Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percepatan Transisi Energi Lindungi RI dari Dampak Gejolak Geopolitik

Kompas.com - 08/05/2025, 16:07 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Indonesia tak bisa lagi menunda transisi energi. Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Shofwan Al Banna Choiruzzad, menegaskan bahwa percepatan transisi ke energi terbarukan adalah langkah strategis, bukan sekadar isu lingkungan.

Hal ini ia sampaikan dalam diskusi CERAH Insight Talk bertajuk “Agenda Iklim dan Transisi Energi di Tengah Memanasnya Situasi Geopolitik Internasional,” pada Rabu (7/5/2025).

“Diversifikasi ke energi terbarukan akan melindungi Indonesia dari volatilitas harga energi fosil yang sangat dipengaruhi oleh situasi geopolitik global,” kata Shofwan.

Menurutnya, ketergantungan pada energi fosil membuat Indonesia rentan terhadap krisis energi dan fluktuasi harga yang kerap dipicu konflik global. Sementara itu, peningkatan kapasitas energi bersih memberi Indonesia ruang manuver yang lebih luas dalam menghadapi ketidakpastian global.

Shofwan menyoroti keputusan Amerika Serikat untuk keluar dari Perjanjian Paris di era Trump sebagai contoh dinamika politik yang sempat menggoyahkan komitmen negara berkembang terhadap transisi energi. Namun, menurutnya, perubahan politik di satu negara seharusnya tak dijadikan alasan untuk menunda langkah penting ini.

Baca juga: Kebutuhan Naik, Energi Terbarukan Rendah, Industri Menahan Diri

Ia mencontohkan konsistensi negara seperti Jepang, Jerman, dan China yang tetap melanjutkan agenda energi bersih dan kini berpotensi menjadi mitra strategis bagi Indonesia menuju netral karbon sebelum 2060.

Lebih lanjut, Shofwan menjelaskan bahwa persaingan geopolitik antara AS dan China juga berdampak pada fragmentasi rantai pasok energi bersih, menaikkan biaya transisi secara global.

“Akibatnya, pembiayaan iklim secara global juga terdampak. Tapi tren investasinya tetap jelas,” ujarnya.

Mengutip laporan IEA tahun 2024, Shofwan menyebut bahwa dari total investasi energi global sebesar 3 triliun dolar AS, dua pertiganya atau sekitar 2 triliun dolar AS sudah dialokasikan untuk teknologi dan infrastruktur energi bersih.

Melihat tren tersebut, ia mendorong Indonesia untuk membangun kemitraan strategis yang luas—baik secara multilateral maupun dengan berbagai pemangku kepentingan—agar transisi energi berjalan efektif dan memberi manfaat jangka panjang bagi ketahanan ekonomi nasional.

Baca juga: IEA: Emisi Metana Tambang Batu Bara Indonesia Terbesar Ketiga Dunia

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau