Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manikur Lebih Ramah Lingkungan dengan Kuku Biodegradable

Kompas.com - 08/04/2025, 16:15 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

Mirela Alistar, penulis senior studi menjelaskan bahwa menciptakan fashion berkelanjutan tidak berarti mengorbankan fungsionalitas atau keindahan.

"Keberlanjutan lebih dari sekadar mengganti plastik dengan bahan pengganti. Baik perancang maupun pengguna juga perlu mengubah pola pikir mereka yang mempertimbangkan seluruh siklus hidup produk yang dapat dikenakan," katanya.

Lebih lanjut, Bio-e-Nails dirancang untuk penggunaan jangka pendek dan tidak dimaksudkan untuk penggunaan sehari-hari dalam jangka panjang.

Tim peneliti mengusulkan cara untuk memperpanjang masa pakai material Bio-e-Nails, salah satunya dengan pengomposan sebagai pilihan terakhir atau solusi jika cara lain tidak memungkinkan.

"Pilihan yang lebih baik daripada mengompos adalah menggunakan kembali material tersebut untuk tampilan kuku Anda berikutnya. Ini sejalan dengan konsep daur ulang dan penggunaan kembali yang ditekankan sebelumnya," papar Lázaro Vásquez.

"Pengomposan harus menjadi alternatif terakhir. Kami ingin agar bahan-bahan tersebut tetap digunakan selama mungkin," tambahnya.

Dalam biodesain, yang penting bukan hanya mengganti bahan-bahan tradisional dengan bahan-bahan yang dapat terurai secara hayati tetapi juga memikirkan kembali seluruh proses desain, mempertimbangkan siklus hidup bahan dan produk akhir, serta bagaimana bahan-bahan tersebut dapat tetap beredar dan diubah sebelum kembali ke alam.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Unhas dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

Unhas dan University of Hawai’i Bahas Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat

LSM/Figur
Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Perayaan Paskah di Inggris Hasilkan 8.000 Ton Sampah Kemasan Telur Cokelat

Pemerintah
MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

MIND ID Siapkan 4 Proyek Prioritas yang Bisa Didanai Danantara

BUMN
Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

Swasta
Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

Penetapan Taman Nasional di Pegunungan Meratus Dinilai Ciderai Kehidupan Masyarakat Adat

LSM/Figur
Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Langkah Hijau Apple, Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Global Lebih dari 60 Persen

Pemerintah
Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

Pengesahan UU Masyarakat Adat Jadi Wujud Nyata Amanat Konstitusi

LSM/Figur
KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

KLH Tempatkan Tim Khusus Tangani Sampah Laut di Bali

Pemerintah
75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

75 Tahun Hubungan RI-China Jadi Momentum Perkuat Pembangunan Hijau

LSM/Figur
Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemerintah
KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

Swasta
Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Pemerintah
Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

LSM/Figur
Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

LSM/Figur
Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau