Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?

Kompas.com - 17/06/2025, 17:03 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Produksi padi yang selama ini identik dengan konsumsi air tinggi dan emisi gas rumah kaca, kini dihadapkan pada tuntutan baru untuk menjadi bagian dari solusi krisis iklim.

Di tengah lonjakan kebutuhan pangan global dan dampak perubahan iklim yang kian nyata, sistem pertanian padi dituntut untuk lebih efisien, adaptif, dan berkelanjutan.

Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Puji Lestari, menekankan bahwa tantangan perubahan iklim, degradasi sumber daya alam, serta tingginya permintaan pangan menjadikan riset pertanian semakin relevan dan mendesak.

Sistem tanam padi rendah emisi dinilai dapat menjadi bagian dari langkah mitigasi iklim yang konkret.

Contoh praktiknya datang dari Vietnam. Hung Nguyen Van dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina memaparkan bahwa negaranya telah menjalankan program satu juta hektare padi berkualitas tinggi yang juga rendah emisi.

Inisiatif ini mengandalkan integrasi database iklim, teknologi pertanian presisi, serta mekanisasi yang efisien. Tujuannya untuk meminimalkan emisi gas rumah kaca tanpa mengorbankan produktivitas.

Beberapa teknik yang digunakan dalam program tersebut antara lain alternate wetting and drying (AWD)—sistem irigasi berselang yang tidak membiarkan sawah tergenang terus-menerus, melainkan membiarkan tanah mengering sampai batas tertentu sebelum diairi kembali. Selain hemat air, metode ini dinilai mengurangi emisi.

Manajemen pupuk juga menjadi perhatian. Melalui pendekatan spesifik lokasi, pemberian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing lahan.

“Di sisi pascapanen, pendekatan pertanian sirkular diterapkan lewat pengelolaan jerami yang tidak dibakar sehingga mengurangi potensi polusi dan pelepasan karbon,” ujar Hung, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis di laman BRIN, Selasa (17/6/2025).

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa inovasi digital dapat turut mendukung efisiensi. IRRI mengembangkan aplikasi EasyFarm yang memungkinkan petani mengakses informasi tanam, jadwal pemupukan, serta alat pertanian.

“Model ini membuka peluang kolaborasi adaptif bagi Indonesia melalui transfer pengetahuan dan pengembangan sistem pertanian rendah karbon,” tambahnya.

Sementara itu, dalam konteks global, Ando M. Radanielson dari IRRI menyoroti bahwa sistem tanam padi tradisional—terutama perendaman sawah secara terus-menerus dan pembakaran jerami—masih menjadi penyumbang utama emisi metana dan nitrogen dioksida.

Oleh sebab itu, IRRI mengusung pendekatan seed, scale, sustain—yakni pengembangan teknologi, perluasan adopsi, dan jaminan keberlanjutan.

Teknologi yang dikembangkan mencakup AWD, pemupukan berbasis sensor yang menyesuaikan dosis secara presisi, serta direct-seeded rice (DSR) atau tanam langsung yang mengurangi kebutuhan air dan tenaga kerja.

“Inovasi seperti ini diperlukan untuk memastikan keberlanjutan sistem pertanian sekaligus mendukung pencapaian target iklim global,” kata Ando.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
IPB Ajak Guru di Kediri Rancang Pembelajaran Gizi Seimbang Berbasis EcoFun
LSM/Figur
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Debu Setara 300 Piramida Giza Melayang per Tahun, Ancam 330 Juta Jiwa
Pemerintah
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Asia Dominasi Produksi Listrik Bersih, tetapi Masih Terpusat di China
Pemerintah
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi
BUMN
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Transisi Energi Eropa: Surya Meraja, Tendang Batu Bara ke Titik Terendahnya
Pemerintah
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
Sederet Tantangan Dekarbonisasi Transportasi, dari Bahan Bakar sampai Insentif EV
LSM/Figur
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
Di Mana Keadilan Iklim? Yang Kaya Boros Energi, Yang Miskin Tanggung Dampaknya
LSM/Figur
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
Kisah Relawan RS Kapal Nusa Waluya II - PIS, dari Operasi di Tengah Ombak hingga Mendapat Buah-buahan
BUMN
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
China Terapkan Standar Energi Terbarukan Pertama untuk Sektor Baja dan Semen
Pemerintah
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Satgas PKH Kuasai 2 Juta Hektar Lahan Sawit, Selanjutnya Apa?
Pemerintah
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Dorong Capaian SDGs, ITS Gelar Pemeriksaan Gratis Deteksi Kanker untuk Perempuan
Swasta
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Susul Bank AS, HSBC Keluar dari Aliansi Iklim Perbankan Dunia
Swasta
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Teknologi China Tembak CO2 dan Metana, Pangkas Dua Emisi Sekaligus
Pemerintah
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Inovasi Perekat Rendah Emisi, Lebih Aman untuk Rumah dan Lingkungan
Pemerintah
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
Ahli Ungkap 3 Strategi Pengembangan Ternak Pedaging Berkelanjutan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau