkan lebih dari 10 persen per tahun, lebih dari dua kali lipat dari kecepatan sebelumnya.

Sayangnya, laporan UNEP juga mengungkapkan meski 200 negara telah menandatangani kesepakatan iklim Paris 2015, sejauh ini hanya 19 negara yang memiliki tujuan terperinci dalam rencana pemotongan karbon nasional mereka.

Pada tahun 2023, metrik penting seperti emisi terkait energi dan adopsi energi terbarukan masih jauh di bawah tingkat kemajuan yang dibutuhkan.

Itu berarti bahwa negara-negara, bisnis, dan pemilik rumah sekarang perlu meningkatkan kecepatan secara drastis untuk memenuhi target pengurangan emisi 2030.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau