Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 23 April 2025, 12:14 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – “Timbullah dalam diriku suatu keinginan yang berangsur-angsur tumbuh menjadi besar, yaitu keinginan untuk kebebasan dan kemerdekaan, berdiri sendiri. Keadaan di sekitarku, baik di lingkungan langsung dan tidak langsung, yang mematahkan hatiku dan membuatku menangis dengan kesedihan tak terhingga, telah membangunkan kembali keinginan itu.”

Penggalan surat yang ditujukan kepada pejuang feminisme Eropa, Estella H Zeehandelaar, yang dibacakan Marsha Timothy itu seakan berhasil menghidupkan kembali sosok dan semangat Raden Ajeng Kartini.

Ratusan penonton dibuat hanyut lewat pertunjukan sastra dan suara bertajuk “Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini” yang digelar di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (21/4/2025).

Melalui surat-suratnya, Kartini tak hanya memperlihatkan kecerdasan dan kepekaan sosial, tetapi juga keberanian untuk menggugat struktur sosial yang timpang serta membungkam suara dan peran perempuan.

Hingga hari ini, sosok Kartini masih menjadi nyala api bagi perempuan untuk berjuang menjadi setara di segala lini kehidupan. Nyalanya pun membara hingga lebih dari 2.000 kilometer jauhnya dari Jakarta.

Di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, tepatnya. Semangat membara Kartini juga menyala dalam diri Yulianti Marcelina (34 tahun).

Suara mesin berat terdengar dari kejauhan saat matahari mulai beranjak tinggi. Di tengah riuhnya aktivitas tambang, sebuah kendaraan raksasa perlahan melaju. Di balik kemudinya, duduk sosok yang mungkin tidak banyak diduga, seorang perempuan.

Yulianti adalah salah satu dari segelintir perempuan yang mengemudikan dump truck berkapasitas puluhan ton di area operasional PT Vale Indonesia.

Aktivitas tambang PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi SelatanKOMPAS.com/ANINGTIAS JATMIKA Aktivitas tambang PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Pekerjaan yang lazim digeluti kaum laki-laki itu tidak menyurutkan tekad Yulianti untuk menembus batas tersebut. Sejak 2017, ia telah menjadi bagian dari armada operator alat berat perusahaan tambang nikel terkemuka di Tanah Air itu.

Sosok perempuan muda seperti dirinya berhasil mematahkan stereotipe tentang dunia tambang yang maskulin.

Sebagai gambaran, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2017, jumlah pekerja perempuan di sektor pertambangan sekitar 115 ribu orang, sedangkan laki-laki mencapai 1,28 juta orang.

Dari inklusi menuju inovasi

Pekerjaan sebagai pengemudi dump truck—dengan jam kerja panjang, medan berat, dan risiko tinggi—selama ini identik dengan laki-laki. Namun, bagi Yulianti, pilihan ini adalah bentuk keberanian dan cinta kepada tanah kelahirannya.

“Saya besar di Sorowako. Sejak kecil melihat aktivitas tambang, saya penasaran bagaimana rasanya berada di balik kemudi alat berat,” ujar Yulianti saat ditemui Kompas.com, Jumat (2/7/2024).

Bermodalkan keberanian dan semangat belajar, Yulianti mendaftar dan mengikuti pelatihan operator alat berat yang diselenggarakan Vale. Tidak mudah. Ia harus bersaing dengan ratusan pelamar, sebagian besar laki-laki. Namun, berkat ketekunan dan komitmen, ia berhasil lolos dan kini menjadi salah satu dari sedikit perempuan yang mengemudikan dump truck di area tambang tersebut.

“Saat pertama kali masuk kabin, saya sempat gugup. Tapi lama-lama terbiasa, dan sekarang saya justru merasa nyaman,” ucapnya sambil tersenyum.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Waspada Hujan Lebat hingga 22 Desember, BMKG Pantau 3 Siklon Tropis
Pemerintah
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
Walhi NTB Desak Pemerintah Moratorium IPR di 60 Titik
LSM/Figur
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Banjir Rob Kian Meluas, Akademisi Unair Peringatkan Dampak Jangka Panjang bagi Pesisir Indonesia
Pemerintah
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
Kalimantan dan Sumatera Jadi Pusat Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 25 Tahun Terakhir
LSM/Figur
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
Indonesia Perlu Belajar dari India untuk Transisi Energi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau