Namun, dengan skenario strategis, Indonesia berpeluang menurunkannya hingga 2 dollar AS per kilogram sebelum tahun 2040, bahkan bisa tercapai pada 2030 asalkan dapat segera mengembangkan ekosistem energi hijau.
Fabbu menjelaskan, jika Indonesia ingin ambil bagian dalam pasar energi bersih global, investasi di ekosistem hidrogen hijau harus dimulai dari hulu ke hilir sekarang.
"Kami percaya bahwa dengan langkah-langkah terencana dan konsisten, Indonesia bisa menjadi pusat produksi dan ekspor hidrogen rendah karbon di kawasan ASEAN," papar Fabby.
IESR melalui proyek Green Energy Transition Indonesia (GETI), menginisiasi terbentuknya Komunitas Hidrogen Hijau Indonesia (KH2I).
Komunitas tersebut menghubungkan para pemangku kepentingan melalui kegiatan riset, dialog kebijakan, dan pengembangan pasar guna mendorong implementasi hidrogen hijau sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi nasional.
Baca juga: Surplus, Pemerintah Bakal Ekspor Hidrogen ke Asia Pasifik
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya