Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Dapat Peringatan, Diminta Pertahankan Target Iklim, Hindari Kredit Karbon Murah

Kompas.com - 03/06/2025, 10:56 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Para penasihat independen Uni Eropa memperingatkan agar tidak melunakkan target iklim 2040.

Peringatan dikeluarkan menyusul pertimbangan pejabat UE untuk menurunkan ambisi target demi meredam penolakan politik terhadap kebijakan lingkungan yang ambisius.

Komisi Eropa berencana mengusulkan target hukum pada Juli mendatang, yaitu memangkas emisi gas rumah kaca negara-negara UE sebesar 90 persen pada 2040 dibandingkan level tahun 1990.

Namun, karena adanya tekanan dari beberapa pemerintah, Brussels mempertimbangkan opsi menurunkan target untuk industri dalam negeri dan menggunakan kredit karbon internasional untuk menutup kekurangannya.

Dewan Penasihat Ilmiah Eropa untuk Perubahan Iklim (European Scientific Advisory Board on Climate Change/ESABCC) menentang pendekatan ini. Mereka memperingatkan bahwa penggunaan kredit karbon internasional bisa menyita dana dari investasi penting untuk transformasi industri dan infrastruktur dalam negeri.

"Penggunaan kredit karbon internasional, walaupun cuma sebagian, bisa mengurangi potensi penciptaan nilai ekonomi regional dengan mengalihkan sumber daya dari transformasi ekonomi UE yang seharusnya menjadi prioritas," tulis ESABCC dalam analisis target iklim 2040 yang dirilis pada Senin (2/6/2025), seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Kelola Pesisir Derawan, Tekan Emisi Setara 72.000 Ton CO2

Juru bicara Komisi Eropa tidak memberikan tanggapan langsung atas peringatan tersebut, namun menyatakan, "Dewan Penasihat, sesuai tugasnya untuk memberikan masukan ilmiah secara independen, kembali mengingatkan kita akan pentingnya aksi iklim yang ambisius dan penetapan target pengurangan emisi 2040."

Mengandalkan kredit karbon internasional berarti negara-negara UE bisa membeli kredit dari proyek pengurangan emisi di luar negeri — misalnya restorasi hutan di Brasil dan Indonesia — dan menghitungnya sebagai bagian dari capaian target UE.

Pendukung sistem ini berpendapat bahwa kredit karbon bisa membantu mendanai proyek-proyek pengurangan emisi di negara berkembang. Namun, sebagian pejabat UE tetap skeptis. UE sendiri telah melarang penggunaan kredit karbon internasional di pasar karbonnya sejak 2013 karena banyaknya kredit murah yang manfaat lingkungannya lemah, menyebabkan harga karbon anjlok.

Meski menghadapi tantangan geopolitik, potensi tarif dari AS, dan harga energi tinggi, ESABCC tetap merekomendasikan pengurangan emisi bersih sebesar 90-95 persen pada 2040. Target ini dinilai realistis dan sejalan dengan tujuan global untuk mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah.

Untuk mencapainya, sektor energi UE perlu hampir sepenuhnya bebas emisi pada 2040, dan industri yang mencemari harus segera dialihkan ke sistem berbasis listrik.

ESABCC menegaskan bahwa transisi ini akan memberikan banyak manfaat, mulai dari menurunnya penyakit akibat polusi, meningkatnya investasi untuk modernisasi industri, hingga penguatan ketahanan energi dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil impor.

Baca juga: Industri Sumbang 34 Persen Emisi, CSP Dorong Dekarbonisasi

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
Cabai Palurah dari IPB, Solusi Pedas Berkelanjutan untuk Dapur dan Industri
LSM/Figur
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Produksi Hidrogen Lepas Pantai Tingkatkan Suhu Lokal, Perlu Mitigasi
Pemerintah
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Tanam 1.035 Pohon, Kemenhut Kompensasi Jejak Karbon Institusi
Pemerintah
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
Valuasi Ekonomi Tunjukkan Raja Ampat Lebih Kaya dari Hasil Tambangnya
LSM/Figur
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Murah tapi Mematikan: Pembakaran Plastik Tanpa Kontrol Hasilkan Dioksin dan Furan
Pemerintah
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Driver Ojol Mitra UMKM Grab Akan Dapat Insentif BBM dan KUR
Pemerintah
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau