Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren AI Global Gandakan Permintaan Listrik Pusat Data pada 2030

Kompas.com, 13 April 2025, 20:20 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporannya mengungkapkan, konsumsi listrik pusat data global akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2030 karena lonjakan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Peningkatan tersebut berpotensi mengganggu keamanan energi dan menghambat upaya pengurangan emisi karbon dioksida global.

Meskipun konsumsi listrik pusat data saat ini relatif kecil (1,5 persen global), pertumbuhannya sangat pesat (12 persen per tahun).

Seperti dikutip Techxplore, Sabtu (12/4/2025), salah satu pendorong utama pertumbuhan ini adalah kebutuhan daya komputasi yang luar biasa besar dari teknologi Kecerdasan Buatan Generatif untuk memproses informasi yang terkumpul dalam basis data raksasa.

Baca juga: Bisnis Jajaki AI untuk Keberlanjutan, tetapi Khawatir Biaya Energi

Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok saat ini menyumbang sekitar 85 persen dari konsumsi listrik pusat data.

Menurut laporan IEA, jika tren peningkatan konsumsi energi oleh pusat data terus berlanjut seperti sekarang, maka pada 2030 pusat data akan menggunakan sekitar 3 persen dari seluruh energi yang dihasilkan dan dikonsumsi di tingkat global.

Atau jika dalam perkiraan IEA, total konsumsi listrik seluruh pusat data di dunia bakal mencapai sekitar 945 terawatt jam pada tahun 2030

Sebagai gambaran, satu pusat data berkapasitas 100 megawatt dapat menggunakan listrik sebanyak 100.000 rumah tangga.

Namun, laporan IEA menyoroti bahwa pusat data baru yang sedang dibangun dapat menggunakan listrik sebanyak dua juta rumah tangga.

"Kecerdasan buatan berpotensi mengubah sektor energi dalam dekade mendatang, mendorong lonjakan permintaan listrik dari pusat data di seluruh dunia, sekaligus membuka peluang signifikan untuk memangkas biaya, meningkatkan daya saing, dan mengurangi emisi," papar Kelompok penasihat kebijakan energi yang berpusat di Paris.

Saat ini, batu bara menyediakan sekitar 30 persen dari energi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pusat data, tetapi energi terbarukan dan gas alam akan meningkatkan pangsa pengoperasian pusat data karena biaya yang lebih rendah dan ketersediaan yang lebih luas di pasar utama.

Baca juga: AI Pengaruhi 40 Persen Pekerjaan di Seluruh Dunia

Laporan IEA menambahkan pertumbuhan pusat data akan secara tak terhindarkan meningkatkan emisi karbon yang terkait dengan konsumsi listrik, dari 180 juta ton CO2 saat ini menjadi 300 juta ton pada tahun 2035.

Untungnya, perusahaan teknologi besar semakin menyadari kebutuhan mereka yang semakin meningkat akan listrik dan berusaha untuk menemukan solusinya.

Google tahun lalu menandatangani kesepakatan untuk mendapatkan listrik dari reaktor nuklir kecil untuk membantu menggerakkan perannya dalam perlombaan kecerdasan buatan.

Microsoft dan Amazon juga akan menggunakan tenaga nuklir untuk pusat datanya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Pemerintah
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
LSM/Figur
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Pemerintah
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
LSM/Figur
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
LSM/Figur
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Respons PT TPL usai Prabowo Minta Perusahaan Diaudit dan Dievaluasi
Swasta
DLH DKI Siapkan 148 Truk Tertutup untuk Angkut Sampah ke RDF Rorotan
DLH DKI Siapkan 148 Truk Tertutup untuk Angkut Sampah ke RDF Rorotan
Pemerintah
Perancis Perketat Strategi Net Zero, Minyak dan Gas Siap Ditinggalkan
Perancis Perketat Strategi Net Zero, Minyak dan Gas Siap Ditinggalkan
Pemerintah
3.000 Gletser Diprediksi Hilang Setiap Tahun pada 2040
3.000 Gletser Diprediksi Hilang Setiap Tahun pada 2040
LSM/Figur
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
IATA Prediksi Produksi SAF 2025 1,9 Juta Ton, Masih Jauh dari Target
Pemerintah
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Dorong Keselamatan Kerja, Intiwi Pamerkan Teknologi Las Berbasis VR Manufacturing Indonesia 2025
Swasta
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Gelondong Bernomor Di Banjir Sumatera
Pemerintah
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Permata Bank dan PT Mitra Natura Raya Dorong Konservasi Alam lewat Tour de Kebun Raya
Swasta
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Hujan Lebat Desember–Januari, PVMBG Ingatkan Siaga Longsor dan Banjir Saat Nataru
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau