Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Konflik Iran-Israel Berpotensi Berdampak pada Sektor Maritim RI

Kompas.com - 19/06/2025, 12:22 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Maritim Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC), Marcellus Hakeng Jayawibawa, menyebut konflik Iran-Israel berpotensi berdampak pada sektor maritim Indonesia.

Perang Iran Israel diprediksi memicu kenaikan harga minyak seiring dengan kekhawatiran global dengan terganggunya jalur Selat Hormuz yang menjadi pusat pelayaran ekspor minyak.

“Ketika jalur pelayaran utama energi dan komoditas terganggu maka sistem logistik dunia dipaksa menyesuaikan rute, waktu, dan biaya. Ini menimbulkan gelombang biaya tambahan yang sangat signifikan, termasuk pada sektor pelayaran Indonesia,” kata Marcellus dalam keterangannya, Kamis (19/6/2025).

Dia berpandangan, biaya pengiriman barang dari dan ke pelabuhan Indonesia akan melonjak drastis. Imbasnya memengaruhi daya saing ekspor komoditas batu bara, minyak mentah, karet, dan produk perikanan.

Baca juga: Negara Berkembang Kecewa, Pajak Karbon Pelayaran Dinilai Kurang Ambisius

Selain itu, kenaikan harga bahan bakar mengakibatkan nelayan kecil harus membayar dua kali lipat untuk setiap liter solar kapalnya. 

“Akibatnya, banyak nelayan di daerah seperti Bitung, Kendari, dan Sibolga memilih tidak melaut," ucap Marcellus.

"Hal ini berdampak langsung pada pasokan komoditas laut, menaikkan harga ikan di pasar domestik, dan memperlemah daya beli masyarakat," imbuh dia.

Dalam waktu singkat, kondisi tersebut turut mengganggu ketahanan pangan laut di dalam negeri. Kemudian, biaya operasional armada pelayaran bakal ikut naik karena penyesuaian harga bahan bakar maupun biaya asuransi.

"Situasi ini menurunkan frekuensi pelayaran dan membuat industri perkapalan nasional kehilangan efisiensi,” papar dia.

Baca juga: Pengerukan Pasir Ilegal di Pulau Pari Picu Abrasi dan Ganggu Nelayan

Ancaman PHK

Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) pun membayang-bayangi mereka yang bekerja di sektor pelayaran dan pelabuhan. Pasalnya, jasa pelabuhan mengalami penurunan volume muatan karena eksportir dan importir menahan pengiriman akibat ketidakpastian biaya dan waktu.

Indonesia, menurut dia, menghadapi tantangan ganda. Sebagai negara net importir minyak, kenaikan harga energi menimbulkan beban fiskal besar terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kementerian Keuangan memperkirakan potensi pembengkakan subsidi energi mencapai Rp 75 triliun apabila harga minyak dunia bertahan di atas 110 dollar AS per barel dalam jangka menengah.

"Maka kenaikan biaya logistik domestik, akibat tekanan maritim akan menyebabkan inflasi barang konsumsi, dan meningkatnya harga bahan pokok. Terutama di kawasan timur Indonesia yang sangat tergantung pada distribusi laut,” kata dia.

Marcellus menilai, Indonesia belum sepenuhnya siap menangkap peluang pengalihan rute pelayaran global dari Teluk Persia ke Samudra Hindia dan Asia Tenggara

Pelabuhan Patimban dan Kuala Tanjung seharusnya bisa berperan sebagai simpul logistik regional. Namun, lamanya waktu pendangkalan alur, bongkar muat, konektivitas hinterland yang belum memadai, dan belum tuntasnya reformasi digital logistik nasional menjadi kendala.

Baca juga: Pagar Laut: Akuisi Perairan yang Rugikan Nelayan

Karenanya, percepatan pengembangan pelabuhan berstandar internasional harus menjadi prioritas dengan memastikan proyek-proyek seperti Patimban, Bitung, dan Kuala Tanjung terus berjalan efektif. 

"Dari itu perlu ada kebijakan fiskal yang lebih tajam untuk melindungi sektor perikanan dan pelayaran rakyat dari tekanan harga energi global," tutur Marcellus.

Pemerintah juga perlu memperkuat armada pelayaran nasional, mendorong industri galangan kapal, serta menyiapkan sistem logistik yang terintegrasi dari laut serta daratan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Swasta
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Swasta
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
Pemerintah
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
LSM/Figur
Bank Kian Gencar Danai Bahan Bakar Fosil pada 2024
Bank Kian Gencar Danai Bahan Bakar Fosil pada 2024
Swasta
Pengamat: Konflik Iran-Israel Berpotensi Berdampak pada Sektor Maritim RI
Pengamat: Konflik Iran-Israel Berpotensi Berdampak pada Sektor Maritim RI
LSM/Figur
Universitas Berkelanjutan, Western Sydney University Raih Peringkat Pertama 'THE Impact Ranking 2025'
Universitas Berkelanjutan, Western Sydney University Raih Peringkat Pertama "THE Impact Ranking 2025"
Swasta
Tinggal Segelintir, Kakatua Jambul Kuning Semakin Terancam Punah karena Iklim
Tinggal Segelintir, Kakatua Jambul Kuning Semakin Terancam Punah karena Iklim
LSM/Figur
PT IMIP Respons KLH terkait Dugaan Pelanggaran Lingkungan
PT IMIP Respons KLH terkait Dugaan Pelanggaran Lingkungan
Swasta
KLH Beberkan Sederet Pelanggaran Lingkungan PT IMIP
KLH Beberkan Sederet Pelanggaran Lingkungan PT IMIP
Pemerintah
Di Konferensi Laut Dunia, Indonesia Janji Lindungi Terumbu Karang dari Krisis Iklim
Di Konferensi Laut Dunia, Indonesia Janji Lindungi Terumbu Karang dari Krisis Iklim
Pemerintah
Interupsi untuk Pertambangan: Pembangunanisme Vs 'Wahabi Lingkungan'
Interupsi untuk Pertambangan: Pembangunanisme Vs "Wahabi Lingkungan"
Pemerintah
Tonga Akui Paus sebagai Mahluk Berakal dan Punya Kehendak Bebas
Tonga Akui Paus sebagai Mahluk Berakal dan Punya Kehendak Bebas
Pemerintah
Bagaimana Agar Pabrik Tahu Tak Pakai Plastik untuk Bahan Bakar?
Bagaimana Agar Pabrik Tahu Tak Pakai Plastik untuk Bahan Bakar?
LSM/Figur
300 GW Energi Bersih Didapat jika Ubah Lahan Tambang Jadi PLTS, 59 GW dari Indonesia
300 GW Energi Bersih Didapat jika Ubah Lahan Tambang Jadi PLTS, 59 GW dari Indonesia
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau