Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien

Kompas.com, 17 Juni 2025, 16:07 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap hari lebih dari 50.000 kapal kargo mengarungi lautan dunia, mengangkut sekitar 90 persen dari semua barang yang diperdagangkan di seluruh dunia.

Itu mengapa pengiriman global bertanggung jawab atas 3 persen emisi gas rumah kaca dunia.

Jika industri pengiriman adalah sebuah negara, industri tersebut bahkan menempati peringkat keenam sebagai penghasil gas rumah kaca terbesar.

Berusaha mengurai permasalahan tersebut, peneliti dari University of New South Wales mencoba untuk menemukan rute yang lebih efisien bagi kapal kargo dan mengurangi dampak lingkungan dari transportasi laut.

Untuk menemukan rute tersebut, Associate Professor Shane Keating, seorang peneliti di bidang oseanografi dan matematika terapan di UNSW Sydney kemudian mengembangkan algoritma menggunakan pemodelan laut dan kecerdasan buatan (AI).

"Dengan prakiraan laut yang lebih baik, kapal dapat menggunakan kekuatan arus saat berlayar sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar dan emisi," kata Keating, dikutip dari Tech Xplore, Selasa (17/6/2025).

Baca juga: Kapal Bertenaga Hidrogen Berpotensi Gantikan Pengiriman via Kargo, Kok Bisa?

"Algoritma ini seperti Google Maps untuk laut, memberikan rute paling efisien secara real time berdasarkan perilaku pusaran laut," katanya lagi.

Menurut Keating, arus putaran air laut atau yang sering disebut eddies ada di setiap cekungan samudra di seluruh dunia dan penyumbang utama (90 persen) dari total energi gerakan di lautan sehingga memiliki peran penting dalam dinamika dan sirkulasi laut secara keseluruhan.

Meski eddies sangat melimpah dan memiliki energi yang besar, model prakiraan arus laut saat ini belum mampu menggambarkan atau memprediksi eddies dengan baik.

Nah, dengan memprediksi pergerakan eddies secara akurat, kapal-kapal dapat merencanakan perjalanan mereka untuk menggunakan arus ini sebagai "dorongan" alami, sehingga menghemat bahan bakar, mengurangi emisi, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Pemanfaatan eddies untuk rute yang lebih efisien ini juga dimungkinkan karena adanya peningkatan teknologi satelit yang dapat memantau pergerakannya dan memanfaatkan fenomena tersebut.

"Berkat data satelit yang lebih baik, kita sekarang memahami bahwa lautan adalah sistem yang sangat aktif dan kompleks, penuh dengan pusaran air raksasa (eddies) dengan berbagai ukuran dan kedalaman, yang pergerakannya mirip dengan badai di atmosfer," ungkap Keating.

Baca juga: Kapal Pesiar Bertenaga Hidrogen Pertama Di Dunia Akan Segera Diluncurkan

Lebih lanjut, industri pengiriman adalah urat nadi ekonomi global akan tetapi semua pengiriman itu memiliki jejak karbon yang sangat besar. Lebih dari satu miliar ton setara CO2 per tahun dilepaskan oleh industri pengiriman.

Organisasi Maritim Internasional, badan PBB yang mengatur industri pengiriman global telah menetapkan target nol emisi pengiriman pada tahun 2050, dengan penggunaan wajib bahan bakar tanpa emisi seperti hidrogen hijau dan metanol hijau.

Namun, perlu waktu untuk mengganti armada kapal niaga yang ada dengan kapal yang dapat menggunakan bahan bakar alternatif, dan, meskipun demikian, bahan bakar ini akan 6–10 kali lebih mahal daripada bahan bakar tradisional.

Teknologi yang ditawarkan Keating pun memungkinkan kapal untuk memangkas biaya dan emisi dengan melakukan penyesuaian kecil pada rute kapal untuk memanfaatkan arus alami.

Setelah menguji teknologinya pada lebih dari seratus kapal, ia menunjukkan ada penghematan bahan bakar yang konsisten hingga 20 persen.

"Ini menguntungkan bagi perusahaan pelayaran karena dapat menghemat uang dan memenuhi target pengurangan emisi tanpa modifikasi pada kapal atau perubahan dalam waktu transit kapal," paparnya lagi.

Baca juga: KKP Tangkap 2 Kapal Ikan Ilegal, Selamatkan Kerugian Rp 50,4 M

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Refleksi Filsafat Ekologis, Tempat Keramat dan Etika Lingkungan
Pemerintah
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
RI Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Jika Andalkan Sektor Pertanian
LSM/Figur
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
DAMRI Jalankan 286 Bus Listrik, Potensi Kurangi 72.000 Ton Emisi per Tahun
BUMN
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Miangas hingga Wamena, FiberStar Genjot Akselerasi Digital di Wilayah 3T
Swasta
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pelaku Bisnis Luncurkan Program Sertifikasi Produksi Kaca Rendah Karbon
Pemerintah
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
Perubahan Iklim Diprediksi Tekan Pendapatan Dunia hingga 17 Persen
LSM/Figur
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
ISSB Usulkan Pelaporan Emisi Metana Scope 1 untuk Perusahaan Energi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau