KOMPAS.com - Banyak pihak memuji Google karena komitmen perusahaan teknologi tersebut untuk turut andil dalam menstabilkan iklim, membantu memulihkan kestabilan alam, dan mendukung penggunaan energi terbarukan menggunakan AI yang dibangunnya.
Namun, komitmen ini belakangan mendapatkan kritik karena jejak kerusakan lingkungan yang diperbuat perusahaan raksasa teknologi ini sebagai dampak dari ambisi Google untuk mengembangkan AI sebelumnya.
Untuk itu, Google mencoba menunjukkan upaya lebih jauh dengan melakukan pelatihan serta menjalankan model AI skala besar seperti Gemini untuk melakukan perlindungan lingkungan.
Baca juga: AI Pengaruhi 40 Persen Pekerjaan di Seluruh Dunia
Kate Brandt, Chief Sustainability Officer di Google, yang mengatakan bahwa, perusahaan memanfaatkan lapisan-lapisannya untuk menganalisis lokasi potensial energi terbarukan. Bahkan saat ini mereka memiliki Gemini dengan kemampuan yang telah ditingkatkan.
“Dengan kemampuan Gemini yang baru, mereka dapat mengajukan pertanyaan, menganalisis data lahan, dan membuat keputusan yang tepat lebih cepat saat menentukan lokasi ladang untuk menjadi membangun pembangkit listrik tenaga surya.” ujar Kate Brandt, sebagaimana dikutip dari sustainabilitymag.com, Rabu (09/04/2025)
Namun, pada kenyataannya di lapangan, pengoperasian Gemini sendiri membutuhkan energi yang sangat besar, sebab program ini berjalan melintasi infrastruktur cloud Google yang luas, menambah tekanan signifikan pada pusat data yang sudah membutuhkan banyak energi.
Selain itu, Gemini juga tidak seperti layanan tradisional lainnya, model AI ini harus dilatih dengan menggunakan kumpulan data besar dan memerlukan pembaruan terus-menerus – sehingga meningkatkan penggunaan energi listrik dan konsumsi air.
Baca juga: Bisnis Jajaki AI untuk Keberlanjutan, tetapi Khawatir Biaya Energi
Selain daripada itu, sebuah penelitian menunjukkan pada tahun 2023 emisi pusat data Google melonjak sebesar 48 persen dibandingkan dengan level tahun 2019.
Sementara perusahaan mengatakan hal ini sebagai dampak dari perluasan operasi dan penggunaan cloud yang lebih besar untuk semua aktivitas perusahaan, para ahli berpendapat bahwa peningkatan tersebut pasti erat dengan pertumbuhan beban kerja AI.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya