Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Perkenalkan Rencana Kurangi Risiko Pestisida pada 2030

Kompas.com, 13 April 2025, 12:29 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah Inggris umumkan Rencana Aksi Nasional (NAP) untuk mengurangi risiko penggunaan pestisida sebanyak 10 persen per tahun 2030.

Rencana ini diumumkan pada 21 Maret 2025 oleh keempat pemerintah Inggris dalam rangka mengajak petani untuk mulai melakukan pengelolaan hama dengan sistem keberlanjutan dan ramah lingkungan.

NAP mendorong para petani untuk berfokus pada solusi berbasis alam sehingga mereka bisa memenuhi target 10 persen pada tahun 2030 mendatang.

Pemerintah Inggris menyatakan, rencana ini dibuat karena resistensi pestisida, perubahan iklim, dan spesies invasif dalam jangka panjang bisa menjadi tantangan besar bagi ketahanan pangan di tahun-tahun mendatang.

Beralih ke praktik pengelolaan hama yang lebih berkelanjutan justru akan meningkatkan kesehatan tanaman dan ekosistem dengan melindungi penyerbuk alami seperti lebah.

“Saat ini pemerintah berkomitmen untuk memulihkan lingkungan alam dan mendukung produktivitas pertanian jangka panjang. Itulah sebabnya kami melarang pestisida pembunuh lebah di Inggris dan kami pastikan akan melangkah lebih jauh untuk mendukung petani dan penanam untuk mengadopsi praktik berkelanjutan,” ujar Menteri Lingkungan Hidup Emma Hardy, sebagaimana dikutip dari Sustainability News pada Sabtu (12/04/2025).

Sejauh ini NAP menetapkan empat tujuan untuk memandu penggunaan pestisida dan strategi pengelolaan hama.

Baca juga: Perubahan Iklim dan Deforestasi Sebabkan Sejumlah Jamur Terancam Punah

Pertama, menetapkan target yang jelas dan pantau dampaknya. NAP memperkenalkan target pengurangan nasional yang difokuskan pada meminimalkan dampak pestisida terhadap lingkungan, bukan sekadar mengurangi volume. Kemajuan akan dilacak menggunakan Indikator Beban Pestisida, yang mengukur dampak penggunaan pestisida dengan 20 indikator.

Kedua, mendorong penerapan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). PHT mendorong penggunaan kombinasi berbagai teknik untuk mengelola hama. Ini termasuk menciptakan habitat bagi predator alami, rotasi tanaman untuk memutus siklus hama dan penyakit, dan penggunaan biopestisida atau metode aplikasi presisi seperti drone.

Ketiga, memperkuat kepatuhan dan mempromosikan praktik terbaik. NAP menguraikan langkah-langkah untuk memperkuat penegakan hukum dan kepatuhan. Ini termasuk memberikan pelatihan, panduan, dan peningkatan inspeksi untuk memastikan pestisida digunakan secara aman dan bertanggung jawab.

Keempat, berinvestasi dalam inovasi pertanian. Mendukung penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan pengelolaan hama yang berkelanjutan. Melalui Program Inovasi Pertanian, Defra telah berkomitmen sebesar 150 juta poundsterling untuk penelitian dan pengembangan pertanian yang dipimpin oleh industri. Ini termasuk proyek-proyek pada alat-alat pengelolaan hama yang digerakkan oleh kecerdasan buatan dan teknologi aplikasi yang presisi.

Rencana tersebut menekankan pentingnya melindungi penyerbuk dengan mempromosikan penggunaan pestisida yang berkelanjutan, meningkatkan keanekaragaman hayati dan menjaga ketahanan pangan dalam jangka panjang.

Baca juga: Ekonomi 11 Negara Asia-Pasifik Rentan Terdampak Perubahan Iklim, Mana Saja?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Bencana Sumatera, BRIN Soroti Mitigasi Lemah Saat Siklon Senyar Terjadi
Pemerintah
Nestapa Gajah Sumatera
Nestapa Gajah Sumatera
Pemerintah
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Kerusakan Lingkungan Capai Rp 83 Triliun per Jam, PBB Desak Transformasi Sistem Pangan dan Energi
Pemerintah
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Menyelamatkan Spesies Endemik, Strategi Konservasi Taman Safari Indonesia di Era Perubahan Iklim
Swasta
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
Impor Limbah Plastik Picu Kenaikan Sampah Pesisir, Simak Penelitiannya
LSM/Figur
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Anak-anak Korban Bencana di Sumatera Dapat Trauma Healing
Pemerintah
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
Cegah Deforestasi, Koalisi LSM Rilis Panduan Baru untuk Perusahaan
LSM/Figur
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
Dukung Pembelajaran Anak Disabilitas, Wenny Yosselina Kembangkan Buku Visual Inklusif
LSM/Figur
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Kemendukbangga: Program MBG Bantu Cegah Stunting pada Anak
Pemerintah
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
LSM/Figur
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
LSM/Figur
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau