KOMPAS.com - Peneliti dari Universitas Exeter di Inggris mengungkapkan perlunya storytelling atau penceritaan sebagai metode komunikasi yang inovatif dan menarik untuk menyampaikan hasil penelitian dan temuan para ilmuwan yang terkait dengan alam dan lingkungan.
Diberitakan dalam Phys, Rabu (2/4/2025) peneliti percaya bahwa sains dapat disampaikan dengan cara yang menarik dan membangkitkan emosi tanpa harus kehilangan keakuratannya.
Komunikasi yang kreatif tersebut nantinya menurut peneliti bakal mendorong dan memotivasi masyarakat, pembuat kebijakan, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mengambil tindakan nyata dalam upaya melindungi lingkungan alam, termasuk keanekaragaman hayati dan ekosistem.
Selama ini ada tantangan yang dihadapi oleh para ilmuwan dalam mengkomunikasikan temuan-temuan mereka.
Baca juga: Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar
Seperti yang kita ketahui, para ilmuwan umumnya mempublikasikan hasil penelitian mereka di jurnal-jurnal akademik, di mana gaya penulisan mereka bersifat teknis, objektif, dan tanpa emosi sehingga kecil kemungkinannya menarik minat atau mudah dipahami oleh orang-orang yang bukan ahli.
Profesor Karen Anderson, seorang ilmuwan lingkungan dari Institut Lingkungan dan Keberlanjutan di Kampus Penryn Universitas Exeter di Cornwall, menyatakan bahwa sebagai ilmuwan lingkungan, mereka merasakan frustrasi, kehilangan, ketakutan, dan terkadang ketidakberdayaan melihat kurangnya tindakan nyata untuk melindungi bumi.
Namun di sisi lain ada ekspektasi bahwa para peneliti harus bersikap rasional dan tidak menunjukkan emosi. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran bahwa jika mereka menunjukkan emosi, mereka akan dianggap kurang objektif dan kurang dapat dipercaya dalam menyampaikan temuan ilmiah.
Ekspektasi untuk selalu bersikap rasional ini menghalangi para ilmuwan untuk menggunakan pengetahuan mendalam mereka, semangat pribadi terhadap isu tersebut, dan keterampilan kreatif mereka secara maksimal dalam mengkomunikasikan pekerjaan mereka kepada khalayak yang lebih luas.
Untuk menjembataninya, peneliti mengusulkan mengkomunikasikan isu lingkungan dengan metode seni mendongeng melalui platform lain selain penulisan ilmiah tradisional.
Peneliti juga berpendapat bahwa ilmuwan harus berbagi kehidupan di balik layar dari pekerjaan mereka.
Peneliti juga mendorong para ilmuwan untuk mencoba cara-cara baru untuk berkomunikasi dengan cara yang lebih menarik dan relatable bagi masyarakat umum.
Baca juga: Riset: Aksi Lawan Krisis Iklim Tingkatkan PDB, Kurangi Kemiskinan
Salah satu caranya adalah melalui biografi penulis karya ilmiah yang tidak hanya berisi fakta akademis, tetapi juga menceritakan latar belakang pribadi, alasan ketertarikan pada topik penelitian, dan bagaimana penelitian tersebut terhubung dengan kehidupan mereka.
"Metode komunikasi ilmiah saat ini gagal menghentikan kerusakan lingkungan. Kita perlu mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan pendekatan penceritaan yang lebih menarik dan emosional untuk menginspirasi masyarakat agar mengambil tindakan nyata dalam melindungi lingkungan dan pada akhirnya diri mereka sendiri," papar Dr. Katherine Crichton, peneliti dalam studi ini.
Cerita sebagai cara utama untuk berkomunikasi tentang ilmu pengetahuan mungkin terasa aneh bagi para ilmuwan. Namun, peneliti berharap ilmuwan lain bersedia mencoba pendekatan ini.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya