Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Menanam Benih Langit di Bumi: Spirit Ketahanan Pangan Nusantara

Kompas.com - 15/04/2025, 20:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kebijakan semacam ini akan memperkuat fondasi kedaulatan pangan nasional sekaligus membuka ruang bagi pengembangan teknologi yang adaptif terhadap tantangan global.

Di balik upaya mengejar laju Rusia dalam sektor pangan, tersimpan pula semangat untuk mengembalikan harmoni antara manusia, alam, dan tradisi.

Indonesia, dengan kekayaan budaya agrarisnya, tak hanya menciptakan sistem produksi pangan yang efisien dan modern, tetapi juga telah mempertahankan nilai-nilai kealamian dan kearifan lokal.

Integrasi antara inovasi, infrastruktur yang mendukung, pendidikan, dan kebijakan yang proaktif, diharapkan mampu membawa Indonesia menuju masa depan di mana kemandirian pangan bukan hanya menjadi impian, melainkan kenyataan yang berdaya saing di pasar global.

Dengan tekad dan kerja keras, Indonesia siap menapaki jalan menuju transformasi besar dalam sistem pertanian, membuka pintu kemakmuran berkelanjutan sekaligus menjaga identitas agraris yang telah lama menjadi kebanggaan bangsa.

Pendekatan Indonesia ini merupakan cerminan dari visi untuk mengembalikan harmoni antara manusia dan alam.

Sambil mengambil pelajaran dari negara-negara yang telah mengoptimalkan penggunaan GMO untuk mencapai efisiensi, Indonesia bisa memilih untuk menyeimbangkan antara inovasi dan kealamian.

Program ketahanan pangan di era Presiden Prabowo mencanangkan target peningkatan produktivitas hingga 10 persen dalam beberapa tahun ke depan, sekaligus mengupayakan swasembada pangan.

Pendekatan ini tidak hanya memprioritaskan ketahanan pangan, tetapi juga kedaulatan dan identitas nasional yang kental dengan nilai-nilai agraris.

Dalam wajah agraria Indonesia, kedaulatan pangan bukan sekadar urusan produksi dan distribusi, melainkan jalinan kehidupan yang menyatu dengan tanah, langit, dan ruh zaman.

Di balik data statistik produksi beras dan luas lahan sawah, tersembunyi kearifan yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat adat dan komunitas Ulayat: mereka yang menjaga bumi bukan sebagai sumber eksploitasi, melainkan sebagai ibu, sebagai sahabat spiritual, sebagai tubuh bersama tempat segala kehidupan bertumbuh.

Pada era Presiden Prabowo, kini program ketahanan pangan mengalami perluasan arah. Pemerintah menggencarkan lumbung pangan nasional, revitalisasi irigasi, serta perluasan lahan produktif di daerah terpencil.

Namun, jika kita berbicara soal daulat pangan sejati, maka tak bisa hanya berhenti pada angka semata. Kita harus mendengarkan pula bisikan alam yang dijaga oleh para dahyang penjaga tanah—para tetua adat yang menanam bukan hanya benih, tetapi doa dan penghormatan pada siklus kosmik.

Komunitas Ulayat di seluruh penjuru Nusantara—seperti masyarakat Baduy di Banten, Ammatoa Kajang di Sulawesi Selatan, atau Suku Dayak di Kalimantan—menerapkan sistem pertanian yang sangat selaras dengan ekologi dan spiritualitas.

Mereka mengenal larangan membuka hutan sembarangan, membagi kawasan dalam zona sakral dan profan, serta menanam dengan memperhatikan fase bulan dan isyarat bintang.

Padi bukan sekadar komoditas, tapi makhluk hidup yang diberi penghormatan: diberi upacara saat menanam, dipanjatkan doa saat panen, dan dijaga dalam lumbung-lumbung sebagai “tubuh suci kehidupan”.

Kearifan seperti ini, yang dalam istilah banyak masyarakat adat disebut sebagai adat bertani, justru mengandung prinsip keberlanjutan dan harmoni ekologis yang jauh lebih visioner dari model industrial pertanian modern yang eksploitatif.

Mereka telah lama mempraktikkan sistem tanpa GMO, tanpa pestisida kimia, dan penuh rotasi lahan alami. Dalam istilah modern, ini disebut agroekologi spiritual, tapi bagi mereka, ini sekadar cara hidup yang alami dan sakral.

Untuk mengejar laju Rusia dalam membangun kedaulatan pangan berbasis nilai, Indonesia dapat dan harus memadukan dua kekuatan besar: modernisasi cerdas dan penguatan akar kebudayaan lokal.

Pada satu sisi, pengembangan pertanian presisi dengan drone, IoT, dan AI bisa diterapkan pada wilayah sentra produksi strategis.

Di sisi lain, pemerintah harus melindungi dan memperkuat pertanian adat dan lokal melalui kebijakan hukum yang jelas: hak atas tanah ulayat, perlindungan benih lokal, dan pengakuan atas praktik pertanian spiritual-berbasis komunitas.

Langkah-langkah seperti pendampingan agroekologi untuk petani muda, pemetaan wilayah adat sebagai penyangga ekosistem pangan, dan integrasi nilai-nilai spiritual dalam kurikulum pertanian modern, akan menciptakan tatanan pangan yang bukan hanya kuat, tapi juga beradab.

Indonesia tidak mesti seperti Rusia. Namun, Indonesia harus jadi dirinya sendiri—negara agraris besar yang kedaulatan pangannya tumbuh dari ladang yang disarati doa, dari benih yang diwariskan, dari tubuh bumi yang dipeluk, bukan ditaklukkan.

Inilah kekuatan utama yang tak tergantikan oleh laboratorium: kearifan yang hidup di ladang, dalam jiwa petani, dan semesta nilai yang telah lama menghidupi Negeri Matahari ini.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau