Ia pun menekankan bahwa fleksibilitas itu bukan sekadar strategi jangka pendek, melainkan bagian dari visi jangka panjang untuk membangun daya saing yang kokoh.
“Kemampuan beradaptasi semacam ini tidak hanya memaksimalkan potensi arbitrase harga, tetapi juga menjadi fondasi penting bagi ketahanan dan daya saing jangka panjang di industri nikel,” ujarnya.
Ia juga menilai bahwa industri nikel global sedang bergerak ke arah konsolidasi yang mana permintaan terhadap nikel untuk sektor baja tahan karat relatif stabil. Sementara, pasar kendaraan listrik mulai menemukan keseimbangan barunya.
Dalam fase tersebut, hanya pelaku yang memiliki skala produksi, efisiensi biaya, dan kelincahan operasional yang menurutnya akan mampu bertahan dan berkembang.
“Indonesia mempertahankan salah satu profil biaya pokok penjualan (COGS) terendah secara global. Keunggulan biaya struktural ini berarti bahwa pabrik peleburan Indonesia secara umum lebih tangguh selama siklus penurunan,” jelas Dadik.
Ia juga menilai bahwa kemampuan untuk menjaga efisiensi dan bergerak cepat menghadapi perubahan pasar menjadi semakin krusial.
“Apa yang mungkin kita masuki adalah periode konsolidasi. Jadi, hanya mereka yang memiliki skala, efisiensi, dan fleksibilitas seperti kita yang akan terus berkembang,” ujarnya.
Lebih jauh, MMP memandang bahwa keberlanjutan industri nikel sangat bergantung pada kekuatan rantai pasok.
Terkait itu, ia menekankan bahwa ada tiga pilar utama yang menjadi fondasi dalam membangun rantai pasok nikel nasional yang tangguh.
Pertama, keselarasan pasar. Menurutnya, strategi hilirisasi yang dijalankan pemerintah telah membawa Indonesia ke dalam peta utama pada rantai nilai nikel global.
Namun, seiring dengan majunya ekonomi ke hilir, penting untuk memperkuat rantai nilai secara keseluruhan dengan memastikan bahwa investasi dan pembangunan industri semakin diarahkan pada kegiatan dengan pengganda ekonomi yang lebih tinggi, seperti pemrosesan, pemurnian, dan manufaktur.
“Pergeseran ini mendukung daya saing jangka panjang dan memperdalam basis industri Indonesia sehingga menciptakan manfaat ekonomi yang lebih luas di luar ekstraksi,” jelas Dadik.
Kedua, stabilitas kebijakan. Saat industri nasional mulai bergerak dari ekstraksi hulu menuju pemrosesan hilir, kepastian dalam kebijakan jadi hal yang penting dijaga.
Pasalnya, konsistensi tentang penetapan harga acuan dan kebijakan terkait investasi akan membantu mempertahankan kepercayaan investor.
Hal tersebut juga dapat mendukung visi jangka panjang untuk menggerakkan penciptaan nilai lebih dekat ke tempat margin dan pengganda ekonomi lebih besar, yakni di hilir.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya