KOMPAS.com -Pengiriman melalui transportasi kargo bertanggung jawab atas jejak karbon yang sangat besar.
Antara tahun 2010 dan 2018, sektor transportasi ini menghasilkan sekitar 14 persen emisi gas rumah kaca global.
Untuk mengatasi masalah tersebut, para ahli mencari solusi alternatif yang ramah iklim untuk menggantikan pengiriman transportasi darat.
Baca juga: RI Dapat Kucuran Dana dari Australia untuk Produksi Hidrogen
Tim peneliti yang dipimpin oleh ahli kimia bisnis Prof Stephan von Delft dari University of Münster, di Jerman kemudian menemukan bahwa kapal kecil otonom bertenaga hidrogen berpotensi menggantikan sebagian peran truk dalam pengiriman barang jarak jauh.
Dikutip dari Techxplore, Sabtu (22/3/2025) dalam studinya, tim peneliti memodelkan kapal secara matematis dan melakukan analisis siklus hidup dan biaya.
Berdasarkan model matematika mereka, para peneliti menghitung emisi dan total biaya per kilometer yang ditempuh.
Mereka membedakan antara hidrogen "abu-abu" yang murah, yang diproduksi dari bahan bakar fosil melalui steam reforming, dan hidrogen "hijau" yang rendah emisi tetapi lebih mahal, diproduksi dari energi terbarukan menggunakan elektrolisis air.
Selanjutnya, peneliti membandingkan hasil ini dengan total biaya truk bertenaga diesel, hidrogen, dan baterai.
Baca juga: Cara Produksi Hidrogen Berkelanjutan Dikembangkan, Bebas Emisi Karbon
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapal bertenaga hidrogen hijau lebih murah untuk dioperasikan daripada truk bertenaga diesel untuk jarak lebih dari 576 km dan lebih murah daripada truk bertenaga baterai atau hidrogen untuk jarak lebih dari 624 km.
Dengan demikian, kapal semacam itu bisa menjadi solusi paling hemat biaya untuk mengangkut barang dalam jarak yang lebih jauh dari 624 km.
"Perhitungan kami menunjukkan dalam skenario kapal bertenaga hidrogen tidak hanya lebih berkelanjutan tetapi juga lebih ekonomis dibandingkan dengan transportasi yang sudah ada," jelas von Delft.
"Karena itu, penggunaan kapal relevan bagi para pembuat kebijakan dan industri," paparnya lagi.
Jika diekstrapolasi ke seluruh pasar transportasi jalan raya, kapal bertenaga hidrogen otonom berpotensi menguasai 18 persen pasar (sekitar 350 miliar ton km) dengan biaya yang lebih hemat daripada transportasi truk.
Baca juga: Pemerintah: Peta Jalan Kendaraan Hidrogen Terkendala Regulasi dan Insentif
Lebih lanjut, kapal yang dianalisis dapat mengangkut tepat satu kontainer standar. Dengan demikian, kapal hidrogen tidak dapat menggantikan kapal kontainer di laut lepas.
Akan tetapi, mahasiswa doktoral di University of Münster, Simon Schlehuber menunjukkan bahwa kapal-kapal tersebut bisa menjadi alternatif yang menarik untuk pengiriman barang di pedalaman jika dibandingkan dengan truk, yang juga mengangkut tepat satu kontainer.
Selain itu, kapal-kapal tersebut dapat memperluas jaringan sungai yang dapat dilalui kapal karena draftnya yang dangkal dan mempertahankan operasi pengiriman barang, khususnya pada saat permukaan air rendah.
"Yang terakhir merupakan keuntungan penting dalam menghadapi perubahan iklim," kata Schlehuber.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya