Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/04/2025, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Bhutan memanfaatkan listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk menambang Bitcoin dan aset kripto lainnya guna meningkatkan perekonomian dan menciptakan lapangan kerja.

Hal tersebut disampaikan CEO Druk Holding and Investments Ltd Ujjwal Deep Dahal, sebuah lembaga pengelola dana investasi yang dimiliki oleh pemerintah Bhutan.

Penambangan Bitcoin dengan energi terbarukan tersebut diklaim sebagai green cryptocurrencies alias aset kripto hijau.

Baca juga: Australia-Indonesia Kerja Sama Pajak Kripto, Deteksi Aset Kedua Negara

Penambangan aset kripto biasanya boros energi dan membutuhkan listrik yang banyak, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan emisi.

Dengan memanfaatkan energi terbarukan, penambangan aset kripto bisa menekan emisi yang dihasilkan selama prosesnya.

Bhutan sendiri merupakan negara terpencil di gugusan Pegunungan Himalayan yang diapit oleh India serta China. Negara ini mengandalkan tenaga air sebagai sumber energi listriknya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Bhutan telah meraup keuntungan jutaan dollar AS atas investasinya di sejumlah aset kripto yang terkenal di dunia.

Baca juga: Indonesia dan Jepang Sepakat dorong Pembangunan PLTA Kayan

Negara tersebut memanfaatkan sebagian keuntungan dari investasi aset kriptonya untuk membayar gaji pegawai negeri selama dua tahun.

"Kami adalah negara yang 100 persen mengandalkan tenaga air, dan setiap koin digital yang kami tambang di Bhutan menggunakan tenaga air mengimbangi koin yang ditambang menggunakan bahan bakar fosil," kata Dahal, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (15/4/2025).

"Jadi, satu koin (aset kripto) yang ditambang di Bhutan akan berkontribusi pada ekonomi hijau," katanya kepada Reuters.

Dahal mengatakan, Druk Holding and Investments Ltd mulai menambahkan aset kripto ke portofolionya pada 2019.

Baca juga: Serba-serbi PLTA Jatigede: Terbesar Kedua di Indonesia, Pangkas Emisi 415.800 ton

Investasi taktis

Lembaga tersebut melihat mata uang virtual sebagai investasi taktis dan game changer alias pengubah permainan bagi negara tersebut.

Kini, para pejabat di Bhutan sedang menjajaki apakah para konglomerat besar dapat membeli aset kripto hijau untuk mencapai target-target mereka terhadap aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau ESG.

"Bitcoin tidak hanya memberikan nilai lebih pada energi tenaga air, tetapi juga meningkatkan akses ke likuiditas dalam mata uang asing," kata Dahal.

Dia menambahkan, melatih kaum muda Bhutan dalam teknologi blockchain dan kecerdasan buatan atau AI akan mendorong terciptanya lapangan pekerjaan.

Baca juga: China Akan Miliki PLTA Terbesar di Dunia, Kalahkan Rekornya Sendiri

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau