Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek DME Tak Layak, Bisa Bikin Publik Bayar Energi 42 Persen Lebih Mahal

Kompas.com - 27/03/2025, 17:00 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menilai proyek gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto sebagai langkah yang kurang menguntungkan. 

Dengan kapasitas produksi 1,4 juta ton, proyek ini menghadapi tantangan besar dalam hal biaya dan profitabilitas.

DME bukanlah investasi yang menjanjikan karena biaya pengembangannya yang mencapai 3,1 miliar dollar AS, keuntungan yang meragukan, serta manfaat yang tidak sebanding dengan beban yang ditanggung masyarakat.

“Mempertimbangkan peluang dan biaya, serta harga energi lebih tinggi yang harus ditanggung masyarakat, proyek DME bukan investasi yang layak,” ujar Ghee Peh, Analis Keuangan Energi IEEFA dalam pernyataan yang diterima Kompas.com, Kamis (27/3/2025).

Belajar dari pengalaman di China, proyek serupa yang dijalankan Shanxi Lanhua terpaksa berhenti beroperasi karena biaya produksinya mencapai 533 dollar AS per ton, jauh di atas harga pasar DME di China yang hanya 460 dollar AS per ton pada 2023.

Pada awalnya, PT Bukit Asam (Persero) Tbk memperkirakan investasi DME yang dibutuhkan sebesar 2 miliar dollar AS pada 2020. Namun, dengan kenaikan inflasi 30 persen, Ghee memproyeksikan angka itu membengkak menjadi 2,6 miliar dollar AS pada 2025.

Baca juga: Menteri LH Sidak Stockpile Batubara Marunda, Dua Sumber Pencemaran Ditutup

Di sisi lain, ada potensi keuntungan yang hilang karena batu bara yang seharusnya bisa langsung dijual malah dialihkan untuk produksi DME. 

Berdasarkan laporan keuangan PT Bukit Asam per September 2024, setiap ton batu bara yang dijual menghasilkan keuntungan sebesar 8 dollar AS. Jika 6,5 juta ton batu bara digunakan untuk proyek DME dengan harga berdasarkan biaya produksi (cash cost), maka dalam 10 tahun, potensi keuntungan yang hilang bisa mencapai 520 juta dollar AS.

“Sehingga total biaya proyek DME akan menyentuh 3,1 miliar dollar AS dengan—belanja modal 2,6 miliar dollar AS ditambah hilangnya keuntungan 520 juta dollar AS—mencapai 70 persen dari biaya impor LPG Indonesia 4,3 miliar dollar AS per tahun, di mana volume impor LPG 7 juta ton. Namun, proyek ini hanya akan menghasilkan 1 juta ton setara energi LPG,” jelas Ghee.

Tak hanya itu, biaya produksi DME juga terbilang tinggi, berkisar antara 614 hingga 651 dollar AS per ton setelah memperhitungkan biaya batu bara dan komponen lainnya. Angka ini jauh di atas harga LPG yang sudah disetarakan dengan DME, yakni 431 dollar AS per ton—karena DME memiliki kandungan energi lebih rendah dibanding LPG.

“Jadi meski pada batas bawah biaya produksi non-batu bara, harga DME 183 dollar AS per ton atau 42 persen lebih mahal dari harga LPG, Maret 2025,” ungkap Ghee.

Pada akhirnya, proyek ini berisiko membuat masyarakat harus membayar energi 42 persen lebih mahal dibanding penggunaan LPG.

Baca juga: Pemerintah Siapkan Proyek DME Batubara Pengganti LPG, Andalkan Pembiayaan Dalam Negeri

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Pupuk Indonesia Gelar Program Tebus Bersama dan Digitalisasi Distribusi Pupuk Subsidi

Pupuk Indonesia Gelar Program Tebus Bersama dan Digitalisasi Distribusi Pupuk Subsidi

BUMN
Penguatan PAUD Jadi Fondasi Wujudkan SDM Unggul Berdaya Saing

Penguatan PAUD Jadi Fondasi Wujudkan SDM Unggul Berdaya Saing

Pemerintah
Perubahan Iklim Ubah Laguna Pesisir Jadi Lebih Asin, Restorasi Jadi Solusi

Perubahan Iklim Ubah Laguna Pesisir Jadi Lebih Asin, Restorasi Jadi Solusi

Pemerintah
Pemerintah Perlu Skema Pendanaan Baru untuk Pengelolaan Sampah

Pemerintah Perlu Skema Pendanaan Baru untuk Pengelolaan Sampah

LSM/Figur
IEA Prediksi Penjualan EV Global Capai Lebih dari 25 Persen pada 2025

IEA Prediksi Penjualan EV Global Capai Lebih dari 25 Persen pada 2025

Pemerintah
IPB Rilis Inovasi Berbasis AI untuk Tingkatkan Ketahanan Pangan

IPB Rilis Inovasi Berbasis AI untuk Tingkatkan Ketahanan Pangan

Pemerintah
Dorong Hilirisasi, MIND ID Perbaiki Tata Kelola Timah untuk Perekonomian

Dorong Hilirisasi, MIND ID Perbaiki Tata Kelola Timah untuk Perekonomian

BUMN
WRI Gandeng Petani Gayo Produksi Kopi Berkelanjutan di Tengah Krisis Iklim

WRI Gandeng Petani Gayo Produksi Kopi Berkelanjutan di Tengah Krisis Iklim

LSM/Figur
Kolaborasi Antar-Organisasi Dibentuk untuk Efektifkan Konservasi Laut

Kolaborasi Antar-Organisasi Dibentuk untuk Efektifkan Konservasi Laut

Pemerintah
Anak Muda Butuh Ruang Hijau, Mampukah Kota Masa Depan Menjawabnya?

Anak Muda Butuh Ruang Hijau, Mampukah Kota Masa Depan Menjawabnya?

LSM/Figur
Konservasi Laut Jadi Strategi KKP Hadapi Ancaman Krisis Pangan

Konservasi Laut Jadi Strategi KKP Hadapi Ancaman Krisis Pangan

Pemerintah
Maybank Dukung Pembangunan Pabrik Mobil EV VinFast lewat Pembiayaan Berkelanjutan

Maybank Dukung Pembangunan Pabrik Mobil EV VinFast lewat Pembiayaan Berkelanjutan

Swasta
Trump Potong Anggaran, 350 Taman Nasional Terancam Tutup

Trump Potong Anggaran, 350 Taman Nasional Terancam Tutup

Pemerintah
Lestari Forum, Bahas Ekosistem Investasi hingga “Sustainability Reporting”

Lestari Forum, Bahas Ekosistem Investasi hingga “Sustainability Reporting”

Swasta
Curhat Petani Gayo, Produksi Kopi Turun akibat Perubahan Iklim

Curhat Petani Gayo, Produksi Kopi Turun akibat Perubahan Iklim

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau