Seluruh sampah ini terbawa ke Samudra Pasifik Selatan oleh arus melingkar yang dikenal sebagai South Pacific gyre.
Plastik dalam Angka
Berikut adalah beberapa fakta penting mengenai plastik:
Mikroplastik — Ancaman Baru bagi Kesehatan
Begitu masuk ke laut, sampah plastik akan terurai menjadi partikel-partikel kecil akibat paparan sinar matahari, angin, dan gelombang laut.
Partikel-partikel kecil ini—yang dikenal sebagai mikroplastik—sering kali berukuran kurang dari lima milimeter dan kini telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Mikroplastik ditemukan mulai dari puncak Gunung Everest yang tertinggi hingga ke Palung Mariana yang merupakan titik terdalam di Bumi.
Mikroplastik terus terurai menjadi fragmen yang lebih kecil. Bahkan, serat mikroplastik (microfiber) kini ditemukan di sistem air minum kota dan melayang di udara.
Baca juga: Tingkat Daur Ulang Plastik di Dunia Baru 9 Persen
Tidak mengherankan jika para ilmuwan kini juga menemukan mikroplastik di dalam tubuh manusia. Partikel-partikel kecil ini telah terdeteksi di dalam darah, paru-paru, bahkan di dalam feses manusia.
Namun, sejauh mana mikroplastik berdampak terhadap kesehatan manusia masih menjadi pertanyaan besar yang tengah diteliti secara intensif oleh para ilmuwan. Mereka berupaya mengungkap dampak jangka panjang paparan partikel mikroskopis ini terhadap tubuh dan sistem biologis kita.
Dampak Plastik pada Satwa Liar
Setiap tahun, jutaan hewan mati akibat sampah plastik, mulai dari burung, ikan, hingga organisme laut lainnya. Sekitar 2.100 spesies, termasuk yang terancam punah, diketahui telah terpengaruh oleh plastik. Hampir setiap spesies burung laut mengonsumsi plastik.
Sebagian besar kematian hewan disebabkan oleh terjerat atau kelaparan. Anjing laut, paus, penyu, dan hewan lainnya terjerat oleh peralatan pancing yang dibuang atau cincin kemasan enam bungkus.
Mikroplastik telah ditemukan pada lebih dari 100 spesies akuatik, termasuk ikan, udang, dan kerang yang sering kita konsumsi. Dalam banyak kasus, partikel-partikel kecil ini melewati sistem pencernaan dan dikeluarkan tanpa dampak buruk.
Namun, plastik juga ditemukan telah menyumbat saluran pencernaan atau menusuk organ-organ, yang menyebabkan kematian. Perut yang penuh dengan plastik mengurangi dorongan makan, menyebabkan kelaparan.
Hewan darat, seperti gajah, hyena, zebra, harimau, unta, sapi, dan mamalia besar lainnya, juga mengonsumsi plastik, yang dalam beberapa kasus menyebabkan kematian.
Tes juga telah mengonfirmasi adanya kerusakan pada hati dan sel serta gangguan pada sistem reproduksi, yang menyebabkan beberapa spesies, seperti tiram, menghasilkan lebih sedikit telur.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa larva ikan mengonsumsi nanoserat pada hari-hari pertama kehidupannya, yang menimbulkan pertanyaan baru tentang dampak plastik pada populasi ikan.
Dengan semua dampak lingkungan tersebut, sudah seharusnya krisis sampah plastik ini menuntut perhatian serius dan tindakan yang lebih luas, tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat dan sektor industri.
Dengan semakin banyaknya dampak yang ditimbulkan pada kesehatan manusia dan lingkungan, sudah saatnya kita berpikir ulang tentang kebiasaan konsumsi plastik sekali pakai dan beralih ke solusi yang lebih berkelanjutan. (Ricky Jenihansen/National Geographic Indonesia)
Baca juga: TPA di Banyumas Sulap Sampah Plastik Jadi Paving Block dan Genteng
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya