Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketidakpastian Ekonomi Hambat Investasi Mineral Kritis

Kompas.com - 17/06/2025, 15:16 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Energi Internasional (IEA) menyebut meski dunia
membutuhkan mineral kritis untuk masa depan energi bersih, kondisi pasar dan ekonomi saat ini tidak menentu membuat investor enggan untuk berinvestasi.

Hal tersebut berpotensi menciptakan kekurangan pasokan di kemudian hari jika tidak ditangani.

Mineral kritis seperti tembaga, litium, nikel, kobalt, dan unsur tanah jarang merupakan komponen penting dari banyak teknologi energi yang berkembang pesat saat ini, mulai dari turbin angin dan jaringan listrik hingga kendaraan listrik.

Permintaan akan bahan-bahan ini pun tumbuh dengan cepat seiring dengan semakin cepatnya transisi energi.

Namun dalam laporan "Global Critical Minerals Outlook 2025" yang diterbitkannya, IEA menyebut momentum investasi dalam pengembangan mineral kritis melemah pada tahun 2024, hanya naik 5 persen dibandingkan dengan 14 persen pada tahun 2023.

Baca juga: Energi Nuklir Eropa Perlu Suntikan Dana Lebih dari 240 Miliar Euro

Setelah disesuaikan dengan inflasi biaya, pertumbuhan investasi riil hanya sebesar 2 persen, mencerminkan pengaruh dari ketidakpastian ekonomi dan pasar meskipun ada ekspektasi permintaan jangka panjang yang kuat.

Melansir The Economic Times, Minggu (8/6/2025) menurut IEA, aktivitas eksplorasi mineral baru mencapai titik jenuh setelah mengalami pertumbuhan yang konsisten sejak tahun 2020.

Meskipun pengeluaran untuk eksplorasi lithium, uranium, dan tembaga meningkat, pengeluaran untuk nikel, kobalt, dan seng justru menurun tajam.

Laporan IEA juga menambahkan bahwa pendanaan untuk perusahaan rintisan (startup) di sektor ini melambat.

Harga mineral yang rendah tidak berhasil memicu investasi baru dan juga memengaruhi proyek-proyek yang dipimpin oleh pemain baru di pasar.

Laporan pun mengungkapkan diversifikasi merupakan kunci untuk keamanan energi.

Tapi alih-alih menjadi lebih beragam, pasokan mineral kritis justru menjadi lebih terkonsentrasi atau kurang beragam, terutama dalam pemurnian (refining) dan pemrosesan.

Antara tahun 2020 dan 2024, pertumbuhan dalam produksi material olahan (refined material) sangat terkonsentrasi di antara pemasok-pemasok terkemuka.

Akibatnya, fasilitas untuk memurnikan mineral makin terkumpul di sedikit lokasi atau negara di dunia. Tren konsentrasi ini sangat menonjol untuk nikel dan kobalt yang meningkatkan risiko terhadap keamanan pasokan global.

Dunia pun menjadi semakin bergantung pada segelintir negara terutama Indonesia untuk nikel dan China untuk beberapa pasokan mineral kritis yang sudah dimurnikan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kabul, Afghanistan: Kota Pertama di Dunia yang Mungkin Bakal Kehabisan Air
Kabul, Afghanistan: Kota Pertama di Dunia yang Mungkin Bakal Kehabisan Air
Swasta
Menteri LH: Teknologi Kunci Atasi Karhutla, Deteksi Dini hingga Modifikasi Cuaca
Menteri LH: Teknologi Kunci Atasi Karhutla, Deteksi Dini hingga Modifikasi Cuaca
Pemerintah
Tinggal 3 Tahun, Kita Kehabisan Waktu Atasi Krisis Iklim jika Tak Gerak Cepat
Tinggal 3 Tahun, Kita Kehabisan Waktu Atasi Krisis Iklim jika Tak Gerak Cepat
LSM/Figur
Dukung Komitmen Iklim Nasional, TSE Group Resmikan Pembangkit Biogas Kurangi Emisi dan Konsumsi Solar
Dukung Komitmen Iklim Nasional, TSE Group Resmikan Pembangkit Biogas Kurangi Emisi dan Konsumsi Solar
Swasta
eMaggot, Platform Jual Beli Online Maggot untuk Pengolahan Sampah
eMaggot, Platform Jual Beli Online Maggot untuk Pengolahan Sampah
Pemerintah
4.700 Hektare Bekas Lahan Sawit di Tesso Nilo Kembali Ditanami
4.700 Hektare Bekas Lahan Sawit di Tesso Nilo Kembali Ditanami
Pemerintah
Perkuat Sabuk Hijau Hadapi Krisis Iklim, Pemprov DKI Jakarta Tanam 10.000 Mangrove di 4 Pesisir
Perkuat Sabuk Hijau Hadapi Krisis Iklim, Pemprov DKI Jakarta Tanam 10.000 Mangrove di 4 Pesisir
Pemerintah
Dalam 3 Bulan, 4700 Hektare Sawit di Tesso Nilo Telah Dimusnahkan
Dalam 3 Bulan, 4700 Hektare Sawit di Tesso Nilo Telah Dimusnahkan
Pemerintah
Terobosan Formula E, Olahraga Pertama dengan Sertifikasi Net Zero BSI
Terobosan Formula E, Olahraga Pertama dengan Sertifikasi Net Zero BSI
Swasta
Pakar Katakan, Intervensi Iklim di Laut Sia-sia jika Tata Kelolanya Masih Sama Buruknya
Pakar Katakan, Intervensi Iklim di Laut Sia-sia jika Tata Kelolanya Masih Sama Buruknya
LSM/Figur
KLH Luncurkan Waste Crisis Center, Pusat Layanan Pengelolaan Sampah
KLH Luncurkan Waste Crisis Center, Pusat Layanan Pengelolaan Sampah
Pemerintah
ICDX: REC Bukan Cuma Sertifikat, Bisa Jadi Stimulus Capai Target EBT
ICDX: REC Bukan Cuma Sertifikat, Bisa Jadi Stimulus Capai Target EBT
Swasta
Terjadi di Seismic Gap, Gempa Rusia Alarm Bahaya buat Indonesia
Terjadi di Seismic Gap, Gempa Rusia Alarm Bahaya buat Indonesia
LSM/Figur
Ahli Ungkap 2 Hal Penting dalam Konservasi Harimau, Harus Jadi Indikator Kemajuan
Ahli Ungkap 2 Hal Penting dalam Konservasi Harimau, Harus Jadi Indikator Kemajuan
LSM/Figur
KKP Siapkan Peta Nasional Terumbu Karang dan Padang Lamun, Diluncurkan Akhir 2025
KKP Siapkan Peta Nasional Terumbu Karang dan Padang Lamun, Diluncurkan Akhir 2025
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau