Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Story Telling" Bisa Bantu Ilmuwan Komunikasikan Isu Lingkungan

Kompas.com, 8 April 2025, 14:55 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Peneliti dari Universitas Exeter di Inggris mengungkapkan perlunya storytelling atau penceritaan sebagai metode komunikasi yang inovatif dan menarik untuk menyampaikan hasil penelitian dan temuan para ilmuwan yang terkait dengan alam dan lingkungan.

Diberitakan dalam Phys, Rabu (2/4/2025) peneliti percaya bahwa sains dapat disampaikan dengan cara yang menarik dan membangkitkan emosi tanpa harus kehilangan keakuratannya.

Komunikasi yang kreatif tersebut nantinya menurut peneliti bakal mendorong dan memotivasi masyarakat, pembuat kebijakan, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mengambil tindakan nyata dalam upaya melindungi lingkungan alam, termasuk keanekaragaman hayati dan ekosistem.

Selama ini ada tantangan yang dihadapi oleh para ilmuwan dalam mengkomunikasikan temuan-temuan mereka.

Baca juga: Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Seperti yang kita ketahui, para ilmuwan umumnya mempublikasikan hasil penelitian mereka di jurnal-jurnal akademik, di mana gaya penulisan mereka bersifat teknis, objektif, dan tanpa emosi sehingga kecil kemungkinannya menarik minat atau mudah dipahami oleh orang-orang yang bukan ahli.

Profesor Karen Anderson, seorang ilmuwan lingkungan dari Institut Lingkungan dan Keberlanjutan di Kampus Penryn Universitas Exeter di Cornwall, menyatakan bahwa sebagai ilmuwan lingkungan, mereka merasakan frustrasi, kehilangan, ketakutan, dan terkadang ketidakberdayaan melihat kurangnya tindakan nyata untuk melindungi bumi.

Namun di sisi lain ada ekspektasi bahwa para peneliti harus bersikap rasional dan tidak menunjukkan emosi. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran bahwa jika mereka menunjukkan emosi, mereka akan dianggap kurang objektif dan kurang dapat dipercaya dalam menyampaikan temuan ilmiah.

Ekspektasi untuk selalu bersikap rasional ini menghalangi para ilmuwan untuk menggunakan pengetahuan mendalam mereka, semangat pribadi terhadap isu tersebut, dan keterampilan kreatif mereka secara maksimal dalam mengkomunikasikan pekerjaan mereka kepada khalayak yang lebih luas.

Untuk menjembataninya, peneliti mengusulkan mengkomunikasikan isu lingkungan dengan metode seni mendongeng melalui platform lain selain penulisan ilmiah tradisional.

Peneliti juga berpendapat bahwa ilmuwan harus berbagi kehidupan di balik layar dari pekerjaan mereka.

Peneliti juga mendorong para ilmuwan untuk mencoba cara-cara baru untuk berkomunikasi dengan cara yang lebih menarik dan relatable bagi masyarakat umum.

Baca juga: Riset: Aksi Lawan Krisis Iklim Tingkatkan PDB, Kurangi Kemiskinan

Salah satu caranya adalah melalui biografi penulis karya ilmiah yang tidak hanya berisi fakta akademis, tetapi juga menceritakan latar belakang pribadi, alasan ketertarikan pada topik penelitian, dan bagaimana penelitian tersebut terhubung dengan kehidupan mereka.

"Metode komunikasi ilmiah saat ini gagal menghentikan kerusakan lingkungan. Kita perlu mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan pendekatan penceritaan yang lebih menarik dan emosional untuk menginspirasi masyarakat agar mengambil tindakan nyata dalam melindungi lingkungan dan pada akhirnya diri mereka sendiri," papar Dr. Katherine Crichton, peneliti dalam studi ini.

Cerita sebagai cara utama untuk berkomunikasi tentang ilmu pengetahuan mungkin terasa aneh bagi para ilmuwan. Namun, peneliti berharap ilmuwan lain bersedia mencoba pendekatan ini.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Konflik Agraria di Balik Banjir Sumatera, Mayoritas Disebut Dipicu Perkebunan Sawit
Pemerintah
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Ketika Motor Listrik Jadi Andalan Ojol untuk Cari Rezeki
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau