Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 23 April 2025, 12:14 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Kisah Yulianti adalah satu dari sekian bukti bahwa industri pertambangan kini mulai membuka ruang lebih luas komunitas lokal, termasuk kaum perempuan.

PT Vale Indonesia—perusahaan tambang nikel yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari setengah abad—memandang penting peran perempuan dalam inovasi dan transformasi sektor ini menuju arah yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Baca juga: Vale Indonesia Klaim Telah Rehabilitasi 2,5 Kali Lahan Tambangnya

Memang, dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan tambang global, termasuk Vale, mulai melihat bahwa pelibatan komunitas lokal bukan sekadar aksi filantropi.

Bahkan, sejak 2020, Vale telah menegaskan komitmen mengenai Diversity, Equity, Inclusion, and Inclusion (DEI).

Upaya tersebut terintegrasi dalam pendekatan keberlanjutan perusahaan yang dikenal dengan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).

Pelibatan komunitas lokal menjadi salah satu bentuk inovasi sosial yang berdampak nyata bagi keberlangsungan bisnis.

Penelitian yang dilakukan McKinsey and Company pada 2018 juga menguatkan hal tersebut. Laporan bertajuk “Divesity Wins, How Inclusion Matters” ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan keragaman gender dalam tim manajemen cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik.

Di sektor tambang yang penuh risiko, kehadiran perempuan dalam berbagai level organisasi juga terbukti memperkuat budaya keselamatan kerja.

Vale sendiri melihat bahwa kehadiran perempuan, seperti Yulianti, tak hanya memperkaya dinamika kerja, tetapi juga membawa pendekatan yang lebih hati-hati, teliti, dan kolaboratif.

Baca juga: Menitip Asa Masa Depan Tambang Berkelanjutan Vale Indonesia di Danau Matano

Chief Executive Officer (CEO) Vale Febriany Eddy mengatakan bahwa peran perempuan cukup signifikan di perusahaan. Salah satunya sebagai sumber perspektif dalam melihat sejumlah hal. Pengambilan keputusan di Vale, misalnya, menjadi lebih baik dengan keterlibatan wanita.

“Dengan keberagaman itu, kita bisa melihat banyak perspektif yang kaya. Di dalam perbedaan itulah ada sebuah kekuatan,” lanjut perempuan pertama yang memimpin perusahaan tambang besar di Indonesia itu.

Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Febriany Eddy KOMPAS.com/ANINGTIAS JATMIKA Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Febriany Eddy

Vale, tambah dia, juga secara konsisten mendorong banyak perempuan untuk bisa bergabung dalam industri pertambangan.

“Kita memerlukan lebih banyak sumber daya manusia yang beragam dan lingkungan yang inklusif untuk membangun industri yang sangat penting bagi kehidupan manusia,” kata Febri.

Komitmen kesetaraan Vale dan tangan dingin Febri berhasil meningkatkan jumlah pekerja perempuan dari angka 8 persen pada 2021 kala awal kepemimpinannya menjadi 10 persen pada 2023. Angka ini pun bertambah menjadi 11,7 persen pada 2024.

“Kami menargetkan jumlah pekerja perempuan bisa mencapai 17 persen pada 2030,” tegas Febri.

Model yang dikembangkan PT Vale Indonesia menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan hanya soal teknologi ramah lingkungan, melainkan juga investasi sosial jangka panjang. Ketika diberdayakan, masyarakat lokal akan menjadi bagian dari solusi dan inovasi.

Menurut Febri, keterlibatan perempuan dalam industri ekstraktif bukan hanya soal representasi, melainkan juga langkah strategis menuju transformasi sosial-ekologis yang lebih adil dan inklusif.

“Praktik pertambangan yang berkelanjutan bukan soal teknologi ramah lingkungan semata. Lebih dari itu, pertambangan berkelanjutan juga tentang siapa saja yang terlibat di dalamnya,” imbuh dia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau