Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selesai Rehabilitasi, 5 Orangutan Dilepasliarkan di Hutan Kalimantan Tengah

Kompas.com - 23/05/2025, 09:42 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS), bersama para mitra kembali melepasliarkan lima individu orang utan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.

"Setiap pelepasliaran orang utan mencerminkan komitmen nyata kami dalam memulihkan kembali keseimbangan alam," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BSDA) Kalteng Andi Muhammad Kadafi saat dikonfirmasi di Palangka Raya, Kamis (22/5/2025).

Kelima orang utan tersebut, terdiri atas tiga betina dan dua jantan yang telah menjalani proses rehabilitasi panjang di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng. Mereka kini dinyatakan siap untuk kembali hidup bebas di alam liar.

Andi menjelaskan, pelepasliaran satwa ini bukan sekadar program konservasi rutin, tetapi juga merupakan bentuk tanggung jawab moral, ekologis, dan konstitusional kita dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Pelepasliaran merupakan bagian penting dari pembangunan nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan, di mana pelestarian satwa liar dan pemulihan habitatnya harus terus diperkuat, sejalan dengan kesejahteraan masyarakat dan keberlangsungan fungsi ekosistem.

Gubernur Kalteng Agustiar Sabran menyatakan, pelepasliaran orang utan ini bukan hanya tentang mengembalikan satwa ke habitat aslinya, tetapi juga mencerminkan komitmen kita dalam menjaga warisan alam Kalimantan Tengah.

Baca juga: Konservasi Laut Jadi Strategi KKP Hadapi Ancaman Krisis Pangan

Sementara di tengah peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan menjelang HUT ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah pada 23 Mei 2025, katanya, kita diingatkan bahwa kebangkitan sejati bangsa juga mencakup kebangkitan kesadaran untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan alam.

Sejalan dengan tema HUT Kalteng tahun ini, ‘Kalimantan Tengah Masa Depan Indonesia,’ kita ingin menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan dan perlindungan satwa liar adalah bagian dari visi besar pembangunan berkelanjutan.

"Kami mendukung penuh upaya konservasi seperti ini dan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam kita," katanya.

Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) Persada Agussetia Sitepu mengatakan, sebagai pengelola kawasan konservasi, pihaknya berkomitmen penuh untuk menjaga keutuhan ekosistem hutan dan memastikan satwa liar seperti orang utan dapat hidup bebas di habitat alaminya.

"Orang utan adalah spesies kunci yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan Kalimantan," katanya.

Kawasan konservasi seperti Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan salah satu benteng terakhir yang harus kita jaga secara kolaboratif.

Pelepasliaran ini adalah bagian dari proses panjang pemulihan ekologis, sekaligus pengingat bahwa kawasan konservasi tidak hanya menjadi rumah bagi satwa liar, tetapi juga ruang belajar dan refleksi tentang pentingnya hidup berdampingan dengan alam.

"Ini adalah warisan yang harus kita jaga untuk generasi mendatang," kata Persada.

Ketua Pengurus Yayasan BOS Jamaratin Sihite juga menyampaikan bahwa konservasi orang utan bukan hanya soal menyelamatkan satu spesies, tetapi menyangkut pemulihan ekosistem, peningkatan kesadaran masyarakat, dan penciptaan harmoni antara manusia dan alam.

"Di Yayasan BOS, kami menjalankan mandat ini melalui kerja kolaboratif dengan para pemangku kepentingan yaitu pemerintah, mitra konservasi, dunia usaha, dan masyarakat global," katanya.

Dia menambahkan, pelepasliaran orang utan kali ini adalah hasil nyata dari sinergi tersebut, yang tak hanya mengembalikan lima individu orang utan ke habitat alaminya, tetapi juga memperkuat semangat kolektif kita dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia," katanya.

Dia menambahkan, momen ini menjadi semakin bermakna karena bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional dan menjelang HUT ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah.

"Ini adalah refleksi bahwa kebangkitan bangsa tidak bisa dilepaskan dari kebangkitan ekologis, dan bahwa masa depan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana kita merawat hutan dan semua kehidupan di dalamnya," katanya.

Baca juga: Bayi Orangutan Sumatera Lahir di Riau, Dinamai Ade

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
LSM/Figur
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pemerintah
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
Swasta
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Swasta
Peluang 'Green Jobs' di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
Peluang "Green Jobs" di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
LSM/Figur
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
Pemerintah
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
BUMN
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
LSM/Figur
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
LSM/Figur
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
Pemerintah
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Pemerintah
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Swasta
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Swasta
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
Pemerintah
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau