Dalam program Mentari, hibah PLTS tersebut tidak serta merta dipasang lalu ditinggal. Ada BUMDes yang bernama Hali Dewa yang dibentuk di desa tersebut sebagai lembaga yang mengelola dan merawatnya.
Ada pula teknisi dari masyarakat lokal yang digaji BUMDes dan dibekali kemampuan untuk merawat serta melakukan penanganan jika ada masalah.
Pengelolaan PLTS memang sengaja dipasrahkan kepada BUMDes agar bisa dikelola secara swadaya dan mandiri oleh masyarakat setempat.
Direktur BUMDes Hali Dewa Yanti Sada Mura mengatakan, nama tersebut dipilih karena ada arti yang sangat medalam. Di Mata Rendi, hali dewa artinya "tangisan jiwa".
Dia mengatakan, nama itu mencerminkan betapa rindunya warga Desa Mata Rendi akan kehadiran listrik yang tak kunjung datang. Kini, "tangisan jiwa" tersebut bak terobati setelah hadirnya PLTS.
"Kami menantikan listrik sudah begitu lama," ujar Yanti.
Kepala Desa Mata Rendi Adrianus Umbu Ratua bercerita, dia sebetulnya sudah mengajukan instalasi jaringan listrik PLN berulang kali. Akan tetapi, sebanyak apa pun usul dia lontarkan, sebanyak itu pula permintaannya dimentahkan.
Baca juga: Tagihan Listrik Melonjak, Warga Spanyol Ramai-ramai Pasang PLTS Atap
"Memang sebelum itu, kami lewat (berbagai) musyawarah itu tidak pernah bosan-bosan kami usulkan terkait masalah kelistrikan," ujar Adrianus.
Dia menambahkan, pihak pemerintah daerah sempat mengusulkan agar Pemerintah Desa Mata Rendi menganggarkan dana desa untuk membangun pembangkit listrik.
Namun, Adrianus dengan gamblang menyatakan, anggaran dana desa tidak akan mampu bila menutupi semua kebutuhan untuk membangun pembangkit hingga memasang jaringan listrik.
Di sisi lain, Desa Mata Rendi bertetangga dengan Desa Mata Woga. Meski bertetangga, Desa Mata Woga sudah teraliri listrik PLN sejak 2010.
"Kami sering mendorong pemerintah untuk adakan listrik, tetapi sesering itu pula tidak ada kepastian, tidak ada jawaban. Kami terus gelap dan mengandalkan pelita untuk penerangan," kata Adrianus.
Kini, listrik yang menerangi Mata Redi bukan sekadar memberi cahaya di kala malam. Ada berbagai program pemberdayaan masyarakat yang muncul setelah listrik hadir dari PLTS.
Program pemberdayaan yang ada meliputi pembuatan minyak serai wangi, minyak kemiri, hingga pelatihan pertukangan kayu. Lagi-lagi, BUMDes Hali Dewa menjadi gawang utama pemberdayaan masyarakat.
Baca juga: PLN dan Perusahaan UEA Perluas Kerja Sama Pengembangan PLTS Terapung
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya