Sementara negara-negara seperti Amerika Serikat, Brasil, dan Argentina terus mendorong batas teknologi dengan penerapan GMO, Rusia mengambil posisi berbeda dengan menekankan pada kealamian dan keaslian produk pangan.
Keduanya memiliki keunggulan masing-masing dalam menghadapi tantangan dan peluang di era globalisasi, membuat dunia pertanian semakin dinamis dan beragam.
Dalam perjuangannya menjaga kealamian produk, Rusia menerapkan regulasi ketat yang melarang budidaya GMO di lahan domestik.
Kebijakan ini tidak hanya memastikan bahwa setiap butir gandum, barley, dan biji-bijian lainnya tetap murni, tetapi juga memberikan jaminan kepada pasar internasional akan kualitas dan integritas pangan yang dihasilkan.
Komitmen tersebut merupakan bagian dari strategi nasional yang mendukung kedaulatan pangan serta penguatan industri benih lokal, di mana lembaga-lembaga riset dan universitas bekerja sama untuk mengembangkan varietas unggul melalui teknik pemuliaan konvensional.
Investasi dalam riset dan inovasi di sektor pertanian telah turut mengantarkan Rusia pada peningkatan produktivitas komoditas lain seperti jagung dan barley.
Infrastruktur pendukung—mulai dari fasilitas penyimpanan modern hingga sistem irigasi yang efisien—memastikan bahwa setiap tahap produksi berlangsung optimal.
Semua langkah tersebut membentuk sinergi kuat antara teknologi tradisional dan inovasi terukur, menghasilkan produk pangan yang memenuhi standar global tanpa harus mengorbankan kealamian.
Rusia seolah mengajarkan bahwa dalam menghadapi tantangan global, kedaulatan pangan dapat dicapai dengan tetap menjaga nilai kealamian.
Dengan memaksimalkan potensi alam melalui pengembangan varietas lokal dan menerapkan kebijakan rigor dalam pelarangan GMO, Rusia berhasil menciptakan sistem pertanian yang tidak hanya mempertahankan identitasnya, tetapi juga mampu bersaing di pasar ekspor dunia yang menuntut produk berkualitas tinggi dan murni.
Di tengah persaingan global tersebut, Indonesia— negara agraris dengan potensi alam yang melimpah—menempa jalannya sendiri melalui program ketahanan pangan yang ambisius.
Pada era Presiden Prabowo, pemerintah telah meluncurkan serangkaian kebijakan strategis demi meningkatkan kemandirian pangan nasional.
Data dari Badan Pusat Statistik mencatat bahwa lahan pertanian Indonesia mencapai sekitar 14 juta hektare, dan produksi beras nasional mendekati 70 juta ton pada musim panen terakhir.
Program ketahanan pangan yang digalakkan tidak hanya berfokus pada peningkatan angka produksi, melainkan juga pada efisiensi penyaluran, pengembangan infrastruktur, dan pelestarian keanekaragaman hayati—sebuah langkah yang mengintegrasikan modernisasi teknologi pertanian dengan nilai-nilai kearifan lokal.
Guna mencapai transformasi besar dalam sistem pangan, Indonesia perlu mengintegrasikan teknologi modern dengan kearifan lokal yang telah terbukti selama sekian abad.
Modernisasi pertanian melalui pemanfaatan pertanian presisi, Internet of Things (IoT), serta penggunaan drone untuk pemantauan dan analisis lahan dapat memberikan data waktu nyata yang membantu petani mengoptimalkan produktivitas lahan.
Di sisi lain, peningkatan kualitas infrastruktur—mulai dari jalan akses, fasilitas irigasi, hingga gudang penyimpanan berpendingin—akan mengurangi kerugian pascapanen dan memastikan produk pangan sampai ke konsumen dalam kondisi optimal.
Hal ini sejalan dengan upaya global untuk menciptakan rantai pasok yang efisien dan responsif terhadap dinamika pasar.
Sinergi antara inovasi teknologi dan pemberdayaan petani juga menjadi kunci. Indonesia dapat memperkuat kerja sama antara lembaga riset, perguruan tinggi, dan sektor swasta guna menghasilkan varietas tanaman unggul yang tangguh menghadapi perubahan iklim dan serangan hama.
Program pelatihan intensif dan pendampingan langsung kepada petani akan menanamkan keterampilan dalam mengoperasikan teknologi modern sekaligus menanamkan semangat kedaulatan pangan melalui teknik budidaya tradisional yang telah teruji.
Upaya ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjaga nilai-nilai budaya agraris yang menjadi identitas bangsa.
Selain upaya peningkatan produktivitas domestik, diversifikasi produk unggulan untuk pasar ekspor juga merupakan langkah strategis.
Mengembangkan produk-produk agroindustri bernilai tambah tinggi, seperti padi organik, jagung lokal, atau produk turunannya, akan memperluas jangkauan pasar internasional.
Konsumen global kini semakin mencari produk yang otentik, sehat, dan berkelanjutan, sehingga keberadaan produk pangan yang tidak hanya berfokus pada kuantitas, tetapi juga kualitas akan memberikan keunggulan kompetitif.
Kebijakan dan insentif pemerintah turut memegang peranan penting dalam transformasi ini. Pemerintah perlu menetapkan regulasi yang mendukung riset dan inovasi di bidang pertanian, memberikan kemudahan permodalan bagi petani, serta menyederhanakan birokrasi agar alur produksi dan distribusi lebih ramping.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya