Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wizz Air Akan Fokus Pada Bahan Bakar Berkelanjutan

Kompas.com, 24 April 2025, 21:00 WIB
Eriana Widya Astuti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber ESG Today

KOMPAS.com —Makaskapai penerbangan asal Eropa, Wizz Air mengumumkan rencana peluncuran “Terbang Menuju Nol Emisi”, sebuah peta perjalanan untuk mencapai tujuannya nol emisi karbon pada tahun 2050.

Rencana tersebut diluncurkan dalam rangka mendukung tujuan Organisasi Penerbangan Internasional untuk nol emisi karbon pada tahun 2050.

Melalui rencana tersebut, Wizz Air menguraikan bagaimana langkah mereka untuk mencapai tujuan nol emisi pada tahun 2050.

Baca juga: DHL Angkut Kargo dengan Manfaatkan Avtur Berkelanjutan

Salah satunya dengan melakukan pengurangan penggunaan bahan bakar yang menghasilkan emisi karbon sebanyak 90 persen oleh maskapai dan beralih menggunakan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF).

“Wizz Air mendukung visi untuk mencapai nol emisi, tetapi laju perubahan saat ini tidak cukup. Tanpa adanya aksi nyata yang signifikan, industri penerbangan akan gagal memenuhi komitmennya.” ujar Yvonne Moynihan, Pejabat Korporat & ESG Wizz Air sebagaimana di kutip dari esgtoday pada Kamis (24/04/2025)

Wizz mengatakan bahwa rencananya memang akan lebih menekankan pada penggunaan SAF dan teknologi pesawat baru, daripada menggunakan teknologi yang belum terbukti sehingga rencana ini bisa lebih terukur dibandingkan dengan rencana maskapai lain.

Wizz mengatakan bahwa SAF adalah "landasan" dari rencana nol emisi bersihnya. Maskapai tersebut menargetkan dekarbonisasi sebesar 53 persen dari peningkatan penggunaan SAF.

Saat ini penggunaan bahan bakar minyak menyumbang sebagian besar emisi karbon pada sektor penerbangan.

Dengan beralih menggunakan bahan bakar dari sumber daya berkelanjutan, seperti limbah minyak dan residu pertanian yang menjadi dasar pembuatan SAF dipandang sebagai salah satu alat utama untuk membantu mendekarbonisasi industri penerbangan dalam jangka pendek hingga menengah.

Produsen SAF memperkirakan bahan bakar tersebut dapat menghasilkan pengurangan emisi GRK siklus hidup hingga 85 persen dibandingkan dengan bahan bakar konvensional.

Namun, upaya untuk meningkatkan penggunaan SAF secara signifikan oleh maskapai penerbangan menghadapi berbagai tantangan.

Baca juga: IATA Bentuk Organisasi Pengawas Avtur Berkelanjutan

Rendahnya pasokan yang tersedia di pasaran saat ini, harga yang jauh lebih mahal dibandingkan harga bahan bakar fosil konvensional. Tantangan tersebut menyebabkan SAF hanya mampu menyumbang sekitar 0,5 persen dari penggunaan bahan bakar komersial global pada tahun 2024.

Wizz Air mengatakan pemerintah perlu mengambil tindakan untuk meningkatkan produksi SAF melalui kerangka kebijakan jangka panjang, dan insentif untuk menutup kesenjangan harga antara SAF dan bahan bakar minyak konvensional.

"Kita butuh tindakan, itulah sebabnya kami menyerukan kepada pemerintah, regulator, dan industri bahan bakar untuk menyadari realitas transisi penerbangan dan mulai mewujudkan perubahan yang akan menunjang nol emisi bersih. Penerbangan membutuhkan kebijakan dan revolusi investasi untuk membentuk arah industri agar bisa lebih ramah lingkungan.” ujar Moynihan.

Selain meningkatkan penggunaan SAF, Wizz air juga menguraikan pengurangan emisi utama lainnya.

Baca juga: Produksi Avtur Berkelanjutan Meningkat tapi Tak Penuhi Proyeksi 2024

Maskapai tersebut menargetkan dekarbonisasi sebesar 21 persen melalui kemajuan teknologi dalam teknologi pesawat dan mesin, 7 persen melalui pembaruan armada, 4 persen melalui reformasi lalu lintas udara, dan 2 persen melalui efisiensi operasional.

Sasaran iklim Wizz sendiri termasuk mengurangi intensitas emisi karbon hingga 25 persen pada tahun 2030 dan mencapai nol bersih pada tahun 2050.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau