Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Hari Bumi, Bagaimana Mengubah Kecemasan Lingkungan jadi Aksi Keberlanjutan?

Kompas.com - 22/04/2025, 14:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Rian Mantasa Salve Prastica* dan Snezana Swasti Brodjonegoro**

KOMPAS.com - Perubahan iklim hingga bencana alam yang terjadi di mana-mana barangkali sering membuatmu merasa cemas, takut, atau khawatir.

Perasaan yang muncul itu sebenarnya wajar dan menandakan bahwa kamu memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Namun, jika sudah di level berlebihan atau bahkan sampai membuat stres dan pesimis akan masa depanmu dan juga Bumi, tandanya kamu sudah mulai mengalami eco-anxiety atau kecemasan lingkungan.

Rasa cemas karena situasi lingkungan yang berlangsung terus-menerus bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Menurut berbagai studi, gejala eco-anxiety bermacam-macam, mulai dari rasa tidak berdaya, frustasi, hingga perasaan putus asa.

Keresahan juga bisa memicu serangan panik atau panic attack bahkan gangguan konsentrasi dan gangguan tidur. Sebuah studi menyebut, Gen Z adalah kelompok yang paling banyak mengalami eco-anxiety. Studi lainnya menyebut peningkatan kecemasan anak muda terkait krisis iklim ini bisa sampai memengaruhi kesehatan mental mereka.

Baca juga: Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

Lalu, bagaimana caranya agar eco-anxiety kamu tidak berlarut-larut?

Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mengalihkan energimu, di antaranya lewat pengembangan dan kontrol diri, keterlibatan sosial, dan aksi lingkungan. Berikut langkah-langkah yang bisa kamu ambil:

1. Batasi paparan informasi negatif

Salah satu penyebab eco-anxiety adalah terlalu banyak mengonsumsi berita yang berisi kabar buruk dan membuat pesimistis.

Untuk itu, kamu harus mengimbangi konten-konten yang kamu ikuti di media sosial. Selain mengikuti akun-akun yang sering membahas permasalahan lingkungan, kamu juga bisa mengikuti akun-akun yang berisi konten positif atau aksi-aksi lingkungan.

Rasa cemas muncul karena kita merasa tidak bisa mengendalikan situasi buruk. Dengan mengikuti akun-akun yang menawarkan solusi lingkungan, rasa optimisme akan muncul karena kita melihat bukti bahwa keadaan bisa diubah dengan aksi nyata.

2. Bergabung dengan komunitas

Cari komunitas atau organisasi yang fokus pada pelestarian lingkungan. Bergabung dengan komunitas yang memiliki tujuan dan concern yang sama bisa memberikan dukungan emosional dan memperkuat rasa keterhubungan.

3. Terlibat dalam aksi lingkungan

Langkah selanjutnya yang bisa kamu lakukan adalah berpartisipasi dalam aksi lingkungan, baik dalam skala kecil maupun besar.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Program Pesantren Ramah Lingkungan Disiapkan, Keberlanjutan Berbasis Nilai Islam

Program Pesantren Ramah Lingkungan Disiapkan, Keberlanjutan Berbasis Nilai Islam

Pemerintah
Sempat Turun, Investasi Iklim di AS Kini Kembali Bergairah

Sempat Turun, Investasi Iklim di AS Kini Kembali Bergairah

Pemerintah
Mengenal Seruan Tobat Ekologis Paus Fransiskus, Warisan Bapa Suci Pembela Lingkungan

Mengenal Seruan Tobat Ekologis Paus Fransiskus, Warisan Bapa Suci Pembela Lingkungan

Pemerintah
Hari Bumi, Bagaimana Mengubah Kecemasan Lingkungan jadi Aksi Keberlanjutan?

Hari Bumi, Bagaimana Mengubah Kecemasan Lingkungan jadi Aksi Keberlanjutan?

LSM/Figur
Alasan Kenapa 22 April Dipilih Sebagai Hari Bumi

Alasan Kenapa 22 April Dipilih Sebagai Hari Bumi

Pemerintah
Hari Bumi, Panggilan pada Perempuan untuk Jadi Penggerak Keberlanjutan

Hari Bumi, Panggilan pada Perempuan untuk Jadi Penggerak Keberlanjutan

LSM/Figur
Bhutan Tambang Bitcoin Pakai Listrik PLTA, Diklaim Jadi Aset Kripto Hijau

Bhutan Tambang Bitcoin Pakai Listrik PLTA, Diklaim Jadi Aset Kripto Hijau

Pemerintah
YDBA Bina 4 Sektor Utama UMKM, dari Manufaktur hingga Pertanian

YDBA Bina 4 Sektor Utama UMKM, dari Manufaktur hingga Pertanian

Swasta
9 Tahun Beroperasi, PLTSa Benowo Sumbang Energi Bersih 166,1 GWh

9 Tahun Beroperasi, PLTSa Benowo Sumbang Energi Bersih 166,1 GWh

BUMN
Investasi Pangan Terancam, Kerugian akibat Iklim Bisa Capai 38 Triliun Dollar AS

Investasi Pangan Terancam, Kerugian akibat Iklim Bisa Capai 38 Triliun Dollar AS

Swasta
Investasi CCS yang Masuk Indonesia Capai Rp 640,79 triliun

Investasi CCS yang Masuk Indonesia Capai Rp 640,79 triliun

Swasta
SeaCURE, Teknologi Baru untuk Serap Karbon Langsung dari Lautan

SeaCURE, Teknologi Baru untuk Serap Karbon Langsung dari Lautan

LSM/Figur
CGIAR Targetkan Penurunan Emisi 1 Gigaton CO2 Lewat Program Aksi Iklim

CGIAR Targetkan Penurunan Emisi 1 Gigaton CO2 Lewat Program Aksi Iklim

Pemerintah
BRIN Kembangkan Finebubble, Tingkatkan Produktivitas Pertanian dan Peternakan

BRIN Kembangkan Finebubble, Tingkatkan Produktivitas Pertanian dan Peternakan

Pemerintah
PwC: Layanan Hukum Keberlanjutan Singapura Naik Tiga Kali Lipat

PwC: Layanan Hukum Keberlanjutan Singapura Naik Tiga Kali Lipat

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau