KOMPAS.com - Indonesia bermimpi menjadi pusat produksi kendaraan listrik (EV) di Asia. Pertanyaannya, mungkinkah?
Dengan sejumlah keunggulan, mulai dari surplus energi listrik hingga sumber daya alam yang melimpah, Indonesia optimistis bisa mewujudkan ambisinya.
Meski begitu, beberapa tantangan perlu diatasi mimpi itu jadi nyata.
Surplus Energi Listrik dan Sumber Daya Alam
Salah satu potensi terbesar Indonesia dalam mewujudkan ambisi menjadi hub EV adalah surplus energi listrik.
Menurut Intan Salsabila Firman, Peneliti Tenggara Strategies, Indonesia tercatat memiliki surplus listrik sebesar 4 GW pada awal 2024. Potensi energi listrik ini diyakini bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan industri kendaraan listrik di tanah air.
Selain itu, Indonesia juga memiliki cadangan nikel yang sangat besar, sekitar 56 persen dari total cadangan dunia.
Nikel adalah bahan utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Keputusan pemerintah Indonesia untuk melarang ekspor nikel mentah kini memungkinkan negara ini memanfaatkan sumber daya tersebut untuk memperkuat industri EV.
Pasar EV Indonesia Terus Berkembang
Indonesia memiliki pasar potensial yang berkembang pesat untuk kendaraan listrik.
Rachmat Kaimuddin, Deputi Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur Dasar, mengungkapkan bahwa penjualan mobil listrik di Indonesia mengalami kenaikan signifikan.
Pada 2022, tercatat sekitar 10.000 mobil listrik terjual, dan pada 2023 angka itu melonjak menjadi 17.000 unit. Pada 2025 penjualannya diperkirakan mencapai 43.000 unit, dengan 16.000 unit terjual pada paruh pertama 2025.
Peningkatan penjualan ini menunjukkan adanya minat yang tinggi terhadap kendaraan listrik di Indonesia. Pasar yang berkembang ini menjadi salah satu faktor penting yang mempercepat Indonesia untuk mencapai tujuannya sebagai pusat produksi EV.
Dukungan Regulasi untuk Industri EV
Pemerintah Indonesia juga aktif mendukung perkembangan industri kendaraan listrik melalui regulasi yang jelas.
Salah satunya adalah Peraturan Presiden (Perpres) No. 55/2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.
Baca juga: RI dan Asean Diingatkan untuk Siapkan Infrastruktur Daur Ulang Baterai Mobil Listrik
Selain itu, pemerintah memberikan berbagai insentif bagi pembeli dan produsen EV. Hal ini diharapkan dapat mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
Regulasi dan insentif yang diberikan juga membantu memperkuat posisi Indonesia dalam menarik investor dan mempercepat perkembangan industri EV domestik.
Infrastruktur Pengisian Daya Masih Terbatas
Meskipun Indonesia memiliki banyak potensi, tantangan besar yang dihadapi adalah keterbatasan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik.
Hingga saat ini, Indonesia baru memiliki sekitar 3.000 stasiun pengisian daya.
Intan Salsabila Firman menjelaskan bahwa 80 persen pengguna EV di Indonesia masih mengandalkan pengisian di rumah karena terbatasnya stasiun pengisian yang ada.
Namun, PLN tengah berupaya mempercepat pembangunan stasiun pengisian dengan target mencapai 6.000 hingga 7.000 unit pada 2025.
Infrastruktur yang memadai akan sangat mendukung percepatan transisi ke kendaraan listrik.
EV dan Transisi Hijau Indonesia
Peralihan menuju kendaraan listrik di Indonesia bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga terkait dengan transisi menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan.
Rachmat Kaimuddin menyebutkan bahwa 40-60 persen polusi udara di Indonesia disebabkan oleh kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak.
Dengan mengganti kendaraan berbahan bakar fosil dengan EV, Indonesia dapat mengurangi emisi karbon dan polusi udara, yang akan berdampak positif pada kualitas lingkungan.
Selain itu, Indonesia juga bergantung pada impor bahan bakar minyak yang mencapai 60 persen.
Dengan meningkatkan produksi kendaraan listrik dalam negeri, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada energi fosil, sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.
Tantangan dan Peluang
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi kendaraan listrik, didukung oleh surplus energi listrik, cadangan nikel, pasar yang berkembang, dan kebijakan pemerintah yang mendukung.
Namun, tantangan besar dalam hal infrastruktur pengisian daya masih harus diatasi untuk memastikan ekosistem EV berjalan dengan optimal.
Jika langkah-langkah strategis terus diambil, Indonesia bisa merealisasikan ambisinya untuk menjadi pemain utama di industri kendaraan listrik.
Baca juga: Pemerintah Pastikan Insentif Mobil Listrik Tetap Ada pada 2025
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya