Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak yang Lahir pada 2020 Akan Hadapi Cobaan Iklim yang Berat

Kompas.com - 10/05/2025, 16:31 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang lahir pada tahun 2020 dan setelahnya memiliki kemungkinan dua hingga tujuh kali lebih besar untuk menghadapi cobaan iklim yang lebih ekstrem dibandingkan mereka yang lahir pada 1960. 

Cobaan itu bukan karena Tuhan, melainkan karena ulah generasi sebelumnya. 

Jika Bumi menghangat lebih cepat, mencapai 3,5 derajat Celsius pada 2100, sebanyak 92 persen anak berusia 5 tahun saat ini akan mengalami gelombang panas yang mematikan.

Tidak hanya itu, mereka juga akan mengalami kekurangan pangan akibat gagal panen (29 persen) dan mengalami banjir di beberapa titik dalam hidup mereka (14 persen).

Sebagai perbandingan, para peneliti menemukan hanya 16 persen mereka yang lahir pada tahun 1960 mengalami gelombang panas ekstrem dalam hidup mereka.

"Dengan menstabilkan iklim kita sekitar 1,5 Celsius di atas suhu pra-industri, sekitar setengah dari kaum muda saat ini akan terpapar gelombang panas dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hidup mereka," kata penulis utama studi Luke Grant, ilmuwan fisika di Pusat Pemodelan dan Analisis Iklim Kanada, dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Krisis Iklim Merenggut Kesempatan Anak untuk Bersekolah

"Sementara dalam skenario 3,5 C, lebih dari 90 persen anak muda akan mengalami paparan tersebut sepanjang hidup mereka," tambahnya.

Penelitian juga menemukan pola yang konsisten di berbagai jenis iklim ekstrem yang diteliti.

Meskipun dampak pada populasi mungkin bervariasi, kesimpulan yang sama tetap berlaku: generasi muda saat ini akan menghadapi risiko paparan terhadap kejadian cuaca ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Jajak pendapat YouGov menemukan pula adanya kecemasan lingkungan (eco-anxiety) yang meluas di kalangan anak-anak, dengan hampir 4 dari 5 anak berusia di bawah 12 tahun khawatir tentang perubahan iklim

Kekhawatiran ini beralasan karena dampak nyata dan mengerikan dari kerusakan iklim sudah dapat dilihat di seluruh dunia dalam bentuk berbagai bencana alam dan kejadian ekstrem.

Peneliti juga menemukan anak-anak yang lahir sekitar daerah tropis, diperkirakan akan terkena dampak paling kuat.

Baca juga: UNICEF: 100 Kematian Anak per Hari di Asia Timur Terkait Polusi Udara

Di bawah kebijakan saat ini, 92 persen anak-anak berusia lima tahun saat ini yang lahir dalam kelompok berpenghasilan rendah terpapar risiko seumur hidup dibandingkan dengan 79 persen dari mereka yang berasal dari latar belakang lebih mampu.

Dalam artikel News & Views, Rosanna Gualdi dan Raya Muttarak, dari Departemen Ilmu Statistik di Universitas Bologna, Italia, menulis bahwa temuan tersebut "mengungkapkan kesenjangan antargenerasi yang mengkhawatirkan" dalam paparan terhadap iklim ekstrem.

"Jika gas rumah kaca terus dilepaskan ke atmosfer pada tingkat saat ini, pemanasan global akan meningkat dan anak-anak saat ini akan terpapar pada bahaya terkait iklim yang semakin sering dan parah," tulis mereka.

Tindakan yang diambil saat ini untuk mengurangi emisi sangat penting dalam membentuk masa depan iklim generasi saat ini dan mendatang.

"Mengingat dampak perubahan iklim dan transformasi yang diperlukan untuk mendekarbonisasi masyarakat tidak didistribusikan secara merata, penting untuk mempertimbangkan kesetaraan dalam transisi menuju emisi nol bersih. Ini termasuk mengatasi ketimpangan antargenerasi yang disorot oleh Grant dkk. Mengabaikannya membahayakan masa depan anak-anak kita," papar Gualdi dan Muttarak lagi.

Peneliti menerbitkan temuan mereka Rabu, (7/5/2025) di jurnal Nature.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Rusak Lingkungan, Turunkan Nilai Jasa Ekosistem

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau