KOMPAS.com – Tanpa banyak disadari, lebah memegang peranan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia. Hewan kecil ini bertanggung jawab atas hampir sepertiga produksi pangan global, menjadikannya bagian mendasar dalam rantai makanan dan ekosistem dunia.
Sejak tahun 1987, Joint Nature Conservation Committee (JNCC) telah mencatat penurunan populasi penyerbuk tanaman hingga hampir 25 persen. Penyebab utamanya adalah hilangnya habitat lebah akibat aktivitas manusia dan berbagai inovasi yang, meskipun bertujuan untuk memudahkan kehidupan, ternyata berdampak buruk terhadap lingkungan alami tempat lebah hidup dan berkembang.
Ketika lebah kehilangan habitat, dampaknya meluas hingga mengancam kehidupan manusia. Penurunan populasi lebah berarti menurunnya proses penyerbukan, yang pada akhirnya memengaruhi produksi pangan secara global. Lebah tidak hanya membantu dalam menghasilkan ratusan jenis buah dan sayuran, tetapi juga menopang kehidupan berbagai spesies yang bergantung pada tanaman hasil penyerbukan.
Hilangnya lebah juga mengancam keberlangsungan spesies tanaman tertentu. Misalnya, anggrek liar yang hanya bisa bereproduksi melalui penyerbukan oleh lebah. Menurunnya keanekaragaman tanaman menyebabkan ketidakseimbangan dalam ekosistem dan mengancam spesies yang bergantung padanya untuk bertahan hidup.
Baca juga: Negara dan Kebijakan Ekosistem Jalan Tengah
Lebih dari sekadar peran dalam rantai makanan, penyerbuk seperti lebah berkontribusi besar terhadap fungsi ekosistem secara keseluruhan. Mereka membantu menjaga habitat alami, memperkuat keanekaragaman genetik, serta menjaga struktur dan keseimbangan ekosistem.
Kerugian paling nyata dari menurunnya populasi lebah adalah pada sektor pertanian. Penurunan jumlah lebah berarti berkurangnya hasil panen. Sebuah studi menunjukkan bahwa kekurangan lebah di perkebunan apel menyebabkan hilangnya setengah produksi buah, dan berdampak pada penurunan laba petani hingga 42 persen.
Kontribusi ekonomi lebah juga signifikan. Diperkirakan sekitar 577 miliar dollar AS dari produksi pangan global bergantung pada penyerbukan yang mereka lakukan. Pasar madu sendiri mencapai nilai 8,5 miliar dollar AS pada tahun 2022.
Meski kupu-kupu dan kumbang juga turut menjadi penyerbuk, peran mereka tidak dapat menggantikan kontribusi besar lebah. Jika lebah punah, tekanan terhadap spesies penyerbuk lain akan meningkat tajam. Ketidakmampuan mereka untuk mengisi kekosongan peran ini bisa menyebabkan runtuhnya ekosistem.
Kepunahan lebah akan membawa dampak yang menghancurkan—baik dari segi biologis, sosial, maupun ekonomi. Jika kita kehilangan lebah, kita kehilangan lebih dari sekadar madu. Kita kehilangan tanaman, ekosistem, dan sistem pangan yang menopang kehidupan manusia.
Tidak ada spesies lain di bumi, termasuk manusia, yang dapat menggantikan peran lebah sepenuhnya. Karena itu, melindungi mereka adalah tanggung jawab kita bersama. Tindakan segera sangat dibutuhkan demi kesehatan planet ini dan keberlangsungan generasi mendatang.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Rusak Lingkungan, Turunkan Nilai Jasa Ekosistem
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya